My Husband from My First Love

Lanjutkan percintaan Kita (Adult)



Lanjutkan percintaan Kita (Adult)

0Tidak lama kemudian, mereka pun sampai di rumah.     

Daffin mematikan mesin mobilnya dan melihat kearah Sinta dengan senyuman yang Sinta sudah mengerti jika Daffin sedang menagih janjinya.     

Sinta tersenyum dan dia langsung keluar dari mobil dan berjalan masuk secepatnya ke dalam rumah.     

Daffin mengikutinya dari belakang dan memeluk Sinta dari belakang.     

"Sayang, kenapa kamu meninggalkan aku? Hhhmm," tanya Daffin dan dia mencium pipi Sinta.     

Sinta tersenyum dan menoleh kearah Daffin.     

"Bukankah kamu sudah tidak sabar lagi, sayang?" Tanya Sinta sambil menutup mulutnya.     

Daffin tertawa dan langsung mengangkat tubuh Sinta. Dia menggendongnya dan segera masuk ke dalam rumah mereka.     

Daffin mengunci rumahnya dan langsung mencium bibir Sinta hingga mereka masuk menuju kamar mereka.     

Bibir mereka tidak mau saling melepaskan satu sama lainnya hingga terdengar pintu kamar terbuka, Sinta langsung melepaskan bibirnya dan menatap wajah tampan Daffin yang kini ada tepat dihadapannya.     

"Sayang, mungkinkah kita akan seperti ini selamanya?" Tanya Sinta, dia mengulurkan tangannya dan mengusap lembut pipi Daffin.     

Daffin tersenyum dan dia membawa Sinta masuk ke dalam kamar dan menaruh tubuhnya diatas tempat tidur.     

Daffin memandang wajah Sinta yang kini ada dibawah tubuhnya dan dia juga mengusap lembut pipi Sinta.     

"Kita akan seperti ini selamanya. Hanya maut yang bisa memisahkan dan selamanya aku akan selalu mencintai kamu, sayangku!" Ucap Daffin. Dia meraih tangan Sinta yang mengusap pipinya dan mencium telapak tangan Sinta dengan lembut.     

"Aku hanya mencintai kamu, hanya kamu wanita satu-satunya yang paling aku cintai, walaupun banyak rintangan dan mungkin bahaya yang mengancam nyawaku. Aku akan memperjuangkan cinta ini. Karena, aku tidak hidup tanpa orang yang paling aku cintai dan itu adalah kamu," ucap Daffin. Dia terus mencium telapak tangan Sinta dan ciuman itu merambat hingga ke pipi dan juga bibir.     

Sinta tersenyum bahagia dan dia merasa bersyukur karena memiliki suami sebaik Daffin dan hanya Daffin lah yang dia miliki saat ini.     

Sinta menikmati semua ciuman lembut yang Daffin berikan dan api hasrat keduanya mulai menyala kembali, ciuman lembut itu berubah menjadi sangat agresif dan membuat Daffin semakin hilang kendali atas dirinya.     

Tangan Daffin mulai menjelajahi setiap inci dari tubuh Sinta dan melepaskan pakaian Sinta hingga tidak tersisa satu pun.     

Sinta juga membantu melepaskan pakaian Daffin hingga keduanya kini tidak memakai pakaian sehelai pun.     

Daffin memberikan banyak ciuman panas dan mencumbui Sinta, hingga Sinta merasa jika dia merasakan seluruh tubuhnya menegang dan aliran darah panas kini mengalir di setiap aliran darahnya.     

Sinta merasakan seluruh tubuhnya menginginkan lebih dari sekedar cumbuan dan sentuhan dari Daffin.     

Dia menginginkan cinta yang sesungguhnya, cinta yang menyatukan keduanya.     

"Sayanghh … akuhhh … menginginkan kamuhh," pinta Sinta dengan suara terengah-engah dan wajahnya kini basah oleh keringat.     

Daffin menghentikan cumbuan nya dan melihat wajah Sinta yang sangat menggoda. Ekspresi wajah yang mengundang api hasrat terbesar didalam hatinya.     

"Haahh … hahh ... Aku juga menginginkan kamu sayang, aku datang sayang, aku datang!" Jawab Daffin dengan suara terengah-engah. Dia langsung mencium bibir Sinta lagi dan mulai memasukkan miliknya.     

"Ahhh … sayanghh," erang Sinta saat ada benda tajam mulai memasuki tubuhnya dan seluruh tubuhnya menegang karena dia merasakan benda itu masuk dan penuh didalam tubuhnya.     

Daffin mulai menggerakkan miliknya dengan ritme Teratur dan itu membuat Sinta mulai memasuki dunia cinta bersama Daffin.     

Dunia cinta yang indah dan hanya ada dia dan pria yang paling dia cintai.     

Penyatuan cinta keduanya begitu indah dan sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata.     

Suara erangan dan desahan keduanya bergema didalam kamar indah milik mereka. Ditengah cuaca diluar yang sangat panas namun didalam kamar ini jauh lebih panas daripada cuaca diluar.     

Setengah jam berlalu, keduanya sudah sudah memasuki puncak percintaannya dan saatnya melakukan pelepasan terakhirnya.     

