Kembali
Kembali
'Ada apa ini?' Ye Futian bertanya-tanya. Di dalam benaknya, dia bisa melihat satu sosok Buddha di sana. Buddha ini terlihat agung dan bermartabat, selain itu tubuhnya diselimuti oleh cahaya suci. Namun kekuatannya terus menerus menerobos masuk ke dalam dirinya, berniat untuk mengambil alih pikirannya.
Ini benar-benar aneh!
Ye Futian bisa merasakan sesuatu yang tidak biasa dan menyadari bahwa ini bukanlah waktunya untuk beristirahat. Cahaya Buddha di tubuhnya bersinar terang saat dia merapalkan sutra Buddha sampai dia diselimuti oleh Cahaya Buddha, yang berusaha membasmi semua roh jahat di dalam dirinya.
"Apakah ini adalah aura dari sosok itu?!" Hati Ye Futian berdebar. Dia teringat akan legenda dari Laut Tanpa Warna. Dia bertarung di Laut Tanpa Warna dan membunuh Saint Zhenchan dengan aura gabungan dari semua Buddha di Laut Tanpa Warna, tapi aura gabungan ini berada di sini karena suatu alasan—untuk menekan iblis mengerikan yang pernah menjadi Buddha tingkat tinggi di masa lalu. Sama seperti ketika dia meminjam aura gabungan milik para Buddha di Laut Tanpa Warna, aura iblis itu juga lolos dari belenggunya.
Di dalam benaknya, bayangan Buddha yang menerobos masuk itu berubah warna menjadi hitam pekat. Itu adalah seorang Buddha berwarna hitam yang kursi teratainya telah terikat di dalam benaknya. Pada saat ini, Ye Futian menjadi sangat mudah tersinggung dan penuh dengan pikiran negatif. Dia teringat akan banyak hal mengerikan dari masa lalunya, seperti saat dia pertama kali memasuki Western Heaven; ketika dia dikejar oleh Tetua Agung Motian; ketika dia diburu oleh Lord Six Desires; atau ketika dia ditahan oleh Lord Initial Zen dan kultivator lainnya.
Adapula perlakuan buruk yang diterimanya dari Saint Zhenchan, Kepala Biksu Shenyan, Buddha Tertinggi Shenyan, dan masih banyak lagi. Semua ingatan ini memasuki pikirannya secara bergantian. Bahkan ada sebuah suara yang muncul di dalam benaknya yang berkata, "Sejak awal manusia ditakdirkan untuk melakukan kejahatan, dan semua Buddha adalah sosok yang munafik."
Ekspresi Ye Futian sedikit berubah sebelum dia mengeluarkan guqin ilahi miliknya, Kerinduan kembali dikeluarkan dan dimainkan dengan kedua tangannya. Pada saat yang bersamaan, bibirnya terus menerus bergerak, dan Six Syllable of Truth bergema di area ini. Tiba-tiba, semua Buddha itu kembali beresonansi dengannya, dan Laut Tanpa Warna bergejolak lagi.
Laut ini bergulung dan mengalir ke atas, melawan hukum alam, dan menyelimuti tubuh Ye Futian. Aura para Buddha itu kembali beresonansi dengan aura Ye Futian. Di bawah pengaruh dari Six Syllables of Truth, suara rapalan sutra Buddha itu sungguh memekakkan telinga dan membuatnya tetap waspada. Tubuhnya kini berubah menjadi tubuh seorang Buddha, dan pada saat yang bersamaan, dia memproyeksikan satu sosok Buddha kuno berwarna emas di dalam pikirannya, yang duduk di atas setangkai teratai emas, menghadap sang Buddha Kegelapan, mencoba untuk menekannya.
Iblis itu muncul kembali karena dirinya, dan oleh sebab itulah, maka dia juga yang harus menyegelnya lagi. Dahulu, para Buddha telah menggabungkan aura mereka ke dalam Laut Tanpa Warna untuk menekan iblis ini, dan sangat mungkin baginya untuk melakukan yang sama kali ini.
Di lautan di dalam benak Ye Futian, dua Buddha tingkat tinggi itu telah menemui jalan buntu. Satu-satunya perbedaan di antara mereka adalah, Buddha Kegelapan itu sendirian, tetapi di seberangnya, sang Buddha kuno berwarna emas itu dikelilingi oleh banyak Buddha lainnya. Suara rapalan sutra Buddha terdengar dari mereka pada saat yang bersamaan. Dunia ini telah diubah menjadi dunia para Buddha, yang menekan semua iblis di dalamnya.
