My Husband from My First Love

jangan ganggu istriku!



jangan ganggu istriku!

1Jangan ganggu istriku!     

Tapi …     

Tapi Aksan tidak bisa mengucapkan apa yang ingin dia tanyakan karena Daffin sudah datang dan berjalan mendekati mereka.     

Sinta melihat Daffin yang semakin mendekat dan rasa bersalah didalam hatinya semakin besar.     

"Aduh, bagaimana ini? Ai, aku takut sekali," ucap Sinta sambil berbisik kearah Aisyah.     

Aisyah mengusap tangan Sinta dan meyakinkan dia jika Daffin tidak akan marah padanya.     

Daffin datang menghampirinya dan melewati Aksan tanpa melihatnya sama sekali.     

Raut wajahnya sangat mengerikan dan dia terlihat akan marah sebentar lagi.     

Sinta menggigil ketakutan karena dia merasa bersalah dan dia sudah bersikap pasrah.     

Daffin saat ini berdiri didepannya dan menatap tajam kearah Sinta.     

"Sayang, kamu mengatakan jika kamu hanya berdua disini tapi kenapa ada orang asing disini?" Tanya Daffin, suaranya terdengar dingin dan sangat menakutkan. Bukan hanya Sinta yang merasakan kengerian seorang Daffin tapi Aisyah juga ikut merasakannya.     

"Si … Sinta! Apakah itu masih suami kamu?" Bisik Aisyah, dia merasa ingin segera melarikan diri saat ini juga.     

"Err … iya! Itu suami aku, ke … kenapa memangnya Ai? Apakah kamu merasakan apa yang aku rasakan saat ini?" Ucap Sinta, dia mendadak gagap karena terlalu ketakutan.     

"Kenapa suami kamu sangat mengerikan Sin? Apakah dia seperti ini jika sedang marah? Oh Tuhan, kita sedang berada dalam bahaya!" Ucap Aisyah, dia mengusap keringatnya yang sudah membasahi dahinya.     

Daffin menatap lurus kearah Sinta dan masih diam tanpa bicara, namun didalam hatinya dia bergumam, "ayolah sayang, cepat peluk aku sekarang dan Cepatlah kamu tenangkan aku sekarang juga!" Ucap Daffin, dia masih menunggu Sinta untuk datang menghampirinya terlebih dahulu. Dia ingin Sinta yang memiliki inisiatif untuk membujuknya.     

Sinta menarik nafas panjang dan mencoba untuk memberanikan dirinya.     

Dia melepaskan tangan Aisyah dan berjalan mendekati Daffin.     

Namun Aisyah meraih tangan Sinta, dia takut jika Daffin akan menyakitinya.     

"Sinta, jangan!" Ucap Aisyah, dia merasa ketakutan.     

Daffin melihat itu semua dan rasa kesalnya semakin bertambah. Dia menunggu Sinta sejak tadi. Saat Sinta ingin memeluknya malah ada pengganggu yang ingin merusak semuanya. Daffin menatap keduanya dengan tatapan lebih menakutkan.     

Sinta melihat itu semua dan dia sepertinya sedikit mengerti dengan tatapan itu.     

Tatapan itu seperti berbicara padanya jika dia menginginkan Sinta untuk datang membujuknya.     

Sinta melepaskan tangan Aisyah dan berkata, "Dia tidak akan menyakiti aku, kamu tenang saja Ai."     

Sinta tersenyum dan melepaskan tangan Aisyah, dia berjalan mendekati Daffin dan langsung memeluknya.     

Aksan menepuk dahinya, dia harus melihat adegan romantis yang membuat hatinya sedikit meronta-ronta.     

Saat Sinta memeluknya, raut wajah Daffin langsung berubah. Dia langsung tersenyum dan membalas pelukan Sinta. Matanya melirik kearah Aksan dan dia tersenyum dengan bangganya.     

Melihat itu, Aksan hanya tersenyum kecut karena dia sedang diejek oleh Daffin saat ini.     

Sinta memeluk erat Daffin dan karena dia ketakutan, dia langsung mengucapkan semua yang ingin dia katakan sejak tadi dengan suara gemetar.     

"Sa … sayang, apakah kamu marah padaku? Tolong ja … jangan marah, aku … aku …, aku minta maaf karena aku bertemu dengan dia, aku tidak sengaja bertemu dengan dia. Sungguh sayang, aku tidak berbohong," ucap Sinta. Bibirnya dan juga tubuhnya menggigil ketakutan. Bukan takut karena Daffin marah tapi dia takut jika Daffin salah faham dan tidak mempercayai dia. Sinta tidak mau jika hubungannya mendapatkan masalah karena sebuah kesalah pahaman. Apalagi harus kehilangan Daffin, Sinta tidak pernah menginginkannya.     

Daffin mengusap lembut rambut Sinta dan mengecup puncak kepalanya dengan lembut.     

"Aku tidak marah sayang, aku hanya merasa sangat cemburu karena kamu sedang bersama pria lain, kamu tahukan perasaan aku seperti apa?" Ucap Daffin, dia melepaskan pelukannya dan menatap wajah Sinta yang masih terlihat ketakutan.     

