Legenda Futian

Memperebutkan Senjata Sub-divine



Memperebutkan Senjata Sub-divine

1Ye Futian tinggal di Kota Tianyan dengan tenang selama beberapa hari. Selama beberapa hari terakhir, dia telah memperoleh banyak informasi. Para kultivator dari bebagai tempat juga telah tiba di Kota Tianyan satu per satu, membuat kota kuno bagi para Armorer ini menjadi semakin ramai.     

Dalam sekejap mata, hanya tersisa tiga hari sebelum Kompetisi Armorer dimulai.     

Ini juga menjadi hari yang disetujui oleh 13th Flight.     

Ye Futian datang berkunjung ke 13th Flight untuk mengambil Senjata Sub-divine miliknya.     

Pada saat ini, banyak kultivator kuat telah berkumpul di depan 13th Flight. Di Kota Tianyan yang semakin ramai ini, pasukan dari berbagai macam tempat telah tiba. Kali ini, 13th Flight menggunakan Senjata Sub-divine sebagai penarik perhatian, bagaimana mungkin ada orang yang tidak tertarik dengan hal tersebut? Bahkan banyak pasukan terkemuka datang kemari untuk mendapatkannya.     

Bahkan bagi pasukan-pasukan ini, Senjata Sub-divine dianggap sebagai benda yang sangat berharga dan bernilai tinggi. Sangat disayangkan bahwa sebagian besar dari pasukan-pasukan ini tidak mahir dalam menggunakan teknik tombak. Jika tidak, mereka pasti ikut berpartisipasi dalam kompetisi ini.     

Tepat di bagian depan dari 13th Flight, sudah ada banyak kultivator yang berdiri di setiap lantai. Sementara itu di lantai tertinggi—lantai 13—selain anggota mereka sendiri, Keluarga Wang dari Kantor Pemimpin Kota Tianyan juga telah mengirim kultivator mereka ke sana.     

Para kultivator dari Keluarga Wang di Kantor Pemimpin Kota dipimpin oleh seorang pria paruh baya. Hanya dengan berdiri di sana, dia membuat semua orang merasa tegang. Nama pria ini adalah Wang Teng, seorang Tetua dari Keluarga Wang. Dia memegang status yang tinggi di dalam Keluarga Wang dan telah selamat dari Ujian Para Dewa. Sedangkan pria berjubah perak di sampingnya adalah Wen Donglai—pemimpin dai 13th Flight.     

Wang Teng dari Kantor Pemimpin Kota datang kemari secara pribadi karena dia telah mendengar kabar bahwa ada beberapa sosok menakjubkan yang muncul di 13th Flight. Teknik tombak mereka sangatlah mengejutkan, dan dia mungkin bisa menyaksikan pertarungan yang seru di sana.     

"Tombak Perak Changkong sudah berada di sini." Wen Donglai menunjuk ke arah Ye Futian, yang berada di antara kerumunan kultivator di bagian bawah dan memperkenalkannya kepada Wang Teng. Wang Teng mengangguk pelan sebagai tanggapan. Tombak Perak Changkong adalah salah satu kultivator kuat yang diperkenalkan kepadanya oleh 13th Flight.     

Dia telah mengalahkan Wen Yang hanya dengan satu serangan. Banyak orang di 13th Flight menebak bahwa dia memiliki peluang sebesar 50 persen untuk membawa pergi Senjata Sub-divine itu.     

Namun sekarang, peluang ini menurun menjadi 20 persen.     

Hal ini dikarenakan ada banyak sosok kuat lain yang muncul selain Tombak Perak Changkong. Salah satu dari mereka adalah seorang kultivator dari Klan Dewa Kuno, yang datang kemari untuk ikut memeriahkan acara ini.     

Tampaknya Ye Futian menyadari bahwa seseorang sedang mengamatinya. Dia mendongak dan memandang lantai tertinggi dari 13th Flight. Dia melihat Wen Donglai mengangguk pelan padanya, seolah-olah berkata 'halo.' Wang Teng juga sedang memandangnya.     

Sudah jelas, mereka semua mengingatnya.     

Ye Futian tidak peduli akan hal tersebut dan tidak memberikan tanggapan. Sepasang mata di balik topeng perak itu tampak setenang genangan air. Dia memandang medan pertempuran terbuka di bagian depan. Pertempuran sudah dimulai, tetapi sekarang adalah pertempuran untuk memperebutkan 12 senjata ilahi lainnya.     