*Boom* Tubuh Ye Futian bergetar pelan. Meskipun dia telah menstabilkan tubuh dan jiwanya dengan teknik-teknik Buddha, namun tetap sulit baginya untuk mencapai ketenangan mutlak. Dua aura itu terus bertarung satu sama lain, dan dia merasakan sakit kepala yang sangat menyakitkan, yang lebih membebaninya daripada ketika dia bertarung melawan Saint Zhenchan sebelumnya.
Selain itu, iblis yang menyerang pikirannya tersebut sangat menakutkan dan keras kepala. Dia pernah menjadi Buddha tingkat tinggi yang mahir dalam ajaran Buddha. Kemudian, dia kehilangan harapan terhadap semua yang dia yakini, sehingga membuka jalan baginya untuk terobsesi dengan dunia iblis. Karena alasan inilah, pengaruh ajaran Buddha pada dirinya telah dibatasi. Dia tidak pernah dikalahkan dengan seutuhnya selama bertahun-tahun ini.
Ye Futian bahkan menggunakan aura kaisar, yang membuat sekujur tubuhnya bersinar layaknya sebuah tubuh ilahi selagi dua aura itu bersaing satu sama lain. Tampaknya dia mampu menekan lawannya itu, namun dia tidak bisa menghancurkannya.
Pada saat ini, kumpulan awan di atas langit terbelah, dan Cahaya Buddha tampak mengalir ke bawah, menyinari Laut Tanpa Warna dan juga menyelimuti tubuh Ye Futian.
Sementara itu, muncul seberkas cahaya di kejauhan, dimana terdapat satu sosok Buddha dengan Tubuh Emas bisa terlihat di sana. Dia memusatkan pandangannya pada Ye Futian.
'Itu adalah Buddha Tertinggi dari Colorless Heaven!' Ye Futian berseru dalam hati. Terdapat beberapa Buddha tingkat tinggi yang menghuni Colorless Heaven, dan sosok ini seharusnya sudah berada di tingkat Buddha Tertinggi.
Cahaya Buddha menyinari tubuh Ye Futian seolah-olah ada sesuatu yang telah menerobos masuk ke dalam benak Ye Futian, membantunya melawan Buddha Kegelapan itu. Cahaya Buddha yang menyelimuti para Buddha ini tiba-tiba menjadi lebih kuat daripada sebelumnya. Perlahan-lahan, banyak retakan muncul pada bayangan Buddha Kegelapan tersebut.
Namun, tatapan matanya tetap terlihat acuh tak acuh dan dingin saat menyaksikan semua ini. Kemudian, segala sesuatunya dihancurkan dan lenyap tak bersisa.
'Akhirnya selesai juga,' pikir Ye Futian dalam hati saat aura para Buddha itu kembali memudar. Saat Cahaya Buddha yang menyelimuti tubuhnya itu meredup, dia memandang ke atas langit dan membungkuk hormat, lalu berkata, "Terima kasih, Buddha Tertinggi."
Buddha Tertinggi itu menyatukan telapak tangannya dan menanggapi, "Amitabha, aku bisa melihat bahwa Saudara Ye memiliki koneksi yang kuat dengan ajaran Buddha. Jika kau melanjutkan kultivasimu dalam ajaran Buddha, aku yakin kau akan menjadi seorang Buddha tingkat tinggi di masa depan."
"Buddha Tertinggi terlalu berlebihan dalam memuji saya. Ajaran Buddha sangatlah mendalam, dan saya baru mempelajari bagian luarnya saja. Kali ini saya telah mengganggu waktu anda di Laut Tanpa Warna dan hampir menimbulkan masalah serius. Saya mohon maaf atas tindakan saya ini," Ye Futian kembali membungkuk hormat dan meminta maaf.
"Aku yakin itu bukanlah kehendak dari Saudara Ye," Buddha Tertinggi itu menanggapi.
"Terima kasih atas pengertiannya, Buddha Tertinggi. Sekali lagi, saya minta maaf karena telah mengganggu waktu kultivasi anda. Saya pamit undur diri terlebih dahulu," ujar Ye Futian.
Buddha Tertinggi itu menyatukan telapak tangannya saat Ye Futian membungkuk hormat untuk pamit undur diri. Kemudian, sosoknya melesat pergi, dan Cahaya Buddha yang menyelimuti langit juga ikut menghilang. Tidak lama kemudian, Buddha Tertinggi itu juga pergi meninggalkan tempat tersebut.
