My Husband from My First Love

Sepertinya aku menyukainya



Sepertinya aku menyukainya

2"Halo sayang," jawab Daffin. Dia tersenyum sendiri walaupun hanya bisa mendengar suara Sinta, hati Daffin langsung berubah menjadi seperti taman bunga yang penuh warna dan tentunya sangatlah indah baginya.     

Sinta pun menjawab dengan suara terengah-engah.     

"Sayang, kamu baik-baik saja kan? Kamu dimana sekarang? Aku sangat mengkhawatirkan kamu," ucap Sinta. Dia baru bangun dari tidurnya. Dahinya basah oleh keringat. Ternyata Sinta ketiduran saat menunggu Daffin pulang dan dia langsung bermimpi buruk saat itu juga.     

Raut wajah Daffin yang sedang tersenyum langsung berubah menjadi tegang seketika.     

"Sayang, kamu kenapa? Kenapa kamu terdengar kelelahan. Kamu habis berlari? Ada yang mengejar kamu kah? Sayang … kamu dimana sekarang?" Ucap Daffin, dia langsung merasa panik saat itu juga.     

Sinta yang masih mengusap dahinya yang basah karena keringat pun langsung menjawab, "Aku baik-baik saja sayang, aku hanya baru saja habis mengalami mimpi buruk. Syukurlah jika kamu baik-baik saja. Aku bermimpi kalau kamu sedang dalam bahaya. Aku takut sayang. Aku takut kalau kamu pergi meninggalkan aku, aku tidak mau!" Ucap Sinta. Dia tiba-tiba menitikkan air matanya dan menangis begitu saja. Dia takut jika mimpi yang dia alami akan menjadi kenyataan.     

Daffin merasa sangat terkejut saat mendengar apa yang Sinta katakan.     

Daffin berusaha menyembunyikan itu semua tapi Sinta sepertinya memiliki perasaan yang sangat kuat dengan dirinya.     

Mungkin ikatan cinta dihati keduanya sangat kuat hingga Daffin tidak bisa menyembunyikan apapun darinya.     

"Sayang, aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu merasa khawatir, sebentar lagi aku pulang. Kamu tunggu aku ya! Aku … aku, aku pulang sekarang juga!" Ucap Daffin, dia pun langsung bergegas pergi meninggalkan tempat yang saat ini dia berdiri yaitu ruangan belakang rumah itu.     

Sinta langsung menganggukkan kepalanya dan dia merasa hatinya jauh lebih tenang karena dia sudah tahu jika keadaan Daffin memanglah baik-baik saja dan mimpi buruk yang dia alami itu, untungnya hanya sebuah mimpi dan bukanlah kenyataan.     

"Iya sayang, aku menunggu kamu. Kamu hati-hati di jalan dan jangan matikan teleponnya," ucap Sinta. Dia masih merasa sangat takut. Jadi dia memutuskan untuk terus berbicara dengan Daffin di telepon hingga dia benar-benar bisa melihat Daffin tepat didepannya nanti.     

"Baiklah sayang, aku tidak akan mematikannya. Kamu jangan sedih lagi. Aku disini baik-baik saja, tunggu aku ya sayang," ucap Daffin. Dia berusaha menenangkan Sinta yang masih terdengar masih mengkhawatirkannya dan Daffin kini semakin tahu, jika Sinta memang benar-benar mencintainya dan kekhawatiran tentang Sinta yang akan kembali kepada Jeffery kini hilang sudah. Daffin tersenyum sendiri dan dia pun tidak mau membuang waktu lagi.     

Daffin pun langsung pergi meninggalkan rumah itu dan juga dia melupakan Nick yang masih ada disana. Bahkan Nick tidak tahu jika Daffin sudah pergi meninggalkannya saat ini karena dia masih sibuk dengan pikirannya sendiri.     

Daffin pun masuk ke dalam mobil dan secepatnya dia bergegas pulang menuju rumahnya.     

Sambungan telepon masih terus tersambung ditelinganya.     

****     

Di dalam mobil lain.     

Rusyadi sedang memeluk istrinya dan juga putri bungsunya yaitu Rossi.     

Dia merasa sangat bahagia karena bisa berkumpul kembali dengan keluarganya setelah dia di pisahkan selama tiga hari.     

Namun, di kursi depan.     

Rossa hanya diam dan matanya terus memandang kearah jendela.     

Dia terus memikirkan wajah Nick yang tampan dan setiap dia memikirkannya, Rossa merasakan detak jantungnya terus berdetak kencang sehingga rasanya dia tidak ingin berpisah dengannya.     