Pertempuran untuk memperebutkan Senjata Sub-divine jelas akan dijadwalkan di urutan terakhir.     

Pada saat yang bersamaan, dia mendengarkan orang-orang berdiskusi di sekitarnya. Tampaknya selain dirinya, beberapa kultivator kuat lainnya juga datang kemari untuk memperebutkan Senjata Sub-divine, dimana hal ini tidak begitu dia perhatikan sebelumnya. Lagipula, ini bukanlah tugas yang sulit baginya. Jika dia ingin mengambil Senjata Sub-Ilahi, memangnya siapa sosok di tingkat Renhuang yang bisa menghentikannya?     

Mendapatkan Senjata Sub-divine baginya semudah mengulurkan tangan dan langsung mengambilnya. Dia tidak perlu memedulikan apa yang sedang terjadi di sini.     

"Sungguh pria yang sombong," ujar Wang Teng dengan suara pelan ketika dia melihat ekspresi Ye Futian di 13th Flight. Wen Donglai adalah seorang kultivator di tingkat Tribulation Plane, pemimpin dari 13th Flight. Dia mengambil inisiatif untuk menyapa Ye Futian dan diabaikan begitu saja. Ini adalah bukti nyata dari kesombongan Ye Futian.     

"Sosok-sosok yang luar biasa terkadang memiliki kepribadian yang tidak biasa." Wen Donglai sama sekali tidak tersinggung dan menanggapinya sambil tersenyum. Pada saat ini, dia memandang ke kejauhan dan berkata, "Dia juga telah tiba di sini."     

Banyak orang mendongak untuk memandang ke arah yang sama, dimana mereka melihat sekelompok kultivator yang bergerak mendekat. Setiap anggota dari kelompok ini memiliki temperamen yang luar biasa.     

Klan Dewa Kuno dari Wilayah Yuanshi berkultivasi di Istana Yuanshu dan mewarisi ajaran dari Yuanshi Agung.     

Kali ini, seorang kultivator menakjubkan dari Istana Yuanshi, Pei Yao, akan ikut bersaing untuk memperebutkan Senjata Sub-divine.     

Tingkat kultivasi Pei Yao saat ini berada di Renhuang Plane tingkat kesembilan, atau yang disebut sebagai puncak Renhuang Plane, dengan kemampuan bertarung yang luar biasa. Dalam pertempuran sebelumnya, dia telah mengalahkan seseorang dari 13th Flight dengan satu serangan.     

Pemimpin dari 13th Flight, Wen Donglai, mengatupkan tangannya untuk menyambut para tamu itu secara pribadi dan berkata, "Silahkan naik ke atas, kawan-kawanku."     

Para kultivator dari Istana Yuanshi sama sekali tidak ragu-ragu dan langsung mendarat di 13th Flight.     

"Apakah pertempurannya sudah dimulai?" seorang kultivator dari Istana Yuanshi bertanya.     

"Sebentar lagi. Begitu pertempuran untuk memperebutkan senjata ilahi lainnya berakhir, tibalah giliran pertempuran untuk memperebutkan Senjata Sub-divine." Wen Donglai bersikap sangat ramah dan penuh senyuman. "Aku yakin Tombak Penghukum Dewa milik Pei Yao memiliki peluang besar untuk membantunya mendapatkan Senjata Sub-divine."     

"Istana Yuanshi, sebagai bagian dari Klan Dewa Kuno, seharusnya tidak ikut bersaing dengan kultivator lain untuk memperebutkan Senjata Sub-divine. Namun, untuk menambah kemeriahan acara di Kota Tianyan ini, kami akan ikut bersenang-senang di dalamnya. Pei Yao kebetulan ahli dalam teknik tombak. Kami mohon maaf sebelumnya jika dia berhasil mendapatkan hadiahnya," ujar seorang Tetua dari Istana Yuanshi.     

Saat mendengar nada bicaranya, rasanya seolah-olah Senjata Sub-divine itu sudah menjadi milik mereka, dan proses perebutannya akan menjadi sangat mudah bagi mereka.     

Faktanya, para jenius dari Klan Dewa Kuno memang memiliki peluang paling besar dalam kompetisi untuk memperebutkan Senjata Sub-divine. Dalam kondisi normal, mereka mungkin tidak akan menghadapi lawan yang lebih kuat dari mereka, jadi kepercayaan diri mereka ini sudah bisa ditebak.     

