Legenda Futian

Membunuh Saint Zhenchan (2)



Membunuh Saint Zhenchan (2)

3Six Syllables of Truth adalah salah satu sihir tingkat tinggi dalam ajaran Buddha. Meskipun sihir tersebut tidak memiliki kekuatan untuk menyerang secara langsung, namun Six Syllables of Truth mampu memberkati, dengan demikian meningkatkan kekuatan semua jenis teknik Buddha. Sihir itu sendiri mewakili pencerahan terbesar dalam ajaran Buddha dan dianggap sebagai sihir paling tua dari semua kekuatan Buddha.     

Ketika Six Syllables of Truth dikeluarkan, Laut Tanpa Warna tampaknya telah membentuk semacam resonansi dengan Ye Futian. Seolah-olah semua aura Buddha yang tersimpan di dalam Laut Tanpa Warna dapat digunakan olehnya. Namun, hal yang lebih mengerikan adalah, para Buddha itu muncul seperti sekelompok Buddha tingkat tinggi dalam bentuk fisik mereka dan mengeluarkan teknik-teknik Buddha yang sangat agresif.     

Pada saat ini, Saint Zhenchan tidak memiliki siapa pun untuk membantunya, seolah-olah dia adalah musuh utama bagi penganut ajaran Buddha. Ekspresinya saat ini terlihat sangat buruk. Dalam situasi seperti ini, dia adalah seorang kultivator Buddha dan seharusnya menjadi salah satu dari mereka, sementara Ye Futian adalah orang asing yang sesungguhnya—seorang pengunjung dari Prefektur Ilahi.     

Sekarang, para Buddha ini justru bertarung di pihak Ye Futian. Berkat bantuan dari mereka, teknik-teknik Buddha yang dikeluarkan oleh Ye Futian tampaknya mampu menekannya dengan kuat.     

Bahkan Ye Futian berani mengatakan bahwa dia akan mengirimnya kembali ke roda reinkarnasi. Seolah-olah kata-katanya adalah kebenaran mutlak, yang berasal dari Jalur Agung. Dia berniat mengirimnya, Zhenchan, kembali ke roda reinkarnasi.     

Suara rapalan sutra Buddha terus bergema saat langit dan bumi beresonansi. Suara itu berasal dari semua Buddha yang baru saja muncul dan bergema di seluruh penjuru Laut Tanpa Warna. Sihir Vajra yang mengerikan itu ditujukan kepada Saint Zhenchan, menembus bayangan para Buddha yang telah berkumpul di sekitar Saint Zhenchan.     

Mereka bahkan melesat menuju Saint Zhenchan untuk membunuhnya.     

Pada saat ini, hal yang membuat Saint Zhenchan sangat ketakutan adalah kemungkinan bahwa Ye Futian benar-benar bisa mengirimkannya kembali ke roda reinkarnasi.     

*Boom* Saint Zhenchan memiliki ekspresi serius di wajahnya, dan dia tampaknya berada dalam suasana hati yang buruk. Dia menyatukan kedua telapak tangannya di depan dadanya, dan kedua matanya terpejam. Di atas tubuhnya, Cahaya Buddha berwarna emas terpancar saat dia berubah wujud menjadi satu sosok Buddha sejati. Di belakangnya, banyak bayangan Buddha bermunculan, seolah-olah mereka adalah sosok yang nyata.     

Pada saat berikutnya, bayangan-bayangan Buddha ini mengulurkan tangan masing-masing, hingga mereka memenuhi langit dan menghalangi matahari.     

Di antara alis Saint Zhenchan, sebuah mata ilahi sepertinya telah terbuka. Mata itu juga dihiasi oleh simbol ajaran Buddha, yang sangat mengejutkan untuk dilihat. Simbol itu berubah menjadi sesuatu yang berbentuk seperti pedang, membawa aura yang sangat tajam di dalamnya, seperti seorang prajurit yang tak tertandingi.     

Dalam sekejap, semua tangan yang dikeluarkan oleh para Buddha di belakang Saint Zhenchan itu telah menggenggam sebilah pedang ilahi. Semua pedang ilahi ini memancarkan ketajaman yang sepertinya mampu membasmi semua iblis di dunia ini.     

