Kegelapan dan Cahaya
Kegelapan dan Cahaya
Untuk beberapa saat, orang-orang terus menerus binasa di area sekitar Xia Qingyuan.
Xia Qingyuan saat ini berada di tengah-tengah medan pertempuran, dan banyak orang menjaganya. Penjaga utamanya adalah pasukan dari Lost Clan. Mereka menjaga area terluar dan tidak mengizinkan pasukan lawan mendekatinya. Namun, ketika dia melihat bahwa orang-orang yang melindunginya terus menerus binasa tanpa memberinya kesempatan untuk menyelamatkan mereka, Xia Qingyuan hanya bisa merasakan kesedihan di dalam hatinya.
Dia memilih untuk tidak menerobos ke Great Emperor Plane karena dia ingin menyelamatkan lebih banyak orang, tetapi keinginannya itu tidak berjalan seperti yang dia bayangkan. Sebaliknya, dia yang menjadi penyebab lebih banyak korban yang berjatuhan.
Kesedihan yang mendalam terlintas di kedua matanya, dan tiba-tiba kekuatan kehidupan dan kematian mulai berputar di sekitar tubuhnya, bertautan satu sama lain.
Hawa dingin kini terpancar dari matanya yang indah saat rune yang tak ada habisnya bermunculan di sekelilingnya, dimana semua rune itu dibentuk oleh kekuatan kehidupan dan kematian. Begitu dia bergerak, Xia Qingyuan bergegas keluar dari medan pertempuran, tidak lagi berada di tengah-tengah kerumunan kultivator yang ditugaskan untuk melindunginya. Dia juga seorang kultivator tingkat tinggi yang memiliki kesempatan untuk melangkahkan kaki ke Jalur Kaisar. Jika bukan karena pertempuran ini, dia pasti akan melanjutkan upayanya untuk mencapai Great Emperor Plane.
"Bunuh dia!" Ketika mereka melihat Xia Qingyuan bergegas pergi sendirian, banyak kultivator datang dari segala arah untuk mengepungnya.
Tapi mereka melihat bahwa Xia Qingyuan hanya melirik mereka saat cahaya bencana yang tak terhitung jumlahnya tampaknya meledak pada saat yang bersamaan, yang kemudian berubah menjadi rune-rune kematian.
*Prat, Prat, Prat* Suara cipratan darah terus-menerus terdengar di sana. Begitu rune-rune kematian itu mengenai tubuh mereka, semua rune tersebut akan menerobos masuk ke dalam tubuh mereka, mengubah semua jejak kehidupan di dalam diri mereka menjadi kematian dalam sekejap. Kematian sudah tidak bisa dihindari lagi, karena rune-rune tersebut telah mengubah tubuh mereka menjadi sekumpulan daging berwarna hitam pekat yang jatuh dari atas langit.
Dalam waktu yang sangat singkat, banyak kultivator berjatuhan dari atas langit, seolah-olah dewa kematian telah turun menghampiri mereka. Para kultivator yang berada di barisan belakang langsung berhenti setelah menyaksikan pemandangan mengejutkan di depan mata mereka itu. Ada ketakutan yang mendalam di mata mereka saat mereka menatap Xia Qingyuan.
Sebelumnya, Xia Qingyuan adalah seorang penyelamat, tetapi sekarang dia telah menjadi seorang pembunuh dengan kekuatan yang sangat berbeda dari sebelumnya.
Tapi Xia Qingyuan tidak peduli dengan pemikiran yang terlintas di dalam benak mereka itu. Tubuhnya berubah menjadi sambaran petir ketika dia menerobos masuk ke dalam kerumunan kultivator dari Dunia Manusia. Tubuhnya dikelilingi oleh cahaya bencana yang tak ada habisnya, dan cahaya itu tampak seperti rune-rune pedang yang membawa napas kematian yang mengerikan di dalamnya, yang sepertinya bisa menyebabkan kematian secara langsung begitu mereka menyentuh siapa pun.
