kita Bertemu lagi (2)
kita Bertemu lagi (2)
"Ka … kamu, kenapa ada kamu disini?" Tanya Sinta dengan suara gagap.
Dia takut jika Aksan akan berbuat aneh-aneh padanya, terlebih lagi dia mengetahui jika Aksan adalah suaminya Laura dan juga dia membenci Daffin.
Aisyah datang mendekati Sinta dan dia menatap tajam kearah Aksan.
Aksan tersenyum dan dia membuang sapu tangan yang dia gunakan untuk mengelap tangannya.
"Kamu istrinya Daffin kan? Kita bertemu lagi, ngomong-ngomong kamu masih mengingat aku?" Tanya Aksan, suaranya begitu lembut dan sopan.
Sinta menaikkan alisnya, dia harus menjaga jarak dengan orang yang ada didepannya saat ini.
"Iya, aku istrinya Daffin dan kamu pria dari suami wanita yang tidak tahu malu itu kan?" Ucap Sinta dengan nada ketus.
"Hehehe … iya, aku suaminya. Aku minta maaf dengan semua yang Laura lakukan terhadap kamu. Dia memang wanita jalang dan aku juga sudah tidak tahan lagi, tapi ya harus bagaimana lagi. Aku tidak mungkin menceraikannya," ucap Aksan yang tiba-tiba menceritakan isi dari rumah tangganya.
Sinta hanya bisa tersenyum karena dia baru mengenalnya tapi perasaannya seperti sudah lama mengenalnya.
"Kenapa kamu menceritakan itu padaku? Memangnya kamu tidak takut kalau Daffin akan mengejek kamu, apalagi jika dia mengetahui kalau wanita yang pernah kamu rebut kini melakukan hal yang sama seperti dahulu," ucap Sinta. Dia menyilangkan kedua tangannya didada sambil menatap Aksan.
Aksan tertawa saat mendengar itu semua.
"Hahahaha … jadi kamu mengetahui semuanya? Apakah Daffin menceritakan semuanya padamu?" Tanya Aksan, dia mengusap kasar wajahnya. Dia memang bersalah kepada Daffin.
"Ya, dia menceritakan semuanya. Karena aku istrinya jadi dia tidak akan merahasiakan apapun dariku. Karena dia dan aku sudah berjanji akan saling terbuka satu sama lain agar menghindari kesalahpahaman yang akan membuat rumah tangga menjadi tidak sehat," ucap Sinta. Dia semakin bijaksana karena rasa cintanya untuk Daffin membawanya kedalam sebuah tingkat kedewasaan dalam menjalani hubungan pernikahannya bersama Daffin.
Aksan tertawa dan dia merasa iri dengan Daffin.
"Hahahaha … Daffin sangat beruntung memiliki istri bijaksana seperti kamu. Andai Laura seperti kamu, mungkin rumah tangga kami tidak sehancur ini," ucap Aksan. Dia menertawakan dirinya sendiri yang tidak mampu menjaga istrinya sendiri. Gara-gara dia hampir bangkrut saat itu, Laura malah berselingkuh dengan pria lain demi mencari uang. Ya itulah Laura. Dia wanita menyukai uang dan tidak menghargai namanya cinta.
Sinta menangkap kesedihan dari mata Aksan. Dia tahu rasanya sakit hati dan kecewa jadi dia melihat itu semua.
"Eerrrr … kenapa kamu mengatakan itu semua padaku, kita belum saling kenal dan aku ini adalah istri dari orang yang kamu benci," ucap Sinta. Dia masih merasa curiga kepada Aksan.
Aksan merubah ekspresi wajahnya dan tersenyum kembali kearah Sinta.
"Oh maaf, aku terlalu senang bisa bertemu kamu. Oh ya nama kamu Sinta kan?"
Sinta mengangguk dan Aisyah memegang erat tangan Sinta.
"Iya, aku Sinta. Kamu masih mengingat namaku?" Tanya Sinta dengan nada ketus.
Aksan tertawa dan dia pun menjawab, "kita baru bertemu beberapa hari yang lalu. Tentu saja aku mengingatnya. Oh ya, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan. Bolehkah itu?" Tanya Aksan.
Sinta mengangguk.
"Tentu saja, silahkan saja. Apa yang ingin kamu tanyakan?" Jawab Sinta.
"Sinta, nama dan wajah kamu sangat familiar sekali. Apakah kita bertemu dimasa lalu?" Tanya Aksan. Dia merasa sangat penasaran.
Deg …
Jantung Sinta berdetak dengan cepat. Dia juga merasakan hal yang sama dengan Aksan.
"A … aku, aku juga tidak tahu. Tapi, aku juga merasakan hal yang sama. Aku seperti pernah bertemu dengan kamu, kamu mirip sekali dengan dia," ucap Sinta. Dia kembali mengingat ada beberapa waktu dia habiskan saat bersama kakak Sansan nya.