Ditambah lagi, Tombak Penghukum Dewa milik Pei Yao memiliki kekuatan penghancur yang mencengangkan di dalamnya.     

"Kehadiran teknik itu akan menambah variasi dari teknik tombak yang ditunjukkan oleh semua pihak. Kalian tidak perlu meminta maaf; kau bersikap terlalu sopan," ujar Wen Donglai sambil tersenyum. Istana Yuanshi tampil penuh percaya diri, tetapi menurutnya, tidak mudah bagi Pei Yao untuk mengambil Senjata Sub-divine karena dia masih harus menghadapi dua lawan dalam pertempuran berikutnya.     

Saat mereka berbincang-bincang, muncul aura kuat lainnya di kejauhan, yang diikuti oleh munculnya beberapa sosok yang melesat di udara dan akhirnya tiba di sini. Pria yang berada di bagian tengah menggunakan jubah berwarna hitam dan memancarkan energi yang mengancam.     

Begitu mereka muncul, kelompok itu langsung menarik perhatian Wen Donglai dan yang lainnya.     

Identitas orang-orang ini sangat misterius, dan aura yang baru saja mereka rasakan tidak memberikan petunjuk apa pun. Bahkan Wen Donglai menduga bahwa orang-orang ini bukan berasal dari Prefektur Ilahi, melainkan dari Istana Kegelapan.     

Namun, mereka tidak bisa membuktikan dugaan mereka. Orang-orang ini mengikuti kompetisi sesuai peraturan yang berlaku, sehingga mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaimanapun juga, semua orang di Kota Tianyang sedang memusatkan perhatian mereka pada acara ini.     

Pria berjubah hitam yang datang kemari untuk bersaing memperebutkan Senjata Sub-divine itu adalah Nie Jiu. Dia menggunakan sebuah tombak hitam dengan kekuatan penghancur yang luar biasa di dalamnya. Di mata Wen Donglai, kekuatannya tidak kalah dengan Tombak Penghukum Dewa milik Pei Yao. Oleh karena itu, kedua pria ini adalah kandidat yang memiliki peluang paling besar untuk mendapatkan Senjata Sub-divine tersebut. Dibandingkan dengan mereka berdua, kekuatan Tombak Perak Changkong terlihat sedikit lebih lemah.     

Kedua pria ini, salah satunya berasal dari Klan Dewa Kuno, dan satu sosok lainnya kemungkinan besar berasal dari Dunia Kegelapan.     

Masih ada beberapa sosok lain yang berlomba untuk memperebutkan Senjata Sub-divine, tetapi Wen Donglai menganggap bahwa kompetisi ini pada dasarnya adalah pertempuran di antara ketiga pria ini untuk memperebutkan hadiah utama. Meskipun kultivator lainnya juga sangat kuat, namun masih ada perbedaan kekuatan antara mereka dan ketiga sosok ini. Pei Yao dan Nie Jiu masing-masing memiliki peluang keberhasilan sekitar 40 persen, dan Tombak Perak Changkong memiliki peluang keberhasilan sekitar 20 persen.     

Setelah mereka tiba di sana, mereka hanya berdiri tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan menunggu dengan tenang. Tatapan mata mereka terpaku pada medan pertempuran di bagian depan; mereka jelas tidak sedang terburu-buru.     

Pei Yao tampaknya bisa merasakan ancaman yang samar saat dia memandang Nie Jiu di seberang langit, ketika mereka saling memandang, terdapat arus kekuatan yang bergejolak dan bertabrakan di udara.     

Keduanya telah menyadari kehadiran satu sama lain.     

Hanya Ye Futian yang menjadi pengecualian. Dia telah menahan sebagian besar auranya, sehingga kehadirannya nyaris tidak bisa dideteksi.     

Akhirnya, seiring berjalannya waktu, 12 dari 13 tombak yang tersedia telah dibawa pergi, meninggalkan satu tombak yang berdiri sendirian di bagian tengah.     

Wen Donglai maju selangkah dan mengayunkan tangannya. Kemudian, sosok lain melangkah ke depan untuk memindahkan Senjata Sub-divine itu ke bagian samping. Dia memandang para kultivator di hadapannya dan berkata, "Tidak ada gunanya terlalu banyak berbasa-basi. Kalian semua sudah berada di sini, jadi pemilik tombak ini akan ditentukan oleh kalian semua."     

