THE BELOVED ONE

KE RUMAH CHELLO



KE RUMAH CHELLO

1"Apa kamu jadi berangkat pagi ini ke rumah Chello, Jess?" tanya Armand pada Jessi yang masih sibuk menyiapkan roti selai.     

"Ya Mand, sekalian membicarakan masalah kita." ucap Jessi seraya memberikan satu selai roti pada Armand.     

"Nanti saja aku makan Jess, letakkan di meja saja." ucap Armand masih merasakan kesedihan.     

"Tidak... kamu harus makan roti ini untuk mengganjal perut kamu sebelum makanan rumah sakit datang." ucap Jessi menyobek sedikit roti yang di pegangnya kemudian menyuapi Armand.     

Armand tidak bisa menolak lagi jika Jessi sudah menyuapinya.     

"Mand, katakan... kalau kamu keberatan aku pergi ke rumah Chelo maka aku tidak akan pergi. Tapi ada sesuatu hal yang ingin aku katakan padamu. Aku ke rumah Chello selain membicarakan masalah kita, aku ingin membawa Cahaya tinggal bersama kita. Bagaimana menurutmu, apa kamu setuju atau tidak?" tanya Jessi menatap penuh wajah Armand.     

Armand berhenti mengunyah makanannya, dan membalas tatapan Jessi.     

"Kenapa aku harus keberatan? aku tidak melarangmu pergi ke rumah Chello. Kalau kamu ingin merawat Cahaya aku juga tidak ada masalah yang penting Chello memberi izin untuk kita merawatnya." ucap Armand kembali mengunyah makanannya.     

"Jadi...kamu tidak keberatan dengan apa yang aku pikirkan itu Mand?" tanya Jessi dengan tatapan tak percaya.     

Armand menghela nafas panjang kemudian menggenggam tangan Jessi.     

"Aku tidak bisa membahagiakan kamu dengan membuatmu menjadi seorang ibu, aku juga tidak bisa menjadi laki-laki yang bisa kamu banggakan. Kalau hal itu membuat kamu bahagia lakukan saja, aku ikut bahagia." ucap Armand dengan tatapan putus asa.     

"Armand jangan bicara seperti itu, dengan kehadiran kamu sudah membuatku bahagia. Dan bagiku kamu laki-laki yang sempurna dan aku bangga akan hal itu. Aku bangga padamu Mand." ucap Jessi seraya menangkup wajah Armand dengan tatapan bersungguh-sungguh.     

"Terima kasih Jess, kamu selalu membuatku tenang." ucap Armand seraya memeluk Jessi dengan perasaan haru dan bahagia.     

"Syukurlah, kalau kamu sudah tenang. Sekarang aku mau pergi ke rumah Chello agar tidak terlalu siang." ucap Jessi dengan tersenyum.     

"Hati-hati nanti di jalan." ucap Armand dengan hati yang sudah tenang.     

"Kamu akan baik-baik saja bukan?" tanya Jessi menggenggam tangan Armand dengan tatapan memohon.     

Armand menganggukkan kepalanya dengan pelan.     

"Kamu jangan cemas lagi, aku akan baik-baik saja." ucap Armand seraya menjepit hidung mungil Jessi.     

"Syukurlah, aku pergi dulu." ucap Jessi seraya mengecup bibir Armand sekilas kemudian berjalan keluar kamar.     

Setelah Jessi pergi, Armand tersenyum sambil menyentuh bibirnya. Hatinya sangat bahagia kemudian memejamkan matanya untuk menghabiskan waktunya dengan tidur.     

***     

Jessi keluar dari taksi sambil memegang selembar kertas yang berisi alamat Chello.     

"Sepertinya ini memang rumah Chello, sama persis dengan gambar rumah yang di kirim Chello padaku." ucap Jessi berdiri depan rumah yang cukup besar yang juga sangat sejuk dan nyaman.     

Dengan hati pasti Jessi melangkah masuk ke halaman rumah Chello dan berhenti tepat di depan pintu.     

"Tok...Tok...Tok"     

Jessi mengetuk pintu rumah Chello beberapa kali. Tidak lama kemudian, pintu terbuka lebar.     

"Nyonya Jessi?" panggil Bibi Ratih dengan tatapan tak percaya menatap Jessi yang sudah ada di hadapannya.     

"Bibi Ratih." sahut Jessi seraya menyalami Bibi Ratih dengan hangat.     

"Silahkan masuk Nyonya, saya tidak percaya kalau Nyonya datang." ucap Bibi Ratih masih dengan rasa terkejutnya.     

