My Husband from My First Love

Bertemu dengan Aksan (1)



Bertemu dengan Aksan (1)

1Di rumah kediaman Alexander.     

Jeffery dan Amanda pun sedang bersiap untuk pergi menuju tempat yang sama dengan Daffin.     

Jeffery masuk ke dalam mobil terlebih dahulu dan Amanda mendekati nyonya Vivian. Dia pun berbisik ditelinganya.     

"Tan, bagaimana dengan rencana yang tadi kita sudah bicarakan?" Tanya Amanda.     

Nyonya Vivian menyeringai dan dia pun menjawab, "Tentu saja. Hari ini kita bisa melakukannya. Tapi dia sedang tidak ada di Perusahaan, jadi Tante sudah menyuruh seseorang untuk mencarinya. Hehehehe … kamu nikmati saja waktu tiga hari ini bersama Jeff dan rebutlah hatinya agar dia bisa secepatnya melupakan wanita murahan itu. Tante yakin sekali kalau Jeff bisa menerima kamu dan secepatnya dia bisa melupakan si wanita murahan itu," ucap nyonya Vivian. Dia sangat membenci Sinta karena gara-gara Sinta. Jeffery sering membantah ucapannya bahkan Jeffery pernah mengancamnya dengan nyawanya sendiri.     

Amanda tersenyum bahagia dan dia merasa yakin jika rencana ini akan berhasil.     

Setelah berbicara cukup lama.     

Amanda pun pamit untuk pergi dan segera masuk ke dalam mobil untuk menyusul Jeffery yang sejak tadi sudah menunggunya di sana.     

Setelah dia masuk. Mobil pun segera pergi meninggalkan Vivian yang sedang tersenyum namun didalam hatinya dia sudah tidak sabar ingin melihat Sinta menderita.     

Setelah mobil Jeffery pergi. Nyonya Vivian pun langsung mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.     

"Halo, apakah kalian sudah mulai mencarinya?" Tanya nyonya Vivian kepada orang yang ternyata beberapa preman bayaran yang dia sewa untuk menculik Sinta.     

"Sudah nyonya. Tapi kami sedang mencarinya," jawab preman itu yang tidak lain adalah kepala dari sekelompok preman itu.     

"Baiklah, kalian harus menemukannya dan bawa dia seperti rencana yang saya sudah siapkan!" pinta nyonya Vivian.     

" Baik nyonya," jawab preman itu.     

Nyonya Vivian pun langsung mengakhiri panggilannya dan dia pun menyeringai sendiri.     

"Sinta, hari ini kamu tidak akan bisa lolos dariku. Hahahahaha … dan penyelamat kamu? Semuanya sedang tidak ada. Jadi, selamat menikmati neraka dunia yang sudah ku siapkan untukmu!" Ucap nyonya Vivian. Dia tertawa sendiri dan ekspresi wajahnya terlihat seperti wanita iblis yang sudah siap untuk membunuh mangsanya.     

***     

Di tempat lain.     

Sinta yang baru saja masuk ke dalam rumahnya. Dia mengambil ponselnya dan mencoba untuk menelpon Aksan.     

Drrttt … drrrttt … drrttt …     

Ponsel Aksan pun berbunyi.     

Saat ini dia berada didalam rumahnya. Dia duduk di meja makan dan sedang menikmati sarapannya bersama Laura.     

Laura seperti biasanya terlihat angkuh dan juga sombong. Dia tidak peduli dengan keadaan Aksan. Walaupun dia tahu jika Aksan saat ini sedang dalam keadaan sakit.     

Mendengar ponsel Aksan berbunyi, Laura pun melihat kearahnya.     

"Aks, Ponsel kamu sangat berisik. Cepatlah jawab! Suaranya sangat mengganggu telingaku!" Ucap Laura. Dia begitu ketus dan tidak ada kelembutan sama sekali dalam sikapnya atau pun ucapannya terhadap Aksan.     

Aksan tertawa dan menatap Laura dengan tatapan mengejek.     

"Memangnya kamu memiliki telinga? Aku baru tahu jika kamu memiliki telinga. Karena setahu aku, telinga kamu sudah rusak dan bukan hanya telinga kamu tapi urat malu kamu juga sudah rusak. Hahahaha … sungguh tidak pantas kata-kata semacam itu keluar dari mulut wanita tidak tahu malu seperti kamu," ucap Aksan. Dia tertawa sinis dan dia selalu seperti itu kepada Laura.     

