Pencerahan
Pencerahan
Tempat ini adalah Paviliun String. Saat ini, alunan musik yang merdu mengalir keluar dari istana ilahi tersebut. Alunan musik tersebut membuat siapa pun yang mendengarnya merasa rileks dan bahagia.
Ini hanyalah salah satu tempat yang ada di dalam Dunia Kecil. Bertahun-tahun telah berlalu semenjak Ye Futian menciptakan Dunia Kecil ini. Selama bertahun-tahun ini, Dunia Kecil bukan lagi wilayah tandus seperti sebelumnya. Para kultivator yang tinggal di sini telah mendirikan tempat kultivasi permanen mereka sendiri.
Paviliun String adalah tempat dimana Ye Futian dan gurunya—Hua Fengliu—tinggal ketika dia masih muda.
Sudah jelas, di sinilah keluarga Hua Fengliu tinggal.
Gurunya, Tuan Putri, Jieyu, Nianyu, dan yang lainnya tinggal di sini.
Faktanya, alunan musik yang merdu itu berasal dari Hua Fengliu. Bahkan jika dia ingin membantu dalam perang ini, dia tidak akan bisa berbuat apa-apa. Ditambah lagu, ini adalah Dunia Kecil milik Ye Futian. Tidak ada satu pun konflik di dalamnya, dan Ye Futian juga tidak akan membahas konflik yang terjadi di dunia luar dengannya.
Gurunya sudah lama pensiun. Sehingga sudah jelas, Ye Futian tidak ingin membuatnya khawatir.
Saat ini, dua wanita sedang berkultivasi di puncak gunung dari Paviliun String. Keduanya memiliki temperamen yang luar biasa, seolah-olah mereka telah meninggalkan dunia fana dan menjadi peri-peri surgawi.
Kecantikan dari salah satu wanita itu benar-benar menakjubkan. Dia tampak anggun dan mempesona, sama sekali tidak ternoda oleh keburukan dunia. Sedangkan wanita lainnya terlihat seperti reinkarnasi dari seorang dewi yang sempurna. Tidak ada cacat di sekujur tubuhnya. Penampilannya terlihat menenangkan dan elegan.
Sudah jelas, kedua wanita ini adalah Hua Qingqing dan Hua Jieyu. Mereka telah berkultivasi bersama sepanjang waktu.
Saat ini, sepertinya ada rapalan sutra Buddha yang bergema di seluruh penjuru gunung tersebut. Rupanya suara itu berasal dari Hua Qingqing yang sedang membacakan gulungan-gulungan kuno untuk Hua Jieyu. Dia tampak seperti seberkas cahaya Buddha. Cahaya Buddha samar-samar berkilauan di tubuhnya. Dia terlihat sangat suci dan tidak bisa dinodai.
Sementara itu, tubuh Hua Jieyu bermandikan cahaya Buddha dan tampaknya telah memasuki kondisi tidak sadar. Dia benar-benar tenggelam dalam kultivasinya dan bahkan telah melupakan dirinya sendiri.
Tanpa mereka sadari, satu sosok berambut abu-abu mendarat di puncak gunung kuno tersebut. Dia tidak mengganggu kultivasi mereka dan hanya berdiri di bagian samping dengan tenang.
Hua Qingqing masih membaca gulungan Buddha di hadapannya; sedangkan Hua Jieyu masih tenggelam dalam meditasi dan kultivasinya, tanpa bisa diganggu oleh siapa pun.
Ye Futian saat ini seperti udara. Tidak ada seorang pun yang memperhatikannya.
Dia tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya.
Namun, dia juga sama sekali tidak marah. Sebaliknya, dia memandang Hua Qingqing dengan penuh kekaguman. Tetapi ketika dia memandang Hua Jieyu, ada kasih sayang yang tersirat dalam tatapan matanya itu.
"Saudara ipar!"
Sebuah suara kini memasuki gendang telinga Ye Futian. Dia menoleh ke belakang dan melihat Nianyu berkedip padanya di kejauhan. Meskipun dia bukan gadis kecil lagi, Hua Nianyu masih bersikap demikian. Lagipula, dilihat dari kultivasinya, usianya memang masih sangat muda.
"Sudah berapa lama mereka berkultivasi?" Ye Futian bertanya dengan mengirimkan suaranya kepada Hua Nianyu.
"Beberapa dekade telah berlalu seperti satu hari," ujar Hua Nianyu. "Aku tidak tahu apa sebenarnya yang mereka kultivasi, namun tampaknya kultivasi kakakku telah mencapai tahap penting."
"Lalu, kenapa kau berada di sini?" Ye Futian bertanya.
"Aku juga tidak tahu. Sepertinya lebih mudah untuk mendapatkan pencerahan ketika berkultivasi di sini," ujar Hua Nianyu dengan misterius. "Pemahamanku tentang kultivasi juga menjadi jauh lebih jelas, dan aku dapat memahami dengan lebih mudah. Apakah itu adalah efek dari rapalan sutra Buddha?"
"Itu benar!" Ye Futian mengangguk tanpa ragu-ragu. "Ini adalah Cahaya Pencerahan!"
Tatapan Ye Futian tertuju pada tubuh Hua Qingqing saat dia berbicara.
Hua Qingqing pernah menjadi lampu Buddha yang mendampingi Sang Buddha dalam berkultivasi. Dia telah mendengarkan Sang Buddha menyebarkan ajaran Buddha, menemani Sang Buddha selama seribu tahun sebagai Buddha Kuno Qingdeng. Kemudian, lampu Buddha itu akhirnya memiliki kesadaran sendiri.
Dengan kata lain, kecerdasan Hua Qingqing terlahir berkat Sang Buddha. Sosoknya terbuat dari kecerdasan.