Aksan merasa sangat terkejut dengan apa yang di ucapkan oleh Sinta.
Aksan yakin jika Sinta adalah Sinta kecil yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri.
"Ka … kamu merasakan hal yang sama denganku? Apa mungkin kamu adalah …," Aksan menghentikan ucapannya karena terkejut dengan suara ponsel.
Dia pikir jika itu ponselnya, tapi ternyata itu adalah ponsel milik Sinta.
"Tunggu sebentar, sepertinya itu suara ponsel aku," ucap Sinta.
Dia membuka tasnya dan mengambil ponselnya.
Dia melihat ID pemanggilnya dari Daffin.
Menekan tombol 'ok' Sinta pun menjawab, "Hallo sayang, ada apa?"
Daffin berada di depan gedung perusahaan Alexander.
"Sayang, kamu dimana? Aku ada didepan tempat kerja kamu, aku sudah menunggu hampir setengah jam tapi kamu tidak muncul juga," ucap Daffin dia melihat jam dipergelangan tangannya.
Dia sengaja pulang secepatnya karena ingin menjemput Sinta tapi setelah sampai, Daffin tidak melihat Sinta keluar sama sekali. Daffin merasa sangat khawatir, dia takut Sinta diganggu lagi oleh Jeffery.
Sinta merasa terkejut saat mendengar itu, dia sudah keluar sejak tadi tapi dia tidak melihat ada mobil Daffin saat itu.
"Sayang kamu ada disana? Setengah jam? Ya Tuhan, lama sekali. Aku sudah keluar sejak tadi, tapi aku sedang bersama Aisyah sekarang. Kamu pulang duluan atau …," sebelum Sinta menyelesaikan ucapannya Daffin langsung menyelanya.
"Aku kesana sekarang, share lokasinya. Aku jemput kamu sayang," ucap Daffin, dia menyalakan mesin mobilnya dan langsung pergi meninggalkan tempat itu.
"Ehhh … tapi sayang," Sinta merasa terkejut dan melihat kearah Aksan. Dia takut Daffin salah faham dan marah padanya.
"Tapi kenapa? Ayo share lokasinya, nanti aku menyusul. Sayang, kenapa kamu terdengar gugup? Apa ada yang sedang kamu sembunyikan?" Tanya Daffin, dia merasa sangat curiga.
Sinta tidak pandai untuk berbohong. Akhirnya dia tidak bisa menutupinya.
"Baiklah, aku share lokasinya. Tapi kamu harus berjanji, jangan marah sama aku," ucap Sinta. Dia merasa menggigil ketakutan.
"Iya, aku berjanji! Baiklah aku akan segera kesana, tunggu aku dan jangan bergerak sama sekali dari tempat kamu diam disana, mengerti!" Ucap Daffin. Dia malah tertawa dan langsung menutup teleponnya.
Tut … Tut … Tut ….
Panggilan pun berakhir, Sinta menghapus keringat didahinya dan mengirim lokasinya saat ini.
Aksan menatap kearah Sinta dan dia tahu jika yang meneleponnya pasti Daffin.
" itu pasti Daffin?" Tanya Aksan.
"Iya, memangnya siapa lagi. Suamiku hanya dia, memang ada lagi yang aku panggil sayang selain dia," jawab Sinta dengan nada ketus. Dia merasa sangat bersalah kali ini.
"Kenapa kamu terlihat gugup? Apakah Daffin akan memakan kamu, jika dia tahu kalau kamu bersama pria lain?" Ucap Aksan sambil tertawa. Menurutnya lucu tapi bagi Sinta sangatlah menyebalkan.
"Tidak ada yang lucu. Oh Tuhan, semoga dia tidak salah faham," ucap Sinta dengan perasaan yang sudah tidak menentu.
Aisyah mengusap tangan Sinta.
"Jangan takut, kan ada aku disini? Suami kamu pria yang baik, dia tidak mungkin marah. Kamu jangan terlalu khawatir ya! Aku akan membantu kamu untuk menjelaskannya," ucap Aisyah, dia mencoba menenangkan pikiran Sinta yang sudah terlihat sangat kacau.
Aksan menatap kearah Sinta dan melihat jika Sinta begitu setia kepada Daffin. Membuat Aksan merasa sangat iri, iri kepada Daffin yang memiliki istri sebaik Sinta.
Aksan kembali mengingat apa yang ingin dia katakan.
Dia mulai membuka mulutnya lagi tapi …
auto note : terima kasih kepada semua readers yang masih mengikuti story' ini. mohon maaf karena up nya masih gak stabil, aku lagi menyelesaikan story' di sebelah dulu. nanti kalau udah selesai. story yang lain diusahakan akan di update kembali.
salam sayang ...
(Dhini_218)