Ye Futian bergerak cepat dalam perjalanannya menggunakan Buddha's Celerity. Tidak butuh waktu lama sebelum dia tiba di suatu tempat, dan dia berhenti untuk berkultivasi dengan memejamkan matanya di sana. Pada saat yang bersamaan, dia memberitahu Hua Jieyu dan yang lainnya bahwa mereka tidak lagi terlibat dalam masalah.
Beberapa hari kemudian, sembari memulihkan diri, Ye Futian kembali melanjutkan perjalanannya dengan menggunakan Buddha's Celerity, pergi meninggalkan Western Heaven.
Semua urusannya di Western Heaven telah terselesaikan, maka sudah waktunya untuk pergi dari sini.
Pada saat yang bersamaan, banyak Buddha tingkat tinggi dari Western Heaven telah menerima berita tentang kematian Saint Zhenchan. Untuk beberapa saat, hati mereka dipenuhi oleh kegelisahan. Namun, beberapa Buddha tingkat tinggi tampaknya telah meramalkan hasil akhir ini, dan mereka tetap terlihat tenang seperti biasanya.
Grandmaster Bitter Zen juga mendengar berita itu saat dia sedang menyapu bagian luar dari perpustakaan. Dia hanya mengangkat kepalanya untuk memandang ke kejauhan sebelum melanjutkan tugasnya untuk menyapu dedaunan yang berguguran.
Sebagai perbandingan, orang-orang seperti Buddha Tertinggi Shenyan dan yang lainnya terlihat sangat terkejut dengan berita itu. Ye Futian berhasil memburu dan membunuh Saint Zhenchan di Laut Tanpa Warna. Dia telah melakukan hal tersebut dengan memanfaatkan aura gabungan dari semua Buddha yang ada di dalam Laut Tanpa Warna. Saint Zhenchan kini telah binasa.
Bersamaan dengan tewasnya Saint Zhenchan, maka Kuil Zhenchan kini resmi menjadi catatan sejarah.
…
Di antara area kosong, seekor Roc Bersayap emas sedang terbang menembus kekosongan sambil menghadapi guncangan di area yang dia lewati.
Di atas punggungnya, Hua Jieyu sedang memandang ke belakang dengan kedua matanya yang indah. Seolah-olah dia sedang menantikan sesuatu.
Pada saat ini, tiba-tiba muncul satu sosok di depannya dan mendarat di atas punggung Roc Bersayap Emas itu. Tanpa ada jejak-jejak aura sedikit pun, aura itu muncul begitu saja. Sosok itu tidak lain adalah Ye Futian. Roc Bersayap Emas itu dikendalikan olehnya; wajar baginya untuk bisa menemukan lokasinya dengan mudah dan bertemu kembali dengan Hua Jieyu dan yang lainnya.
"Luar biasa," ujar Chen Yi ketika dia melihat Ye Futian muncul secara tiba-tiba di depan mereka. Menurut pengalamannya, tidak peduli jenis kekuatan Jalur Agung apa pun yang digunakan untuk melakukan perjalanan melalui ruang hampa, akan selalu ada beberapa tanda yang dapat dirasakan sebelumnya. Namun, kemunculan Ye Futian tidak meninggalkan jejak-jejak aura sedikit pun. Seolah-olah dia benar-benar muncul begitu saja di sana.
"Buddha's Celerity adalah salah satu dari enam kemampuan super dalam ajaran Buddha; tidak heran kemampuannya sangatlah menakjubkan," jawab Ye Futian sambil tersenyum.
"Guru." Fang Cun dan yang lainnya melangkah ke depan dan memanggilnya dengan gembira. Mereka sangat senang ketika mereka melihat Ye Futian kembali dengan selamat, terutama mengingat momen ketika dia dikejar oleh Saint Zhenchan sebelumnya.
"Semuanya baik-baik saja sekarang," ujar Ye Futian sambil tersenyum. Kemudian dia memandang Hua Jieyu dan berkata, "Aku telah kembali."
"Mmm." Hua Jieyu mengangguk pelan.
"Ayo kita pulang." Ye Futian tersenyum, dan semua anggota kelompoknya mengangguk setuju.
Sudah waktunya bagi mereka untuk kembali ke Pecahan Ziwei!