My Husband from My First Love

Misi pembebasan (2)



Misi pembebasan (2)

2Sinta langsung melotot saat melihat pesan yang ternyata adalah sebuah foto.     

Foto dimana saat dia bersama Jeffery sat masih menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih dan latar tempah dalam foto itu adalah sebuah taman hiburan yang kebetulan saat itu ada pasar malam didekat taman yang dahulu tempat mereka bertemu.     

Sinta merasakan seluruh tubuhnya menegang. Dia kembali mengingat jelas saat foto itu diambil. Dimana dia begitu sangat mencintai Jeffery dan mempercayakan seluruh hatinya hanya untuk Jeffery.     

"Ke … kenapa! Kenapa dia mengirimkan aku foto ini? Bukankah dia sudah melupakan aku dan kenapa dia masih menyimpannya?" Ucap Sinta, dia pun menunduk dan tanpa terasa ponselnya jatuh begitu saja.     

Dia mengingat kembali masa indah bersama Jeffery. Dia dahulu sangat mencintainya dan menganggap jika Jeffery adalah belahan jiwanya dan Jeffery juga adalah bagian dari hatinya.     

Sinta merasakan sesak di dalam hatinya. Perasaan yang sulit untuk dia lukiskan dengan kata-kata karena kenangan indah itu memang sulit untuk dia lupakan.     

Walaupun dia saat ini sangat mencintai Daffin tapi masa lalu yang indah juga akan sangat sulit dia hapuskan.     

Sinta memegang dadanya dan mencoba mengatur nafas agar dadanya tidak sesak lagi.     

Namun, terdengar suara Daffin membuka pintu kamar mandi.     

Sinta langsung mengangkat wajahnya dan menatap kearah pintu kamar mandi.     

Dia melihat Daffin yang berdiri didepan pintu yang hanya menggunakan handuk yang melilit pinggangnya dan handuk kecil yang dia pegang saat ini untuk mengeringkan rambutnya ya basah.     

Daffin terlihat sangat tampan dan juga sangat menggoda saat menatapnya dalam pose seperti itu.     

Melihat Daffin yang berdiri tidak jauh darinya. Hati Sinta perlahan merasa jauh lebih baik, rasa sesak didadanya juga sudah berkurang.     

Sinta tersenyum dan bergumam sendiri di dalam hatinya saat ini.     

"Untuk apa aku masih mengingat dia. Bukankah aku sudah memiliki suami yang sepuluh kali lipat lebih baik dari dia. Jadi, kenapa aku harus merasa sesak seperti ini? Ayolah Sinta, lupakan semuanya dan sambut masa depan kamu dengan pria tampan yang ada didepan kamu saat ini," ucap Sinta. Dia tersenyum sambil menatap Daffin tanpa berkedip sedikitpun.     

Daffin pun menoleh dan dia pun melihat Sinta yang terus menatapnya tanpa berkedip sama sekali.     

Daffin terkekeh sendiri dan dia pun berjalan mendekati Sinta. Daffin duduk diatas tempat tidur dan merangkak naik mendekatinya.     

Sinta merasa sangat terkejut, dan wajahnya memerah karena malu. Sinta merasa malu karena dirinya telah ketahuan memandang Daffin secara intens.     

Daffin tersenyum dan langsung memeluk tubuh Sinta yang hanya dibungkus oleh selimut.     

"Sayang, kamu kenapa? Apakah kamu menginginkan aku, hhhhmmm …?" Tanya Daffin sambil berdehem dan senyuman indah terpancar dari sudut bibirnya saat ini.     

Sinta tertawa dan dia membalas pelukan Daffin dengan erat.     

"Kalau aku menginginkan kamu, memangnya kamu memberikan aku? Sudahlah sayang, kamu cepat bersiap dan secepatnya kamu selesaikan semua pekerjaan kamu itu. Karena aku masih ingin bersama kamu," ucap Sinta dengan nada manja dan seolah-olah dia adalah gadis kecil yang merengek kepada ayahnya.     

Daffin tertawa keras dan tangannya mengelus lembut rambut Sinta dan mengecup puncak kepalanya.     

"Oh sayangku, apakah aku sedang bermimpi? Apakah ini sebuah kenyataan? Kenapa sayangku ini sangat manja hari ini?" Tanya Daffin sambil tertawa geli.     

Sinta semakin merasa malu, dia mendorong dada Daffin dan langsung memalingkan wajahnya.     