Rossa tersenyum sendiri dan bergumam didalam hatinya, "Kenapa aku terus memikirkannya? Aku baru saja bertemu dengannya dan itu baru satu kali kami bertemu. Tapi kenapa, kenapa aku terus memikirkannya. Apakah mungkin aku …, ahh … itu tidak mungkin, aku tidak mungkin menyukainya kan? Hehehee … tapi kenapa aku harus begini?" Ucap Rossa didalam hatinya.     

Dia tersenyum sendiri dan setiap dia berusaha melupakan sosok Nick dalam pikirannya. Malah bayangan wajah Nick semakin terlihat jelas dalam pikirannya dan tentunya sulit untuk mengusirnya.     

"Hhhmm … Nick. Pria itu sangat keren dan juga sangat tampan. Kenapa aku tidak bisa melupakan kamu Nick. Apakah kamu adalah takdir untukku?" Gumam Rossa dengan suara pelan dan matanya terus menatap kearah luar jendela.     

Rossa tersenyum sendiri dan tanpa dia sadari mereka pun sampai di depan rumahnya.     

Mobil pun berhenti dan Rossa masih sibuk dengan pikirannya sendiri.     

Hingga dia merasa sangat terkejut saat ada seseorang yang sedang menepuk bahunya dari belakang.     

Rossa pun menoleh dan dia melihat jika adiknya tersenyum kepadanya.     

"Kakak, kita sudah sampai. Kakak mau sampai kapan ada disini," ucap Rossi. Dia pun turun terlebih dahulu dan Rossa hanya bisa tertawa sendiri.     

"Sial, aku benar-benar seperti orang gila sekarang, hahahaha … bahkan mobil berhenti pun aku tidak menyadarinya sama sekali," ucap Rossa. Dia langsung membuka pintu mobil dan tersenyum kembali.     

"Nick, sepertinya aku harus bertemu kamu lagi. Aku masih sangat penasaran dengan kamu, apakah kamu masih single atau …," Rossa menghentikan ucapannya dan dia langsung membayangkan jika Nick memiliki anak dan juga istri.     

Namun, Rossa langsung menggelengkan kepalanya berkali-kali.     

"Tidak! Tidak mungkin, dia pasti belum menikah apalagi memiliki anak. Dia masih muda dan pastinya belum memiliki itu semua," ucap Rossa. Dia mencoba menenangkan hatinya sendiri.     

Rossa merasakan hatinya saat ini terasa aneh. Hatinya terasa campur aduk dan ketenangannya juga terusik dan itu semua karena pria yang menyelamatkannya malam ini. Siapa lagi kalau bukan Nick.     

Rossa hanya bisa tertawa sendiri, dia belum pernah menyukai pria manapun dan kini dia tahu rasanya menyukai seorang pria dan itu membuatnya sedikit sakit kepala.     

"Baiklah, lebih baik aku istirahat dan mungkin setelah esok. Aku sudah bisa melupakannya," ucap Rossa, dia pun segera keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumahnya menyusul anggota keluarganya yang sudah masuk ke dalam rumah sebelumnya.     

Sebelum pergi, Rossa menatap kearah sopir yang kebetulan jika saat ini sopir itu bukanlah sopir keluarganya.     

Rossa memiliki sebuah ide. Dan dia pun mendekati sopir itu lalu dia pun langsung bertanya, "Permisi pak, saya ingin bertanya sebentar. Errr ... Apakah bapak mengenal Nick?" Tanya Rossa. Wajahnya memerah karena malu. Dia merasa malu karena menanyakan hal semacam itu kepada orang asing.     

Sopir itu pun tersenyum ramah dan dia pun menjawab, "Saya mengenalnya karena saya adalah sopir pribadinya."     

Rossa langsung tersenyum cerah saat mendengar itu semua.     

"Benarkah pak? Wah, kebetulan sekali ya pak! Kalau gitu, bolehkah saya meminta nomor ponselnya?" Tanya Rossa dengan wajah berbinar.     

Sopir itu sebenarnya enggan memberikannya tapi melihat wanita cantik yang memohon kepadanya, Akhirnya dia pun langsung memberikannya.     

"Baiklah, saya akan memberikannya. Tunggu sebentar ya,". Ucap sopir itu. Dia mengambil ponselnya dari saku celananya dan memberikan nomor itu kepada Rossa.     

Rossa langsung memasukkan nomor itu ke dalam ponselnya dan setelah selesai. Dia kembali tersenyum dan dia pun berterima kasih kepada sopir itu.     

Setelah tugasnya selesai, sopir itu pun kembali ke rumah dimana Nick berada saat ini dan Rossa langsung masuk ke dalam rumahnya dalam suasana hati yang luar biasa bahagianya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.