Pedang-pedang itu bahkan belum diayunkan saat sebuah aura pedang yang mengerikan menerjang mendekat untuk membunuh Ye Futian. Segala sesuatu yang menghalangi jalannya akan dimusnahkan dan dibungkam. Di sisi lain, Ye Futian juga bisa merasakan kekuatan penekan dari teknik ini. Pasti ini adalah sebuah serangan pamungkas yang diperoleh Saint Zhenchan dari kemampuan super Buddha.     

Pedang ilahi ini bahkan lebih mengerikan daripada Pedang Bencana dari Ujian Para Dewa, dan dapat disejajarkan dengan Pedang Hukum, yang mampu menghancurkan semua kekuatan Jalur Agung.     

Ye Futian tahu bahwa Saint Zhenchan menyadari bahwa nyawanya sedang terancam, jadi dia harus menggunakan serangan terkuatnya untuk membunuhnya di sini, di Laut Tanpa Warna.     

Dalam pertarungan ini, salah satu dari mereka akan terkubur di tempat suci dari ajaran Buddha ini.     

"Mahavairocana!" Sosok Buddha yang merupakan perwujudan dari Ye Futian itu mengeluarkan Cahaya Buddha yang tak tertandingi saat Sihir Vajra diaktifkan. Pada saat yang bersamaan, semua Buddha itu mengerahkan telapak tangan mereka ke depan, itu adalah teknik Palm of Mahavairocana.      

"Bunuh dia!" Saint Zhenchan berseru. Meskipun dia adalah seorang kultivator Buddha, namun pada saat ini, keinginan membunuhnya telah melesat menembus langit. Teknik serangan ini menggambarkan kepribadiannya, yang sangat mengintimidasi dan tak kenal ampun. Teknik ini diciptakan olehnya, yaitu Pedang Zhenchan.     

Saat Pedang Zhenchan dikeluarkan, lengan-lengan itu juga bergerak pada saat yang bersamaan. Pedang ilahi di tangan mereka diayunkan ke depan. Mereka bertabrakan dengan Sihir Vajra milik Ye Futian, tetapi tidak mampu mengguncangnya sedikit pun. Lengan itu terus dikerahkan ke depan dengan menggenggam pedang ilahi di tangan masing-masing, menutupi seluruh tempat, tanpa melewatkan sudut sekecil apa pun, dan membantai semua yang ada di hadapan mereka.     

Palm of Mahavairocana akhirnya bertabrakan dengan Pedang Zhenchan saat cahaya yang mengerikan bersinar di atas Laut Tanpa Warna. Palm of Mahavairocana berhasil dihancurkan, tetapi Pedang Zhenchan juga terus-menerus dihancurkan. Namun, lengan itu seperti tidak ada habisnya, terus membantai para Buddha yang membawa Pedang Zhenchan di tangan mereka itu.     

Bahkan jika para Buddha yang dibangkitkan kembali ini berniat untuk membantu Ye Futian, Saint Zhenchan akan melenyapkan mereka semua.     

Memangnya kenapa jika mereka adalah para Buddha kuno?     

Dia, Saint Zhenchan, adalah salah satu Buddha tingkat tinggi di masa kini, dan dia tidak takut pada aura para Buddha kuno dari zaman kuno.     

*Boom, Boom, Boom* Serangan-serangan mengerikan itu bertabrakan satu sama lain, dan semua lengan yang memegang Pedang Zhenchan itu menusuk bayangan-bayangan Buddha di hadapan mereka, menghancurkannya satu per satu. Kekuatan penghancur yang dihasilkan sangatlah mengerikan. Sepertinya serangan Pedang Zhenchan sudah cukup untuk menimbulkan kehancuran total. Tidak peduli dari kekuatan Jalur Agung apa pun serangan itu dibentuk, mereka semua akan dimusnahkan tanpa terkecuali.     

Orang-orang yang berada di tingkat kultivasi yang sama dengan Saint Zhenchan memiliki pemahaman tersendiri terkait Jalur Agung, dan Pedang Zhenchan adalah contohnya.     

Saat merasakan munculnya serangan yang mengerikan dari Saint Zhenchan, Ye Futian sama sekali tidak menunjukkan kegelisahan di wajahnya.     

