My Husband from My First Love

Jangan disini! (adult)



Jangan disini! (adult)

1Di dalam mobil.     

"Sayang, kamu kapan berangkatny?" Tanya Sinta, dia menyandarkan kepalanya di bahu Daffin dan memeluk lengannya dengan erat.     

Daffin menoleh dan tersenyum kearah Sinta. Dia menyetir sambil mengecup lembut puncak kepala Sinta.     

"Besok sayang, tapi aku sebenarnya tidak ingin pergi. Aku ingin bersama kamu," ucap Daffin. Sambil mengusap lembut rambut Sinta.     

Sinta menatap wajah Daffin dan tersenyum padanya.     

"Sayang, kamu kan pergi untuk kepetingan perusahaan kamu. Jadi, kamu harus pergi. Hanya tiga hari kan? Bukan satu bulan atau satu tahun," ucap Sinta. Dia mengulurkan tangannya dan mengusap lembut pipi Daffin.     

Daffin yang sedang menyetir menoleh sebentar dan tersenyum kearah Sinta.     

"Bagi kamu itu sebentar sayang, tapi bagiku itu pasti akan merasa sangat lama sekali. Duh … aku pasti kedinginan disana karena tidak ada yang memeluk aku nanti," ucap Daffin dengan suara lirih. Dia merengek manja seperti anak kecil yang tidak mau berpisah dengan ibunya.     

Sinta tertawa dan dia pun langsung menutup mulutnya.     

"Puft … Sayang, kan ada Marco dan juga Nick. Kamu tidur saja dengan mereka dan peluk mereka. Pasti akan terasa hangat dan kamu tidak akan kedinginan lagi," ucap Sinta. Dia tidak bisa menahan tawanya lagi.     

Sinta tertawa keras dan Daffin juga ikut tertawa dengannya.     

"Aku masih normal dan aku tidak membutuhkan yang semacam itu, yang aku butuhkan hanya kamu sayang. Hhuummm … sayang, aku sepertinya akan melemah jika tidak ada kamu disamping ku selama itu," ucap Daffin. Dia terus mengeluh tiada henti.     

Sinta berpikir sejenak, dia merasa kasihan pada suaminya yang sepertinya pasti akan merasa menderita jika harus berjauhan dengannya.     

Tiba-tiba Sinta memiliki sebuah ide. Dia tersenyum dan menatap Daffin dengan tatapan misterius.     

Daffin mengerenyitkan dahinya saat melihat Sinta yang seperti itu.     

"Ada apa sayang? Kamu terlihat sangat mencurigakan sekali," tanya Daffin, dia menatap Sinta dengan tatapan serius.     

Sinta tertawa dan dia mendekati telinga Daffin dan berbisik dengan suara manja.     

"Sayang, bagaimana kalau malam ini, aku memberikan stock untuk tiga hari agar kamu tidak merasa sedih disana," ucap Sinta. Dia mengedipkan mata genitnya dan mencium pipi Daffin secara tiba-tiba.     

Mendengar hal itu, Daffin yang murung langsung tersenyum cerah.     

Dia langsung menepikan mobilnya dan berhenti di pinggir jalan.     

Setelah menghentikan mobilnya, Daffin melihat kearah Sinta dan langsung mendekati wajahnya.     

"Sayang, kamu mau bercinta denganku sampai pagi?" Tanya Daffin, dia menyeringai evil dan menatap wajah Sinta dengan tatapan bagai pria mesum yang sudah siap menerkamnya.     

Sinta tertawa dan mengangguk.     

"Asal kamu tidak mengeluh lagi dan itu bisa membuat kamu bahagia. Aku akan melakukannya, sayang," ucap Sinta, dia menunduk malu saat mengucapkan itu. Dia sudah lama bersama Daffin tapi entah kenapa, saat mengatakan hal-hal semacam itu dia masih saja terasa sangat malu.     

Daffin tersenyum nakal dan dia langsung mencubit dagu Sinta, dia melihat wajah Sinta yang sudah memerah karena malu.     

"Sayang, kamu terlihat sangat menggemaskan saat terlihat malu-malu seperti ini. Ahhh … sayang, aku menginginkan kamu sekarang," ucap Daffin. Dia langsung mencium bibir Sinta dan menghisapnya lebih dalam.     

Sinta membalas ciuman itu dan mereka saling melumat, mencecap satu sama lainnya.     

Ciuman itu semakin panas dan juga semakin agresif.     

Membuat keduanya mulai kehilangan kendali atas dirinya sendiri.     