"Kenapa kamu takut? Bukankah kamu tidak bersalah? Atau jangan-jangan …," suara Daffin terputus karena Sinta menyela ucapannya.     

"Tidak! Aku tidak berbohong, aku hanya takut kamu marah dan meninggalkan aku, itu saja. Sayang, aku takut kehilangan kamu," ucap Sinta. Matanya berkaca-kaca dan sebentar lagi air matanya akan jatuh ke pipi nya.     

Daffin tersenyum mendengar ucapan Sinta.     

"Benarkah? Kamu takut kehilangan aku?" Tanya Daffin, dia sengaja mengerasakan suaranya dan mengulang lagi ucapannya itu agar Aksan mendengarnya lebih jelas lagi.     

Padahal hanya satu kali pun dia sudah mendengarnya sangat jelas.     

Aisyah langsung menepuk dahinya. Sekarang dia tahu jika Daffin tidak akan menyakiti Sinta.     

Aksan hanya menghela nafas pendek, dia tahu jika Daffin sedang memamerkan kasih sayang istrinya tepat didepan matanya.     

"Uhuukk … sepertinya aku harus pergi, Sinta nanti kita bicara lagi dan ngomong-ngomong, nanti bisakah kita bertemu lagi?" Tanya Aksan sambil menatap kearah Sinta yang masih berada didepan Daffin, dia menggenggam erat tangan Daffin dan matanya terlihat akan menangis sebentar lagi.     

"Ehhh … Sinta, kamu jangan menangis, Daffin kamu jangan seperti itu, kasihan Sinta," ucap Aksan. Dia seperti seorang kakak yang sedang membela adiknya.     

Daffin mengerenyitkan dahinya dan dia langsung menarik tangan Sinta yang langsung jatuh ke dalam pelukannya.     

"Dia istriku dan aku tidak mungkin menyakitinya. Oh ya, kenapa kamu jadi ikut campur urusan kami? Kamu bukan siapa-siapa dan jangan coba-coba lagi mendekati istriku," ucap Daffin. Dia memeluk erat Sinta lalu menyembunyikan wajahnya. Daffin tidak membiarkan Aksan untuk melihat wajah Sinta lagi. Karena Sinta hanyalah miliknya dan pria lain dilarang untuk melihatnya apalagi mencuri pandang tepat didepan matanya.     

Aksan langsung terbatuk lagi, kali ini batuknya lebih panjang     

"Uhhukk … uhhukk ... Daffin, kamu sangat berlebihan," ucap Aksan. Dia masih terus terbatuk.     

Sinta langsung merasa panik.     

"Sayang, dia kenapa?" Tanya Sinta, dia melihat kearah Daffin.     

Daffin menggelengkan kepalanya karena dia juga tidak terlalu mengenalnya. Bahkan Daffin memandang Aksan adalah sebagai musuhnya.     

Aksan masih terbatuk dan Aisyah langsung memberikan botol yang berisi air mineral kepada Aksan.     

Aksan langsung mengambilnya dan meminumnya dalam sekali tegukan.     

Setelah merasa lebih baik dia mengembalikan botol minum itu kepada Aisyah.     

"Terima kasih ya!" Ucap Aksan. Dia tersenyum ramah kearah Aisyah.     

Aisyah mengangguk dan dia pun kembali ke sisi Sinta.     

Daffin melihat jika Aksan sedang tidak dalam kondisi baik. Ada lingkaran hitam di kelopak matanya dan wajahnya terlihat sedikit pucat.     

Karena penasaran, Daffin pun langsung bertanya, "Aksan kamu kenapa? Kamu sedang sakit?" Tanya Daffin, dia tiba-tiba merasa kasihan melihat kondisi Aksan.     

Aksan tersenyum dan berusaha baik-baik saja.     

"Aku? Oh …. Hahahaha, aku baik-baik saja. Kamu tenang saja, aku sungguh baik-baik saja!" Ucap Aksan. Dia tertawa namun terlihat jika tawanya terlihat palsu.     

Sinta menatap Aksan dan melihat jika dia memang terlihat kurang baik.     

"Iya, kamu terlihat kurang baik. Sepertinya kamu harus pergi ke dokter," ucap Sinta. Dia tidak mau mengatakan apapun lagi. Dia takut Daffin kembali marah padanya.     

Daffin melirik kearah Sinta dan dia tersenyum kepadanya.     

"Kamu juga melihatnya, sayang?" Tanya Daffin sambil mengusap lembut rambutnya.     

Sinta membalas senyuman Daffin dan menganggukkan kepalanya.     

Aksan melihat kearah Daffin yang ternyata memiliki sedikit perhatian padanya. Bahkan dia merasa jika Daffin mengetahui kondisi tubuhnya yang kurang sehat itu.     

Saat Aksan masih menatap kearah Daffin, tiba-tiba kepalanya terasa sakit. Aksan menyentuh kepalanya dan hampir saja jatuh, Daffin langsung merasa terkejut, dia melepaskan pelukannya dan berlari menangkap tubuh Aksan yang hampir saja terjatuh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.