"Sayang, kamu jangan menggoda aku seperti itu. Aku … aku, aku sangat malu! Aku tidak mau seperti itu lagi, aku tidak mau!" Ucap Sinta, dia tertawa malu dan langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya.     

Daffin tertawa dan dia mencoba menarik tangan Sinta untuk melepaskan tangannya yang menutupi wajah menggemaskannya yang menurut Daffin sangatlah menarik untuknya.     

"Hahahaha … sayang, jangan seperti ini. Ayolah lihat aku, ayo lihat aku!" Ucap Daffin, dia masih saja tertawa sambil menarik paksa tangan Sinta.     

Akhirnya Sinta melepaskan telapak tangannya dan menatap kearah Daffin.     

"Hehehe ... Kamu mau apa sayang, kenapa kamu ingin melihatku?" Tanya Sinta, dia tersenyum malu dan hampir sekali lagi dia menutupi wajahnya.     

"Hahahahha … kamu sangat menggemaskan sayang, aduhhh … aku ingin mencium kamu lagi. Bolehkan sayang," ucap Daffin, dia menyeringai dan dia pun langsung menyambar bibir Sinta saat itu juga.     

Keduanya saling menghisap dan melumat hingga keduanya merasa puas dan tidak lama kemudian Daffin pun langsung melepaskan bibirnya dan tersenyum sambil menatap Sinta lagi.     

"Baiklah, seperti sudah cukup sampai disini saja. Jika aku meneruskannya, aku takut jika aku akan memakan kamu lagi sayang dan pekerjaan aku, huhh ... Bisa tertunda lagi nantinya," ucap Daffin. Dia tertawa dan mengusap lembut puncak kepala Sinta.     

Sinta tertawa dan dia langsung bangun dari tempat tidurnya. Sinta masuk ke kamar mandi dan Daffin mengenakkan pakaiannya.     

Tidak lama kemudian, Sinta pun keluar dari kamar mandi dan sudah memakai pakaiannya dengan rapi dan Daffin juga sudah mengenakan pakaiannya secara lengkap.     

Keduanya pun saling merangkul satu sama lain dan pergi keluar dari kamarnya.     

Sinta mengantarkan Daffin hingga dia masuk ke dalam mobilnya.     

Perasaan tidak ingin berpisah kini datang menghantuinya lagi.     

Sinta langsung memeluk erat Daffin saat itu juga.     

"Sayang, cepat pulang ya! Aku … aku, aku masih ingin bersama kamu," ucap Sinta. Dia merasa enggan untuk melepaskan Daffin dalam pelukannya.     

Daffin tersenyum dan dia langsung mengecup kening Sinta.     

"Iya, aku akan segera pulang. Kamu tunggu di rumah dengan tenang dan jangan kemana-mana," ucap Daffin.     

Sinta mengangguk dan dia langsung melepaskan pelukannya.     

"Sayang, aku sangat mencintai kamu," ucap Sinta, dia tersenyum sambil menatap wajah tampan Daffin yang ada didepannya saat ini.     

"Aku juga sangat mencintaimu sayang, sangat … sangat …, sangat mencintai kamu. Jadi tunggu aku pulang dan jangan nakal ya! Ingat, kamu hanya milik aku dan selamanya hanya milik aku," ucap Daffin. Dia mengusap lembut pipi Sinta dan mengecup lembut bibirnya. Hanya sejenak dan Daffin pun melepaskannya.     

Setelah itu, Daffin pun masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Sinta yang berdiri disana.     

Sinta melambaikan tangannya dan melihat mobil Daffin hingga mobil Daffin tidak terlihat sama sekali.     

Setelah itu, Sinta pun masuk ke dalam rumahnya dan mencari ponselnya kembali.     

Sinta membuka ponselnya dan masih melihat foto itu.     

Sinta hanya tersenyum dan berkata, "Kamu hanya kenangan Jeff dan selamanya kamu hanyalah masa lalu ku. Karena hati dan jiwaku ini hanyalah milik Daffin, ya hanya miliknya," ucap Sinta.     

Dia menekan tombol 'hapus' dan foto itu pun menghilang dari ponsel Sinta     

Sinta tersenyum puas. Karena dia bisa melepaskan bayangan masa lalu indahnya bersama Jeffery dan menyambut masa depan indahnya bersama Daffin. Suami sekaligus pria yang paling dia cintai.     

Hati Sinta merasa sangat puas karena dia bisa membebaskan hatinya dari bayangan cinta masa lalunya. Cinta yang sudah menyakiti hatinya selama ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.