Kepergian Nenek untuk selamanya
Kepergian Nenek untuk selamanya
"Sinta, nenek ingin mengatakan sesuatu yang penting tentang kamu. Ini … ini, tentang identitas kamu yang sebenarnya," ucap nenek. Nafasnya terdengar terputus-putus.
Sinta langsung merasa khawatir, dia mengusap bahu neneknya dan air mata kembali menetes dari sudut matanya.
"Nenek, jangan katakan lagi," ucap Sinta. Dia merasa tidak tega saat melihat neneknya terlihat sangat menderita.
Nenek tersenyum dan dia menggelengkan kepalanya. Dia menolak untuk berhenti.
"Tidak cucuku. Nenek harus mengatakannya sekarang juga. Sebenarnya kamu bukan cucu kandung nenek. Kamu bukan anak dari almarhum ayah dan ibu kamu," ucap nenek. Dia menghentikan ucapannya dan kembali mengatur nafasnya kembali.
Sinta langsung terkejut saat mendengar itu semua.
"Nenek! Apa maksud dari semua ini, nenek tolong jangan mengatakan itu. Aku cucu nenek dan selamanya Sinta ini adalah cucunya nenek," ucap Sinta. Dia menolak untuk menerima semua ucapan neneknya saat ini.
Nenek menggelengkan kepalanya dan dia kembali berbicara.
"Nenek tidak berbohong, nenek mengatakan sejujurnya. Nenek minta maaf karena selama ini nenek menutupi semuanya. Karena identitas kamu tidak biasa. Banyak orang yang ingin membunuh kamu karena kamu adalah putri seseorang yang penting di negara sebelah," ucap nenek. Nafasnya tersengal-sengal seperti habis berlari dengan jarak ribuan kilo meter.
Sinta dan Daffin merasa sangat terkejut.
Daffin langsung mendekati nenek dan berdiri tepat disebelahnya.
"Nek, apa maksud dari semua ini, Sinta … Sinta putri dari orang yang penting? Lalu kenapa mereka membiarkan Sinta hidup menderita seperti ini?!" Ucap Daffin, dia merasa sangat kesal mendengar jika orang tua Sinta yang asli adalah orang yang penting.
Nenek menghela nafas panjang dan dia berbicara lagi.
"Jangan salahkan mereka, salahkan lah nenek yang membawa Sinta kemari sejak kecil dan nenek terlalu menyayanginya jadi nenek tidak rela kalau Sinta diambil lagi oleh mereka. Nenek takut Sinta mati jika bersama dengan mereka. Karena ibunya Sinta sudah meninggal saat menyerahkan Sinta kepada nenek. Jadi saat ini tersisa hanya ayahnya dan istri barunya. Nenek tidak rela jika Sinta harus menderita bersama mereka dan musuh-musuhnya ayahnya …," nenek menghentikan ucapannya karena nafasnya semakin tidak kuat lagi.
Nenek menggunakan kekuatan terakhirnya untuk memberikan petunjuk terakhir untuk Sinta.
"Sinta, kamu pergi kerumah dan buka lemari … ke -mari pakaian nenek …," ucap nenek, dia menghentikan ucapannya sejenak dan kembali berbicara, " … ada kotak hi-tam dan disana ada- ada surat pening-galan ibu kamu dan liontin jam-rud biru safir yang ... yang … ibu kamu se- ngaja dia tinggalkan untuk kamu," ucap nenek dan dia langsung menutup matanya untuk selamanya.
Sinta langsung terkejut dan dia merasa tidak percaya kalau neneknya telah pergi untuk selamanya.
"Ne … nek! Nenek! Bangun … bangun nek, hiks … hiks … hiks …," Sinta langsung berteriak dan memeluk neneknya yang sudah tidak bernyawa lagi.
Matanya sudah tertutup dengan rapat dan nafasnya sudah tidak lagi.
Sinta menangis sekeras-kerasnya dan Daffin langsung berlari keluar untuk memanggil dokter dan perawat yang ada disana.
Semuanya pun datang menghampiri Daffin dan mengikutinya dari belakang.
Daffin yang panik langsung berlari sambil menarik keras tangannya agar mereka bisa sampai secepatnya.