"Hati-hati terhadap rune yang berada di sekelilingnya!" seseorang dari Dunia Manusia memperingatkan yang lain dengan nada serius. Rune-rune yang berada di sekeliling Xia Qingyuan adalah rune dewa kematian. Siapa pun yang kurang beruntung dan disentuh oleh mereka akan langsung tewas terbunuh, karena kekuatan hidup mereka telah dilahap dalam sekejap. Begitu mereka terkubur oleh aura kematian tersebut, mereka sudah pasti akan tewas terbunuh. Para kultivator yang belum memahami kekuatan ilahi tidak akan bisa menghentikannya. Begitu mereka disentuh, mereka akan mati tanpa ada keraguan sedikit pun.
Di kejauhan, Ye Futian mengamati semua yang terjadi di atas medan pertempuran dengan tenang. Semua pertempuran yang sedang terjadi terukir di dalam pikirannya, termasuk pertempuran dimana Xia Qingyuan berada. Dan itu hanyalah sebagian kecil dari apa yang dilihatnya secara keseluruhan.
Dari jalur spasial itu, para kultivator dari Dunia Manusia terus menerus berdatangan ke dunia ini. Mereka berada di berbagai tempat di Kota Kekaisaran Surgawi dan membentuk sebuah jalan sampai ke bagian luar dari kota tersebut.
Para kultivator dari Dunia Manusia tampaknya sangat terpengaruh oleh tindakan Leluhur Manusia. Mereka semua menunjukkan keinginan membunuh yang kuat, ingin menghancurkan Dunia Langit dan menyatukan Tujuh Dunia Utama.
"Bagaimana kalau kau kembali berkultivasi? Aku akan mengawasi semuanya di sini." Sebuah suara yang lembut tiba-tiba terdengar di sebelah Ye Futian. Itu adalah Hua Jieyu, yang berdiri di sampingnya.
"Baiklah." Ye Futian mengangguk setuju. Dan dengan satu perintah dari dalam pikirannya, satu sosok duplikat tiba-tiba muncul di sana, sedangkan jiwa spiritualnya memasuki dunia kecil miliknya. Sosok duplikatnya ini bisa memata-matai dunia luar, dan jika terjadi sesuatu, dia akan langsung mengetahuinya.
...
Perang telah terjadi dan menimpa tujuh dunia utama. Kultivator yang tak terhitung jumlahnya ikut terseret ke dalam pertempuran besar yang melibatkan tujuh dunia utama ini, dan tidak ada yang bisa melarikan diri darinya.
Pasukan dari Dunia Iblis saat ini mulai bertarung melawan pasukan dari Prefektur Ilahi dalam perang berskala besar. Sementara itu, pasukan dari Dunia Kegelapan dan Dunia Empty Divine juga terlibat dalam perang berskala besar melawan Western Heaven.
Di wilayah pusat dari Dunia Kegelapan, seorang biksu yang bertelanjang kaki sedang berjalan di Sungai Styx, selangkah demi selangkah.
Saat ini, Dunia Kegelapan ini terlihat relatif damai jika dibandingkan dengan Tujuh Dunia Utama, yang sekarang berubah menjadi neraka.
Penampilan biksu ini sungguh bermartabat dan sangat suci. Cahaya Buddha bersinar di sekitar tubuhnya.
Dia berjalan di sepanjang Sungai Styx, dan setiap langkahnya sangat tegas, hingga akhirnya dia tiba di sebuah pulau. Pulau itu terlihat tenang, seolah-olah tidak menyadari apa yang sedang terjadi di dunia luar. Biksu itu pun memasuki pulau itu dengan telanjang kaki; ini adalah pulau cahaya yang berada di dalam Dunia Kegelapan.
Tidak ada perselisihan dan kebencian di sini.