Sinta mengerang keras sambil meremas rambut Daffin dan terus memanggil nama Daffin dalam pelepasannya dan begitu Daffin yang melakukan hal yang sama dengan Sinta.     

"Ahhhh …. Sayanghhh … ahhh," erang keduanya secara bersamaan, seiring dengan pelepasan yang mereka lakukan.     

Keduanya terkulai lemas dan Sinta hanya bisa menutup matanya sambil merasakan ada pelepasan Daffin yang memenuhi dalam tubuhnya.     

Daffin langsung menghempaskan kepalanya tepat disebelah kepala Sinta dan dia menutup matanya sambil menikmati pelepasan luar biasa nikmat yang dia rasakan saat ini.     

"Sayang, kamu baik-baik saja kan?" Tanya Daffin dengan suara terengah-engah, dia menatap Sinta wajah Sinta yang kini masih ada dibawah tubuhnya. Sinta langsung membuka matanya secara perlahan dan menatap wajah tampan Daffin yang penuh dengan keringat, nafasnya masih terengah-engah dan terlihat jika Daffin terlihat sangat bahagia.     

"Sayang, aku baik-baik saja. Aku mencintai kamu sayang, sangat mencintai kamu," ucap Sinta. Dia mengulurkan tangannya dan menarik kepala Daffin hingga mendekati wajahnya.     

Sinta mencium bibir Daffin dan melumatnya dengan lembut.     

Daffin merasakan ciuman lembut dan rasanya sangatlah indah untuknya.     

Setelah merasa puas, Sinta melepaskan ciumannya dan tersenyum kearah Daffin kembali.     

"Sayang, kamu sangat berat. Bisakah kamu turun dulu dan itu kamu, sepertinya dia sudah selesai," ucap Sinta dengan wajah memerah karena malu. Dia malu harus mengatakan hal ambigu semacam itu.     

Daffin langsung tertawa dan dia mengerti maksud dari itu adalah 'junior' miliknya.     

"Hahahaha … iya, dia sudah lemah sekarang. Dia kalah sama kamu sayang," ucap Daffin. Dia bangun dari atas tubuh Sinta dan melepaskan miliknya.     

Sinta tertawa dan berusaha untuk mencari posisi berbaring yang lebih nyaman.     

Daffin berbaring disamping Sinta dan menarik selimut untuk menutupi tubuh keduanya.     

Sinta mendekati Daffin dan dia langsung masuk kedalam pelukan Daffin dan menenggelamkan wajahnya di dada Daffin.     

"Sayang, aku … aku, aku tiba-tiba ingin bertanya sesuatu, hhhmm … Bolehkan itu?" Tanya Sinta, dia mengusap lembut dada Daffin.     

Daffin pun menjawab, "Tentu saja, apa yang ingin kamu tanyakan sayang?"     

Sinta menatap wajah Daffin dan tersenyum padanya.     

"Sayang, tadi kita hampir lepas kendali didalam mobil. Pasti orang diluar sana melihat kita. Apalagi tadi pakaian aku sudah kamu lepaskan, aku … aku, aku sangat malu sekali," ucap Sinta, wajahnya terlihat sedih dan dari sudut matanya terlihat ada air matanya yang sebentar lagi hendak turun dari sana.     

Daffin mengusap lembut rambut Sinta dan mengecup lembut keningnya.     

"Kamu tenang saja ya sayang. Mobilku sudah dilengkapi kaca tembus pandang. Jadi orang diluar tidak akan melihat apapun yang ada didalam mobil. Hanya terlihat kaca gelap biasa, lalu untuk apa tadi aku melepaskan pakaian kamu jika aku sama saja mengizinkan orang lain melihat tubuh kamu," ucap Daffin. Dia menarik nafas panjang dan melanjutkan ucapannya lagi, "Bukankah aku pernah mengatakan jika yang boleh menyentuh kamu bahkan melihat seluruh tubuh kamu ini hanya aku! Karena kamu hanyalah milikku dan selamanya hanya milikku, "ucap Daffin. Dia tersenyum dan mengecup lembut dahi Sinta.     

Sinta tersenyum dan mengangguk. Dia mengerti sekarang jika mobil Daffin aman untuknya dan Daffin jika terjadi hal semacam tadi lagi.     

Ya walaupun sudah beberapa kali mereka sering hampir lepas kendali saat berada didalam mobil.     

Daffin dan Sinta pun tertawa bersama dan saling memeluk satu sama lain.     

Dunianya terasa sangat indah dan Sinta merasa jika dia juga mulai tidak rela jika harus berpisah dengan Daffin selama tiga hari itu.     

Saat keduanya sedang tertawa dan bercanda, tiba-tiba ponsel Daffin pun menyala.     

Daffin melepaskan pelukannya dan berbisik ditelinga Sinta dengan suara sangat lembut.     

"Sayang, aku mau mengambil ponsel dulu. Kamu tunggu disini sebentar ya," ucap Daffin. Dia mengecup lembut kening Sinta dan langsung bangun dari tempat tidur dan mengambil ponselnya yang terus berbunyi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.