"Om mani padme hum!"     

"Om mani padme hum!"     

Six Syllables of Truth masih diaktifkan saat suara rapalan sutra Buddha bergema di langit di atas Laut Tanpa Warna. Seluruh penjuru langit ikut beresonansi ketika segel yang menutupi wilayah pesisir ini berubah menjadi bayangan-bayangan Buddha, yang terlihat seperti sebuah lukisan dari para Buddha ini.     

Ini bukan lagi hanya 108 Buddha, melainkan ratusan ribu Buddha yang muncul di satu tempat sekaligus.     

Semua Buddha itu beresonansi satu sama lain, seolah-olah mereka sedang mendengarkan kebenaran yang disampaikan oleh sang Buddha. Melihat semua lengan itu terus menerus bermunculan untuk membunuh targetnya, semua Buddha itu juga ikut mengulurkan tangan mereka secara bersamaan.     

"All Buddhas Return to the Source!" [1]     

Saint Zhenchan mendongak untuk memandang ke atas langit. Di bawah cahaya matahari, dia bisa melihat fenomena All Buddhas Return to the Source. Pada saat ini, Saint Zhenchan benar-benar bisa merasakan keputusasaan dalam dirinya. Bagaimana caranya Ye Futian dapat menciptakan fenomena ini meski 'hanya' menghabiskan waktunya di Gunung Roh selama lebih dari satu dekade?     

Sebaliknya, dia yang telah berkultivasi bertahun-tahun lamanya bahkan tidak mampu menciptakan fenomena All Buddhas Return to the Source. Namun faktanya, Ye Futian mampu melakukan hal ini dengan menggunakan aura para Buddha yang tersimpan di dalam Laut Tanpa Warna.     

Serangan ini tidak pandang bulu, dan segala sesuatunya akan dihancurkan.     

Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh yang mengerikan. Ketika serangan ini dikeluarkan, lengan-lengan itu hancur dalam sekejap, dan Pedang Zhenchan sekalipun tidak mampu menahannya.     

Serangan ini tidak mengandung kekuatan milik Ye Futian, tetapi kekuatan semua Buddha di Laut Tanpa Warna; Ye Futian hanyalah orang yang menggerakkan semuanya. Dia telah menciptakan fenomena All Buddhas Returning to the Source dengan menggunakan Six Syllables of Truth, dan karena semua Buddha ini melancarkan serangan secara bersamaan, itu bukanlah sesuatu yang bisa dilawan oleh Saint Zhenchan.     

*Boom* Serangan itu menghancurkan segalanya saat menghantam Laut Tanpa Warna.     

Laut Tanpa Warna tampak bergejolak serta bergemuruh, dan situasi ini berlangsung cukup lama, sebelum perlahan-lahan kembali tenang seperti sedia kala. Beberapa sinar cahaya Sarira melesat keluar dari Laut Tanpa Warna, mencoba melarikan diri. Tatapan mata Ye Futian tampak dingin dan acuh tak acuh. Jarinya menunjuk ke arah manik-manik Sarira itu, dan tiba-tiba manik-manik itu hancur satu per satu. Bayangan Saint Zhenchan muncul secara tiba-tiba, wajahnya dihiasi oleh amarah dan keputusasaan.     

Zhenchan—salah satu Buddha tingkat tinggi di Dunia Buddha—telah binasa di tangan seorang pemuda dari Prefectur Ilahi; ini adalah akhir yang menyedihkan baginya.     

"Enyahlah," ujar Ye Futian, dan dalam sekejap, bayangan Saint Zhenchan menghilang, roh dan jiwanya menghilang menjadi ketiadaan. Pada saat yang bersamaan, aura yang terpancar dari tubuhnya berangsur-angsur memudar saat aura para Buddha kembali ke Laut Tanpa Warna, dan dia merasa sedikit kelelahan.     

Namun, Ye Futian kini bisa bernapas lega. Dalam pertarungan ini, Zhenchan telah tewas terbunuh di tangannya. Sekarang kekhawatirannya telah berkurang karena salah satu musuh terkuatnya kini telah binasa!     

[1] Seluruh Buddha Kembali ke Asal Mula (Dari Ketiadaan kembali ke Ketiadaan)     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.