Nianyu tidak bisa memahaminya. Dia harus bertanya pada Kakek Xuan ketika dia memiliki waktu luang.
Biasanya, kakak dan kakak iparnya ini sangat sibuk dan tidak punya waktu untuk mengurusnya, jadi Hua Nianyu akan mengganggu Lord Taixuan dan yang lainnya.
Pada saat ini, Cahaya Buddha memudar dari tubuh Hua Qingqing. Kedua matanya yang indah terbuka, dan dia menatap ke arah Ye Futian.
Kemudian, Hua Jieyu juga membuka matanya. Tatapannya langsung tertuju ke tubuh Ye Futian, dan dia pun tersenyum cerah.
"Kau sudah kembali," ujar Hua Jieyu dengan lembut.
"Kapan kau menghancurkan Jalur Agung milikmu sendiri?" Ye Futian bertanya.
"Beberapa tahun setelah kau pergi," jawab Hua Jieyu sambil tersenyum, seolah-olah dia sedang membicarakan sesuatu yang tidak penting. Ye Futian telah mengatasi masalah yang terjadi di dunia luar selama tiga bulan tanpa sempat kembali, tetapi di sini, 20 tahun telah berlalu. Itulah alasan kenapa Hua Jieyu menjawab 'beberapa tahun setelah dia pergi.'
"Jieyu, kenapa kau memilih untuk menghancurkan Jalur Agung milikmu sendiri?" Suara Ye Futian terdengar pelan dan lembut. Ini adalah Dunia Jalur Surgawi miliknya. Dia bertanggung jawab atas hukum dunia di tempat ini, sementara Hua Jieyu adalah istrinya. Jieyu seharusnya tidak perlu mengambil risiko dan menghancurkan Jalur Agung miliknya sendiri.
"Qingqing selalu mendampingiku, jadi tidak akan ada bahaya yang mengancamku," ujar Hua Jieyu, masih tersenyum lembut. "Ditambah lagi, selama ini aku memiliki pemahamanku sendiri dan aku ingin mengkultivasi Jalur milikku sendiri. Apakah aku tidak boleh melakukan hal tersebut?"
Ye Futian memandang ke arah Hua Qingqing. Ketika Hua Qingqing berada di sisinya, dia juga merasakan sensasi yang tidak biasa. Sensasi ini sama persis seperti apa yang dikatakan oleh Nianyu, seolah-olah bisa membantunya dalam mendapatkan pencerahan.
Hua Qingqing adalah reinkarnasi dari lampu Buddha. Kultivasinya sangat unik. Ye Futian bisa merasakan Cahaya Pencerahan dari Cahaya Buddha milik Hua Qingqing.
Selama ini, Hua Qingqing juga telah membantu Hua Jieyu dalam berkultivasi.
"Aku tidak tahu apa sebenarnya yang kalian berdua inginkan." Ye Futian menggelengkan kepalanya sambil tersenyum masam. Bagaimana mungkin dia bisa menyalahkan Hua Jieyu? Dia hanya sedikit khawatir.
"Jangan khawatir. Semuanya berjalan dengan baik," jawab Hua Qingqing sambil tersenyum. Suaranya begitu lembut dan membuat siapa pun percaya kepadanya.
"Ya." Ye Futian mengangguk sebagai tanggapan. "Qingqing, kau harus selalu mengawasi Nianyu. Jangan biarkan dia bermain-main."
Hua Qingqing tersenyum dan mengangguk pelan.
"Kakak ipar, apakah kau berniat untuk pergi padahal kau baru saja kembali?" gumam Nianyu. Sebelumnya, mereka telah berbincang-bincang secara telepati. Apakah kakak iparnya berencana menyelinap pergi tanpa berniat untuk berbicara dengannya kali ini?
"Nianyu, kakak iparmu memiliki banyak hal yang harus dilakukan," ujar Hua Jieyu kepada Nianyu. Nianyu menundukkan kepalanya dengan sedih.
"Kembalilah berkultivasi. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku," ujar Hua Jieyu kepada Ye Futian. Sudah jelas, dia tahu bahwa hal terpenting bagi Ye Futian sekarang adalah waktu.
"Baiklah. Aku akan pergi setelah mengunjungi Guru dan Tuan Putri." Ye Futian mengangguk pelan. Dia pergi setelah berkeliling sejenak. Dia memang memiliki banyak hal untuk ditangani dan tidak boleh membuang-buang waktu.
Setelah Ye Futian pergi, Hua Jieyu bertanya pada Hua Qingqing, "Qingqing, apakah akan efektif jika kau membantunya berkultivasi?"
"Tidak." Hua Qingqing menggelengkan kepalanya. "Dia telah menciptakan dunianya sendiri dan telah mencapai pencerahan. Bahkan dengan bantuan rapalan sutra Buddha, sulit baginya untuk memahami lebih jauh. Sekarang, semuanya bergantung pada dirinya sendiri."
"Aku mengerti." Hua Jieyu menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu, sebaiknya kita terus berkultivasi."
"Baiklah," ujar Hua Qingqing. Kemudian, mereka memejamkan mata masing-masing dan suara rapalan sutra Buddha kembali mengitari mereka. Seolah-olah seseorang sedang membaca gulungan-gulungan Buddha di gunung ilahi ini, sehingga membuat istana ilahi ini tampak seperti sebuah tempat yang sangat suci.
Setelah Ye Futian mengunjungi Hua Jieyu, dia pergi ke tempat-tempat lainnya. Dia memeriksa kondisi kultivasi rekan-rekannya dan memberikan bantuan. Kemudian, dia pergi untuk kembali fokus pada kultivasinya sendiri!