My Husband from My First Love

isi kotak itu



isi kotak itu

1Mata Sinta terus menatap kearah kotak itu dan dia pun segera mengambilnya.     

Cukup berat sehingga Sinta kesulitan untuk mengambilnya.     

Sinta menoleh kearah Daffin dan meminta bantuan padanya.     

"Sayang, aku menemukan sesuatu. Errr … bisakah kamu membantu aku?" Ucap Sinta. Dia meminta bantuan Daffin untuk mengangkat kotak itu.     

Daffin menoleh dan dia pun berjalan untuk mendekati Sinta.     

Setelah sampai, Daffin pun melihat kearah kotak itu dan menoleh lagi kearah Sinta.     

"Sayang, apakah aku harus mengambil kotak ini?" Tanya Daffin sambil menunjuk kearah kotak itu.     

Sinta mengangguk setuju.     

"Iya, kotak ini terlihat seperti apa yang nenek katakan. Bisakah kamu membantu aku untuk mengangkatnya? Karena kotak ini terasa sangat berat sekali," ucap Sinta. Dia tersenyum kearah Daffin.     

Daffin membalas senyuman Sinta dan mengangguk.     

"Tentu saja, tapi apa imbalannya jika aku membantu kamu, sayang?" Ucap Daffin, dia menyeringai nakal dan mendekatkan pipinya kearah Sinta.     

Daffin sengaja melakukan itu karena dia memberi kode agar Sinta memberikan satu ciuman untuknya.     

Sinta tertawa malu.     

"Hehehehe … sayang, kamu belum melakukan mengambil kotak itu tapi kamu sudah meminta imbalannya? Huummm … aku tidak mau memberikannya kalau kamu belum melakukannya," ucap Sinta. Dia tertawa sambil menutup mulutnya.     

Daffin tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke Sinta dan semakin dekat, hingga jarak diantara keduanya hanya tinggal beberapa inci saja.     

"Sayang, kalau kamu tidak mau memberikan aku satu ciuman, aku tidak keberatan sama sekali. Tapi …," Daffin menghentikan ucapannya dan dia kembali menyeringai nakal lalu mencium bibir Sinta dengan tiba-tiba.     

Sinta merasa sangat terkejut namun dia tidak menolaknya sama sekali. Sinta membalasnya dan akhirnya mereka pun semakin memperdalam ciuman itu. Hingga mereka berdua merasa sangat puas dan udara diantara keduanya hampir saja habis.     

"Haahhh … sayang, kamu terlalu menekannya. Aku hampir saja mati karena kehabisan oksigen," ucap Sinta, dia langsung mencari udara segar dan menghirup sebanyak-banyaknya.     

Daffin tertawa saat melihat tingkah Sinta yang menggemaskan. Mereka sering berciuman tapi kenapa Sinta terlihat seperti baru pertama kali saja.     

"Hahahaha … sayang, kamu benar-benar menggemaskan. Aku merasa ingin sekali memakan kamu saat ini juga," ucap Daffin. Dia tertawa keras dan dia menarik tubuh Sinta untuk masuk ke dalam pelukannya.     

Sinta merasa sangat terkejut dengan tingkah Daffin yang tidak tahu tempat.     

"Sayang, jangan lakukan disini? Ini … ini, ini bukan waktu yang cocok untuk kita melakukannya," ucap Sinta. Dia menunduk malu dan wajahnya memerah seperti buah tomat.     

Daffin tertawa keras, dia mencubit dagu Sinta dan Sinta mengangkat wajahnya. Mereka saling menatap dan pandangan keduanya telah terkunci satu sama lainnya.     

"Hahaha … sayang, aku menginginkan kamu. Tapi, tidak sekarang," ucap Daffin. Dia kembali mencium bibir Sinta dan menghisapnya dalam-dalam.     

Saat mereka berdua Larut dalam dunia cintanya dan hampir saja lepas kendali.     

Tiba-tiba ponsel Sinta berbunyi.     

Sinta melepaskan bibirnya dan mengambil ponselnya yang berada didalam tas.     

Saat mengambilnya, Sinta melihat ID pemanggilnya bertuliskan 'jeffery'     

Sinta melihat kearah Daffin dan Daffin hanya menghela nafas panjang.     

"Mau apalagi si brengsek itu? Bukankah semuanya sudah jelas," ucap Daffin, dia langsung merasa cemburu saat itu juga.     

Sinta menekan tombol merah untuk menolak panggilan itu dan memasukkan ponselnya lagi ke dalam tas.     

"Aku tidak mau bicara lagi dengannya. Lebih baik kita ambil kotak itu karena sejak tadi kita gagal terus itu mengambilnya," ucap Sinta. Dia sengaja mengalihkan pembicaraan itu karena dia juga malas membahas tentang jeffery lagi.     