Aksan yang dulunya sangat mencintainya kini berubah menjadi kejam karena dia sangat kecewa kepada Laura yang tidak pernah puas dengan apa yang dia berikan. Termasuk perselingkuhan malam itu dan juga sikap gila dia yang mengejar Daffin tanpa memikirkan martabat dirinya.     

Mendengar ucapan Aksan. Laura merasa sangat kesal. Dia pun bangun dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Aksan tanpa bicara apapun lagi.     

Aksan tertawa namun hatinya terasa sakit, melihat Laura dan juga rumah tangganya yang sudah hancur.     

Sejenak. Aksan merasakan perasaan ingin sekali pergi meninggalkan ini semua dan ingin hidup dengan tenang.     

Lalu, tiba-tiba ponselnya kembali berbunyi hingga membuyarkan lamunannya lagi.     

Aksan pun mengambil ponselnya dan melihat jika yang menghubunginya adalah Sinta.     

Aksan yang sedang dalam suasana hati yang kurang baik pun langsung merasa lebih baik saat melihat nama Sinta.     

Dia langsung menekan tombol 'ok' dan menjawabnya, "halo Sinta. Ada apa?"     

"Halo kak. Apa kabarnya? Aku minta maaf karena baru bisa menghubungi kakak lagi," ucap Sinta. Dia merasa sangat bersalah karena sempat melupakan kakak angkatnya ini.     

Aksan tersenyum dan merasakan sebuah kebahagiaan karena masih ada yang peduli terhadapnya.     

"Kabar kakak baik-baik saja Sin, kamu bagaimana? Apakah Daffin menyakiti kamu? Kalau dia berbuat aneh-aneh. Cepat katakan saja. Biar kakak yang memberinya pelajaran," ucap Aksan. Dia bersikap seperti seorang kakak laki-laki yang sangat melindungi adik perempuan yang dia sayangi.     

Mendengar itu, Sinta langsung tertawa keras.     

"Hahahahha … syukurlah jika kabar kakak baik-baik saja. Oh ya kakak! sudah pulang dari rumah sakit atau belum? Aku mau kesana hari ini karena mas Daffin tidak ada di rumah dan juga, aku sudah mendapatkan izin darinya untuk bisa menemui kakak hari ini," ucap Sinta. Dia masih tertawa dan kembali berbicara, "Kakak juga tidak perlu merasa khawatir tentang hubungan aku dan mas Daffin. Kami baik-baik saja dan mas Daffin sangat menyayangi aku. Jadi kakak, lebih baik memikirkan kesehatan kakak agar secepatnya bisa sembuh."     

Mendengar itu, Aksan merasa tenang karena Daffin menjaga Sinta dengan baik.     

"Syukurlah jika dia benar-benar menyayangi kamu. Tapi jika dia menyakiti kamu, kamu jangan sungkan untuk meminta bantuan kakak kamu ini, ingat itu Sinta. Kamu masih memiliki aku. Aku akan melindungi kamu," ucap Aksan. Dia benar-benar sangat memperdulikan Sinta.     

"Iya kak, aku akan mengingat itu. Jadi, kakak sekarang ada dimana? Aku ingin bertemu denganmu? Oh ya, apakah Laura mengetahui jika kakak sedang sakit?" Tanya Sinta. Dia merasa penasaran dengan sikap Laura jika dia mengetahui bahwa suaminya sendiri sedang sakit.     

Aksan menghela nafas pendek dan dia pun menjawab, "Dia sudah mengetahuinya dan tidak berubah sama sekali. Biarkan saja. Aku juga sudah muak dengannya. Mungkin setelah semuanya selesai, Kakak akan menceraikan dia. Tapi kakak juga tidak akan membiarkan dia mengganggu Daffin lagi. Karena kakak tahu sifat dia seperti apa. Dia tidak akan menyerah untuk mengejar Daffin apalagi dia mengetahui jika Daffin adalah seorang pria kaya. Dia pasti akan terus mengejarnya," ucap Aksan. Dia merasa sangat bersalah karena sudah menjadi suami yang gagal dalam mendidik istrinya dan lebih menyakitkannya adalah Laura yang tidak tahu malu itu, berusaha mengejar mantan kekasihnya yang sudah memiliki istri dan istrinya adalah adik angkatnya.     