Saat dia selesai berbicara, beberapa orang mulai melangkah ke depan. Pei Yao dan Nie Jiu juga memasuki area terbuka yang luas itu, begitu pula dengan Ye Futian.     

"Total ada 12 orang!"     

Di antara semua penantang yang ingin mendapatkan Senjata Sub-divine hanya 12 orang yang mampu mengalahkan kultivator-kultivator tingkat tinggi dari 13th Flight. Sedangkan dalam aspek teknik tombak, teknik-teknik tombak 13th Flight telah mendominasi jalannya pertempuran.     

"Tidak boleh ada korban jiwa dalam kompetisi ini. Orang terakhir yang berdiri dengan teknik tombak miliknya akan berhak membawa pulang Senjata Sub-divine itu." Begitu Wen Donglai menyampaikan pengumuman, sebuah tirai cahaya muncul dari matriks di sekitarnya, menyegel area terbuka yang berada di bagian tengah.     

Ke-12 kultivator itu berada di dalamnya.     

Sebuah tombak perak muncul di tangan Ye Futian, dan kekuatan Jalur Agung langsung menyelimutinya. Kemudian, dia memejamkan matanya, dan di balik topeng perak itu, matanya tertutup secara perlahan-lahan. Dia berdiri di sana tanpa bergerak sedikit pun, seolah-olah dia bahkan tidak ingin berpartisipasi dalam kompetisi ini.     

Di sisi lain, Pei Yao juga berdiri sendirian di tempatnya, tampak dingin dan tidak ramah.     

Sebuah tombak berwarna hitam muncul di tangan Nie Jiu dengan mengeluarkan aura penghancur yang mengerikan.     

"Kalian tentukan sendiri bagaimana hasil akhirnya." Pei Yao angkat bicara, seolah-olah dia tidak berniat untuk berpartisipasi dalam kompetisi ini.     

Ada banyak sosok terkemuka di antara kerumunan kultivator itu. Aura Jalur Agung menyebar di udara dan memasuki tombak di tangan mereka masing-masing. Kemudian, mereka melancarkan serangan satu per satu.     

Dalam sekejap, banyak bayangan tombak yang melesat bagaikan kilat di udara.     

Banyak dari mereka langsung mengeluarkan serangan mereka yang paling kuat begitu pertempuran dimulai.     

Ye Futian masih berdiri di tempatnya dengan mata terpejam saat seberkas cahaya berwarna perak melesat ke arahnya dengan kecepatan tinggi, seperti kilatan petir.     

*Brak* Sebuah suara benturan terdengar saat tombak yang melancarkan serangan itu berhasil ditangkis. Entah bagaimana, tombak perak di tangan Ye Futian terangkat ke udara; keberadaannya bahkan hampir tidak terdeteksi. Tombak itu bertabrakan dengan tombak lawannya. Kemudian, tombak sang penyerang hancur menjadi bagian-bagian kecil saat dia merasakan hawa dingin di tenggorokannya, tepat di tempat yang ditunjuk oleh tombak milik Ye Futian.     

"Tidak buruk." Wang Teng memberikan pujian ketika dia melihat serangan balasan yang dilancarkan oleh Ye Futian. Pergerakannya sangat cepat, dan kekuatan yang dihasilkan oleh teknik itu juga sangat dahsyat.     

Ye Futian hanya membutuhkan satu serangan untuk membunuh pria itu.     

Ye Futian menyimpan tombaknya saat lawannya itu membungkuk hormat dan mundur dengan keringat dingin membasahi keningnya.     

"Luar biasa." Orang-orang yang berada di luar juga menyaksikan penampilan yang menakjubkan ini. Di area lain, para pemenang juga bermunculan dengan cepat. Di dalam area yang begitu sempit, kemenangan atau kekalahan akan ditentukan hanya dalam hitungan detik. Setelah seseorang meraih kemenangan, apa yang dilihat oleh semua orang hanyalah tombak milik Nie Jiu, yang terlihat seperti sebuah bayangan berwarna hitam dan menusuk lengan lawannya. Kemudian dia menghempaskan tubuh lawannya itu keluar dari medan pertempuran.     

Dalam waktu singkat, hanya tiga orang yang tersisa di atas medan pertempuran, dimana hal ini sudah diprediksi oleh semua orang bahkan sebelum pertempuran ini dimulai. Mereka bertiga dianggap sebagai tiga sosok terkuat di antara semua kultivator yang ikut berpartisipasi.     