Ye Futian pernah sekali datang kemari. Biksu itu melihat sang Dewi yang tinggal di pulau tersebut. Dia sedang mengajari anak-anak di sekelilingnya dengan tenang, seperti hari-hari biasa, seolah-olah perselisihan yang terjadi di dunia luar sama sekali tidak ada hubungannya dengan dirinya.
Anak-anak itu terlihat sedikit penasaran ketika mereka melihat kehadiran biksu aneh itu di sini dan mau tidak mau memandang biksu tersebut. Biksu itu pun tersenyum pada mereka dan mengamati wanita itu dengan tenang.
"Ada urusan apa sehingga tuan datang kemari?" wanita itu akhirnya bertanya kepada biksu tersebut. Dia tidak bisa menahan diri lagi.
"Kau seharusnya mengenalku." Biksu itu memberi hormat sambil menyatukan telapak tangannya.
"Saya yakin Tuan sedang bercanda. Kita belum pernah bertemu sebelumnya. Bagaimana mungkin saya mengenal anda?" wanita itu menjawab dengan tenang.
"Amitabha." Biksu itu menyatukan tangannya dan berkata kepada wanita itu, "Kau menginginkan sebuah Tempat Suci yang dipenuhi dengan cahaya, tetapi di mana pun manusia berpijak, tempat yang dihuninya pasti akan penuh dengan perselisihan. Bahkan tempat suci dari Sekte Buddha pun tidak dapat terhindar darinya, jadi bagaimana mungkin ada suatu tempat yang dianggap sebagai sebuah Tempat Suci yang mutlak?"
"Inilah Tempat Suci yang anda maksud," ujar wanita itu.
"Kau tidak perlu menipu dirimu sendiri," ujar biksu itu sambil mengayunkan tangannya. Tiba-tiba, banyak bayangan bermunculan di atas danau. Gambaran-gambaran ini adalah cerminan dari perang yang sedang berlangsung di tujuh dunia utama. Ada kehancuran dimana-mana, dan banyak orang tewas terbunuh.
"Kehancuran hanya akan membawa kegelapan, bukan cahaya," lanjut biksu tersebut. "Apakah situasi yang sedang terjadi saat ini benar-benar hasil akhir yang kau inginkan?"
"Tuan pasti telah salah mengira saya sebagai orang lain." Tatapan mata wanita itu seperti terganggu ketika dia melihat gambaran-gambaran itu.
"Aku bisa melihat takdirmu," ujar biksu itu secara tiba-tiba. Wanita itu pun tercengang setelah mendengar pernyataan dari biksu tersebut; kemudian, dia menatap biksu itu dengan penuh rasa ingin tahu. "Mohon pencerahannya."
"Kematian adalah penebusan dosa," jawab biksu tersebut.
"Penebusan dosa?" Wanita itu memandang biksu itu dan melanjutkan kata-katanya, "Saya tidak membutuhkan penebusan dosa. Tuan sebaiknya pergi ke tempat lain."
"Amitabha." Biksu itu menyatukan telapak tangannya dan berkata kepada wanita itu, "Bahkan sebagai penguasa kegelapan, masih ada cahaya di dalam hatimu. Tidak ada yang Namanya kegelapan mutlak atau cahaya mutlak di dunia ini. Tidak peduli betapa dahsyat kehancurannya atau bagaimana dunia dilahirkan kembali, dunia masih sama, dan hanya hukum yang dapat mengubah dunia, bukan kehancuran dan kematian."
Tatapan mata wanita itu menajam ketika dia menatap biksu itu dan berkata, "Apakah Omniscient benar-benar bisa melihat masa depan?"
Pada saat ini, temperamennya tiba-tiba menjadi agung; mengandung kesakralan yang tak tertandingi.
Biksu yang berada di hadapannya itu tidak lain adalah Buddha of Destiny.
"Jalur Agung terhubung satu sama lain, dan tidak ada banyak perbedaan di dunia ini," ujar Buddha of Destiny. "Jika kau ingin menemukan orang yang membawamu ke dalam kegelapan, jawabannya ada di Dunia Manusia."