Daffin mengangguk dan dia langsung mengambil kotak itu.     

Kotak itu berukuran cukup besar. Sebesar kardus air mineral dan bobotnya juga cukup berat karena kotak itu terlihat tidak biasa.     

Setelah Daffin berhasil membawanya ke ruang depan.     

Dia menaruh kotak itu diatas meja.     

Sinta melihat jika kotak itu tidak dikunci tapi seperti ada sandi yang harus dipecahkan.     

Sinta melihat kearah Daffin.     

"Sayang, ini bagaimana? Aku tidak tahu cara membukanya?" Ucap Sinta dan dia memeriksa kotak itu bersamaan dengan Daffin.     

Daffin juga melihatnya dengan seksama dan dia akhirnya memiliki sebuah ide.     

"Aku tau cara membukanya. Tunggu sebentar!" Ucap Daffin.     

Dia mengambil sebuah kawat dari dalam dompetnya tapi itu terlihat tidak biasa.     

"Sayang itu apa?" Tanya Sinta, dia masih belum mengerti tentang apa yang akan Daffin lakukan.     

Daffin tersenyum dan dia hanya mengedipkan matanya.     

Sinta semakin merasa penasaran karena Daffin tidak memberitahukannya. Jadi cara satu-satunya adalah, dia hanya bisa menunggu hingga Daffin melakukan tindakannya.     

Daffin melihat kearah kotak itu dan melihat ada lubang kecil seperti kunci tapi itu bukan lubang untuk kunci.     

Daffin memasukkan benda yang berada ditangannya dan memutar-mutar nya secara perlahan dan tidak lama kemudian.     

Ceklek …     

Kotak itu pun terbuka.     

Sinta dan Daffin tertawa gembira karena akhirnya mereka bisa membukanya.     

"Sa … sayang! Kamu memang hebat sekali," ucap Sinta, dia tertawa gembira dan langsung mencium pipi Daffin tanpa dia sadari.     

Daffin juga tertawa senang dan merasa sangat tidak sabar lagi ingin melihat isi dalam kotak itu.     

"Sayang, saatnya kita mengetahui tentang isi kotak ini," ucap Daffin, dia langsung membukanya dan saat dia melihat isinya.     

Daffin merasa sangat terkejut.     

Dia melihat kotak kecil didalamnya, kotak berwarna putih dan terbuat dari mutiara indah. Kotak yang indah dan juga terlihat sangat mahal.     

Untuk sejenak, Daffin menatap kotak itu dan secara perlahan dia mengambilnya.     

Saat diangkat, dibawahnya terdapat kertas-kertas dan juga ada foto bayi yang cantik ada disana.     

Karena itu sudah lama. Kertas itu terlihat sedikit usang namun tulisan dan gambar dari foto itu masih terlihat jelas.     

Daffin memberikan kotak indah itu kepada Sinta dan Sinta langsung menerimanya.     

"Sayang, ini indah sekali. Tapi … ini isinya apa ya?" Ucap Sinta, dia menatap kotak itu dengan penuh kekaguman karena kotak itu benar-benar sangat indah.     

Daffin tidak terlalu tertarik dengan kotak itu tapi dia lebih tertarik dengan berkas-berkas yang ada dibawah kotak itu tadi.     

Daffin kembali melihat ke dalam kotak besar dan mengeluarkan berkas-berkas itu.     

Dia membuka amplop coklat yang berisi berkas-berkas itu dan mengeluarkan isinya.     

Sinta menaruh kotak indah itu dan ikut melihat isi dari amplop coklat itu dan ternyata itu adalah sebuah surat dan ada juga surat kelahiran Sinta dan foto bayi cantik itu sedang digendong oleh ayah dan ibunya.     

Ibunya terlihat sangat cantik dan wajahnya mirip sekali dengan Sinta saat ini. Sedangkan pria disampingnya, terlihat sangat tampan dan dari wajahnya dia terlihat bukan orang Indonesia melainkan terlihat seperti orang luar negeri.     

Sejenak Sinta dan Daffin tertegun melihat foto itu.     

Entah mengapa Daffin seperti mengenal pria yang ada di foto itu. Tapi dia lupa entah dimana dia pernah bertemu.     

Author note:     

terima kasih untuk semua readers yang masih mengikuti story' ini hingga bab ini.     

pagi ini aku baca komentar yang kurang enak ya, hehehehe..     

aku kan dah kasih label di bab ya, kalau itu adult content. jadi kalau gak suka tidak perlu dibaca. aku gak maksa bwt baca story' aku. jujur aku gak enak banget ini, dah kasih label (adult) masih dpt komentar pedas. aku harus gimana ini? bisa kasih masukan buat aku buat readers aku disini?     

ditunggu kritik dan sarannya ya! ( emoticon peluk dan cium)     

salam sayang,     

"Dhini_218"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.