Saat Daffin masuk, dia melihat Sinta yang masih menangis dengan keras sambil memeluk tubuh neneknya yang mulai dingin.
Daffin datang menghampirinya dan dia langsung memeluk Sinta dengan eratnya.
Sinta menangis dalam pelukan Daffin dan dia tidak menyangka neneknya pergi meninggalkannya untuk selamanya. Padahal Sinta sudah sangat bahagia saat mendengar neneknya yang sudah terbaring koma selama beberapa bulan dan berharap jika dia bangun akan sehat seperti sedia kala. Tapi nyatanya. Hanya sebentar seperti," ucap Sinta. Dia terus menangis tiada henti didalam pelukan Daffin.
Daffin mengerti perasaan Sinta dan kini hanya dialah orang satu-satunya yang menjadi tempat sandaran untuk Sinta.
"Sayang, aku mohon jangan menangis lagi," ucap Daffin, hatinya ikut merasa sedih jika melihat Sinta seperti ini.
"Hiks ... Hiks … hiks, sayang! Kenapa nenek meninggalkan aku? Padahal aku masih ingin bersama nenek," ucap Sinta. Suara lirih dan penuh air mata, dia memeluk Daffin dengan erat dan kini dia hanya memiliki satu orang yang berarti dalam hidupnya dan itu adalah Daffin. Daffin satu-satunya orang yang dia percayai saat ini.
Dokter memeriksa nenek dan benar saja jika nenek sudah pergi untuk selamanya.
Dia menutup mata untuk selamanya dan saat melihat ekspresi wajahnya, Sinta dan Daffin melihat jika nenek tersenyum dan terlihat tenang dalam kepergiannya saat ini juga.
Setelah dinyatakan meninggal. Nenek pun segera dibawa pergi dan rumah sakit akan menyelesaikan semuanya.
Daffin menelpon Marco dan menyuruhnya untuk mengurusi pemakaman nenek dan memastikannya untuk ditempatkan di tempat paling nyaman agar Sinta tidak kesulitan jika nantinya dia ingin mengunjunginya.
Setelah menghubungi Marco, Daffin juga menghubungi kakeknya dan memberitahukan semuanya.
Mendengar kabar tersebut, kakek Wijaya langsung pergi ke rumah sakit untuk menyusul Sinta dan Daffin yang sudah berada disana.
Sinta terus menangis tiada henti hingga dia terlihat sangat kelelahan.
"Sayang. Aku mohon jangan menangis lagi. Kamu harus mengikhlaskan kepergian nenek, agar nenek bisa tenang disana," ucap Daffin, dia mengajak Sinta untuk duduk dan masih terus didalam pelukannya saat ini.
"Sayang, aku masih merasa jika ini semua adalah sebuah mimpi. Aku berharap jika ini adalah mimpi dan aku ingin secepatnya bangun dari mimpi ini," ucap Sinta, dia terus terisak dan tiba-tiba dia mencoba untuk mencubit tangannya dan itu terasa sangat sakit.
"Awww ... Ini, ini terasa sangat sakit. Sayang, ini semua adalah kenyataan, iya kan? Ini nyata kan?" Ucap Sinta, dia masih mengharapkan jika ini masih sebuah mimpi.
Daffin menggelengkan kepalanya dan dia kembali memeluk Sinta dengan erat.
"Ini semua kenyataan sayang, kamu harus mengikhlaskannya," ucap Daffin. Dia ikut menitikkan air matanya.
Seumur hidup dia tidak pernah menangis selain dia melihat kematian kedua orang tuanya, Daffin tidak pernah menangis lagi.
Dan hari ini dia menangis karena melihat wanita yang paling dia cintai menderita seperti ini.
Sinta terus menangis dan tidak terasa karena dia terlalu lelah, Sinta pun tertidur didalam pelukan Daffin.
Mendengar tidak ada suara tangisnya. Daffin langsung melihat keadaan Sinta dan melihat jika dia tertidur karena kelelahan.
Daffin mengangkat tubuh Sinta dan membaringkannya di ranjang tempat tidur tempat dimana neneknya tadi sempat tidur disana.
Saat Daffin menaruh Sinta dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
Tiba-tiba ada suara pintu terbuka. Daffin menoleh dan dia melihat ada orang yang datang mendekatinya saat ini.