"Kalian berdua, silahkan tentukan siapa dari kalian yang bisa bersaing denganku," ujar Pei Yao dari Istana Yuanshi sambil memandang ke arah Ye Futian dan Nie Jiu.     

Nie Jiu memandangnya, lalu dia tersenyum mengejek. Kemudian, dia memandang Ye Futian di bagian bawah dan berkata, "Menyerahlah."     

Dia ingin melihat sekuat apakah Tombak Penghukum Dewa dari Istana Yuanshi itu.     

Ye Futian mendongak dan memandang dua pria yang berada di atas langit. Dia mengangkat tombak perak di tangannya, lalu dia bergerak dari tempatnya.     

Dalam sekejap, dia telah berubah menjadi bayangan berwarna perak!     

Tiba-tiba, Nie Jiu merasakan ancaman yang kuat, dan tombak hitamnya pun diayunkan. Dalam sekejap, bayangan tombak penghancur yang tak terhitung jumlahnya muncul di udara, dan setiap bayangan tombak itu mengandung aura penghancur yang menakjubkan di dalamnya, memenuhi area ini. Mereka langsung bergerak ke arah Ye Futian. Seolah-olah dia tidak begitu peduli untuk menahan serangannya saat ini, siap untuk membunuh lawannya itu.     

Namun tetap saja, dia tidak bisa melakukan hal tersebut. Cahaya perak itu melesat dan menghilang dari tempatnya, namun tombak hitam di tangannya justru meledak dan hancur berkeping-keping saat cahaya perak itu menusuk lengannya. Meskipun cahaya tersebut hanya menyerempet, namun darah segar tetap mengalir dari lengannya.     

Nie Jiu tampak terkejut. Kemudian, dia melihat tombak milik Ye Futian bergetar saat menghempaskan tubuhnya keluar dari medan pertempuran. Dia berbalik dan memandang sosok terakhir yang tersisa di sana—Pei Yao dari Istana Yuanshi.     

Pei Yao menatap Ye Futian dengan terkejut. Sudah jelas, dia tidak menyadari apa yang baru saja terjadi terkait serangan tombak itu. Tapi dia dia tidak sendirian. Wen Donglai, Wang Teng, dan yang lainnya tidak punya waktu untuk bereaksi sebelum tombak perak milik Ye Futian kembali bergerak.     

Serangan yang menakjubkan itu membawa seberkas cahaya perak bersamanya dan melesat menuju Pei Yao seperti kilatan petir berwarna perak.     

*Boom* Sebuah aura yang menakjubkan menyebar di udara, seolah-olah segel yang mengelilingi area itu akan hancur. Saat ini, muncul sebuah bayangan yang menyerupai seorang prajurit ilahi di sana. Bayangan itu melancarkan sebuah serangan ilahi dan membawa kekuatan penghancur dunia di dalamnya untuk melenyapkan cahaya perak itu.     

Aliran cahaya itu melesat dan menghilang dalam sekejap, sedangkan cahaya Hukuman Ilahi itu berhasil ditembus. Seolah-olah tombak perak itu telah tiba tepat di depan tenggorokan Pei Yao. Serangan itu tidak berhenti bahkan setelah tombak milik Pei Yao dihancurkan.     

Pertempuran itu pun berakhir dalam sekejap.     

Sebelum para penonton sempat bereaksi, dan saat semua kultivator di luar sana tertegun, pertempuran itu akhirnya telah berakhir.     

Keterkejutan memenuhi wajah semua orang. Tatapan mata mereka masih terpaku pada medan pertempuran.     

Wen Donglai, Wang Teng, dan para kultivator dari Istana Yuanshi menyaksikan semua yang ada di hadapan mereka itu dengan takjub. Mereka pun bertanya-tanya, 'Sudah selesai? Apakah pertempuran ini berakhir begitu saja?'     

Apa sebenarnya yang telah terjadi?     

Ye Futian mengabaikan ekspresi yang muncul di wajah semua orang saat dia menyimpan tombaknya. Dia berjalan menghampiri Senjata Sub-divine itu dan mengulurkan tangannya untuk memegang tombak tersebut. Kemudian, dia memandang ke arah Wen Donglai dan bertanya, "Apakah aku boleh mengambilnya sekarang?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.