"Ya...Bi, kebetulan aku ada di sini. Aku sudah rindu sama Cahaya. Di mana Cahaya Bi?" tanya Jessi dengan sebuah senyuman.     

"Non Cahaya sedang bermain dengan Nyonya Ayraa di taman belakang." jawab Bibi Ratih sambil menunjuk arah taman belakang.     

"Kalau Chello di mana Bi?" tanya Jessi sambil melihat ke sekeliling ruangan yang sangat nyaman di pandang mata.     

"Tuan Chello ke rumah sakit bersama Tuan Danish. Sudah berangkat ke dari tadi pagi." ucap Bibi Ratih berhadapan dengan Jessi.     

Jessi terdiam, menyesal tidak memberitahu Chello lebih dulu.     

"Sebentar Bi, aku akan menghubungi Chello dulu." ucap Jessi seraya mengambil ponselnya dan menghubungi Chello.     

"Hallo...Chello." panggil Jessi dengan suara pelan.     

"Jessi, ada apa?" sahut Chello saat berada di kantin bersama Danish yang baru melakukan pemeriksaan lagi.     

"Aku sudah berada di rumah kamu sekarang." ucap Jessi membuat Chello sangat terkejut.     

"Apa Jess? kamu tidak bilang kalau ke rumah. Kamu sudah bertemu dengan Ayraa belum?" tanya Chello dengan panik.     

"Belum, sebentar lagi aku akan ke sana, ada apa? kamu terlihat panik?" tanya Jessi dengan heran.     

"Kamu bersama siapa sekarang?" tanya Chello sambil menatap Danish yang sedang menatapnya.     

"Ada Bibi Narti sedang menungguku, tapi kamu jangan kuatir aku agak menjauh darinya." ucap Jessi sangat tahu kecemasan Chello.     

"Baguslah, sekarang kamu diam saja dan dengarkan aku." ucap Chello dengan serius.     

"Hem...aku mendengarkanmu." ucap Jessi dengan wajah serius.     

"Saat nanti kamu bersama Ayraa, dan Ayraa bertanya padamu kemana saja kamu. Kamu harus menjawabnya mengambil kuliah lagi selama satu tahun. Dan kamu di Singapura ini untuk tugas luar." ucap Chello sambil menekan pelipisnya berharap Jessi tidak akan salah bicara.     

"Kamu tenang saja Chell, aku tidak akan membuat masalah dalam hidupmu." Ucap Jessi dengan tersenyum.     

"Syukurlah, sebentar lagi aku akan kembali." ucap Chello kemudian menutup panggilannya.     

"Siapa yang menghubungimu? apa dia Jessi?" tanya Danish dengan tatapan penuh.     

Chello menganggukkan kepalanya.     

"Ya Mas, sekarang Jessi ada di rumah tanpa beritahuku." ucap Chello dengan serius.     

"Kamu tenang saja, Jessi pasti bisa menjawab dengan benar." ucap Danish seraya menepuk bahu Chello.     

"Masalahnya aku belum cerita sama sekali tentang alasan yang kita ucapkan pada Ayraa. Aku takut jawaban Jessi tidak sama dengan jawaban kita." jelas Chello semakin gelisah.     

"Tenanglah, kamu jangan cemas. Aku yakin Ayraa tidak terlalu banyak bertanya pada Jessi." ucap Danish menenangkan hati Chello.     

"Apa sebaiknya kita pulang dulu Mas?" tanya Chello masih gelisah.     

"Baiklah kita pulang sekarang." ucap Danish seraya bangun dari duduknya.     

"Hati-hati Mas." ucap Chello memegang bahu Danish saat Danish hampir saja terjatuh.     

"Aku tidak apa-apa hanya lemas saja." ucap Danish kemudian berdiri tegak.     

"Pegang aku saja Mas." ucap Chello memegang lengan Danish dan membantunya berjalan keluar rumah sakit.     

***     

Di rumah, Jessi sudah bertemu dengan Ayraa dan duduk di taman belakang.     

"Chello tidak memberitahu kita kalau kamu mau datang." ucap Ayraa sedikit canggung.     

"Ya... Chello memang tidak tahu, aku mau memberi kejutan padanya. Tapi karena Chello tidak ada di rumah aku terpaksa menghubunginya jadi bukan suatu kejutan lagi." ucap Jessi seraya mendudukkan Cahaya dalam pangkuannya.     

"Syukurlah kalau kamu menghubunginya, Chello bisa pulang cepat." ucap Ayraa merasa serba salah.     

"Sudah lama aku tidak bertemu denganmu, kamu ke mana?" tanya Ayraa sebuah pertanyaan yang sudah lama di pikirannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.