Sinta tidak bisa menyalahkan Aksan bahkan dia merasa sangat sedih mendengar suara lirih dari Aksan.     

"Kakak! Jangan menyalahkan diri sendiri. Kakak tidak gagal. Tapi memang Laura saja yang tidak tahu malu. Kakak lebih baik melepaskan dia dan mencari kebahagiaan kakak sendiri. Dan tentang Laura yang akan mengganggu mas Daffin. Aku akan mengatasinya sendiri jadi kakak tidak perlu merasa khawatir ya," ucap Sinta. Dia berusaha menenangkan Aksan karena dia takut jika Aksan terlalu banyak memikirkan banyak masalah kan berpengaruh kepada kesehatannya sendiri.     

Aksan pun merasa lebih baik saat mendengar Sinta yang berusaha membantunya untuk meringankan beban pikirannya.     

"Terima kasih Sinta. Kakak sekarang merasa jauh lebih baik. Oh ya, kakak ada di rumah sekarang. Sudah pulang dari dua hari yang lalu, kakak tidak suka tinggal di rumah sakit, karena di sana sangat membosankan dan juga bau obat-obatan itu sangat mengganggu sekali," jawab Aksan. Dia tertawa sendiri mengingat dirinya yang hampir mati rasa karena rasa bosan yang dia rasakan saat berada di rumah sakit.     

Sinta pun tertawa saat mendengar itu semua.     

" Hahahha … kakak kamu ada-ada saja. Baiklah, karena kakak sudah tidak ada di rumah sakit. Jadi bagaimana caranya agar aku bisa menemui mu kak?" Tanya Sinta. Dia masih ingin bertemu dengan Aksan.     

Aksan berpikir sejenak dan dia pun memiliki sebuah ide. Yaitu mengajak Sinta untuk pergi jalan-jalan bersamanya.     

"Kakak jemput kamu ya! Share lokasi rumah kamu sekarang!" Ucap Aksan. Dia pun bangun dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan meja makan itu.     

Aksan langsung mencari kunci mobilnya dan dia langsung keluar dari rumahnya.     

"Baiklah kak. Aku akan mengirim lokasinya. Aku tunggu kedatangan kamu kak," ucap Sinta. Dia pun tersenyum dan langsung menyetujuinya.     

"Baiklah. Kakak menunggunya," jawab Aksan dan dia pun langsung mengakhiri panggilannya.     

Dia pun masuk ke dalam mobil dan secepatnya pergi meninggalkan rumahnya saat dia sudah mendapatkan alamat yang dikirim oleh Sinta.     

Dari dalam rumah, Laura menatap kepergian Aksan dari jendela kamarnya.     

Dia hanya menghela nafas pendek dan berkata, "Aku harus segera melepaskan diriku dari kamu Aksan dan secepatnya aku harus mendapatkan Daffin. Ya, aku harus mendapatkannya!" Ucap Laura. Dia menyeringai sendiri dan rencana jahat pun mulai datang lagi ke dalam otaknya.     

Laura pun tersenyum sendiri dan dia pun langsung mengambil tasnya.     

Setelah itu, dia pun pergi dengan mobilnya menuju perusahaan Daffin.     

Dia berencana ingin menemui Daffin lagi hari ini. Karena Laura masih sangat percaya diri jika Daffin bisa kembali dengannya dan Sinta menurutnya hanyalah sebuah pengganti darinya.     

Dengan langkah penuh percaya diri. Laura pun masuk ke dalam mobilnya, dia menyetir sendiri tanpa menggunakan supir pribadi. Karena menurutnya jika dia memakai supir. Maka Aksan akan bisa melacaknya kemana pun dia pergi termasuk bertemu dengan beberapa pria yang memiliki hubungan lain bersamanya. Ya pria-pria yang bisa memberikannya uang yang cukup banyak dan barang-barang mewah lainnya.     

Setelah menyalakan mesin mobilnya. Laura pun langsung memacu mobilnya menuju perusahaan Daffin secepatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.