Tanpa sadar, tangan Daffin mulai menjelajahi tubuh Sinta dan menyentuh bagian-bagian sensitif milik Sinta.     

"Hhhmmm … sayanghh," ucap Sinta didalam penjara bibir Daffin yang terus melumat bibirnya hingga keduanya merasa sangat puas dan melepaskan satu sama lainnya.     

"Hahh … hahhh …."     

Keduanya terengah-engah dan saling menatap satu sama lainnya.     

Daffin tersenyum dan dia langsung mencium pipi, turun ke leher juga tulang selangka hingga meninggalkan banyak tanda cinta disana.     

"Ahhh … sayang, jangan disini!" Ucap Sinta dengan suara serak dan desahan-desahan kecil meluncur dari sudut bibirnya.     

Suara Sinta yang seksi membuat Daffin semakin sulit untuk mengendalikan dirinya.     

Daffin tidak mendengarkan apa yang dikatakan Sinta dan masih saja meneruskan aksinya. Dia mendorong tubuh Sinta hingga dia setengah bersandar ke pintu.     

Sinta hampir kehilangan kendali diri namun dia masih terus mencoba mempertahankan sedikit kesadarannya karena dia tidak mau bercinta didalam mobil yang sempit dan suasana diluar sangat ramai, karena baru saja pukul satu siang.     

"Ahhh … sayang, jangan disini! Ini masih siang dan ahhhhh … tempat ini juga, sangat ramai," ucap Sinta dengan suara terengah-engah.     

Dia bersusah payah untuk bicara disela-sela dia merasakan indahnya cinta bersama Daffin.     

Daffin langsung menghentikan aksinya dan menatap wajah Sinta yang dahinya sudah basah oleh keringat dan tubuh bagian atasnya sudah terbuka olehnya serta banyak tanda cinta yang dia tinggalkan disana.     

"Astaga! Sayang, aku … aku, aku hilang kendali lagi ya?!" Ucap Daffin sambil menepuk dahinya. Dia langsung mengambil pakaian Sinta yang sudah dia lepaskan dan memberikannya.     

Sinta mengambil pakaiannya dan langsung mengenakannya kembali.     

Daffin juga merapihkan pakaiannya karena dia juga sudah hampir melepaskan pakaian miliknya.     

Sinta melihat kearah Daffin setelah dia selesai memakai pakaiannya.     

"Sayang, akhirnya kamu sadar juga, hehehehe … biasanya kamu tidak bisa mengendalikan diri kamu kalau sudah lepas kendali seperti itu," ucap Sinta sambil menahan tawanya.     

Dia merapihkan rambutnya yang sudah sangat berantakan karena aksi nakalnya bersama Daffin barusan.     

Daffin yang baru selesai merapihkan pakaiannya langsung melihat kearah Sinta dan tersenyum nakal lagi kepadanya.     

"Aku sebenarnya tidak ingin mengakhirinya tapi karena tempat ini tidak layak, jadi kita harus mencari tempat yang nyaman dan kita bisa bebas bercinta sebanyak apapun yang aku inginkan," ucap Daffin. Dia mengedipkan mata genitnya dan langsung mencium bibir Sinta sebentar lalu dia melepaskannya kembali.     

"Hhhmmm … sayang, bukankah kita akan melakukannya nanti malam. Bukannya sekarang?" Tanya Sinta, dia tersenyum sambil menatap kearah Daffin.     

Daffin menyeringai dan langsung membawa Sinta masuk ke dalam pelukannya.     

"Aku mau nya sekarang dan harus sekarang!" Ucap Daffin, dia tertawa sambil mengecup kening Sinta berkali-kali. Dia tidak mau berhenti karena baginya Sinta sangatlah berharga untuk Daffin dan Sinta adalah satu-satunya wanita yang paling dia cintai.     

Sinta tertawa dan dia tidak bisa menolaknya karena Sinta tidak mau mengecewakan Daffin dan juga janjinya untuk menjadi istri yang penurut harus dia penuhi.     

"Baiklah sayang, ayo kita lakukan! Aku menyerahkan diri aku untuk kamu sayang," ucap Sinta sambil tertawa cekikikan.     

Daffin ikut tertawa dan setelah itu Daffin menyalakan mesin mobilnya kembali dan melaju kencang menuju rumahnya yang tidak terlalu jauh dari tempatnya saat ini.     

Selama diperjalanan, Sinta terus menempel manja di lengan Daffin dan Sinta merasa tidak ingin melepaskan Daffin untuk selamanya.     

Karena cintanya untuk Daffin saat ini melebihi rasa cintanya untuk Jeffery.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.