Kembali ke Roda Reinkarnasi
Kembali ke Roda Reinkarnasi
Pada saat yang bersamaan, di area yang luas ini, masing-masing Buddha tampak melayang di udara, dan Cahaya Buddha berwarna emas bersinar terang. Semua Buddha ini sedang melantunkan rapalan sutra Buddha, yang bergema di antara langit dan bumi. Suara itu beresonansi dengan guqin yang dimainkan oleh Ye Futian, lalu mengubahnya menjadi Sihir Vajra.
Ye Futian berdiri di atas permukaan laut, dan bayangan satu sosok Buddha muncul di sekelilingnya. Dengan memanfaatkan aura semua Buddha yang ada di Laut Tanpa Warna, Ye Futian mampu mengubah dirinya menjadi seorang Buddha, seolah-olah dia telah membuktikan Jalur Agung miliknya; bahkan auranya kini dapat disejajarkan dengan aura Zhenchan.
Baru pada saat inilah Saint Zhenchan menyadari monster macam apa yang sedang dia hadapi saat ini.
Pria ini adalah seorang jenius dari Prefektur Ilahi yang telah menjalani Ujian Para Dewa di Renhuang Plane tingkat kesembilan, dan sekarang dia memanfaatkan aura semua Buddha yang tersimpan di dalam Laut Tanpa Warna. Sebenarnya, nama Ye Futian sudah sangat terkenal di Prefektur Ilahi bahkan sebelum dia datang kemari, dan Zhenchan sudah tahu banyak hal tentang dirinya. Inilah alasan kenapa dia pergi ke Six Desires Heaven untuk mencegat Ye Futian kala itu.
Namun tetap saja, dia tampaknya telah meremehkan kultivator jenius ini dan tingkat kemampuannya yang sangat mengerikan. Saint Zhenchan tidak pernah membayangkan bahwa kultivator yang datang ke Western Heaven sebagai Renhuang tingkat kedelapan ini terus menjadi pengganggu baginya, bahkan tanpa adanya jasad suci Kaisar Agung Shenjia.
Sekarang, Saint Zhenchan tidak lagi berniat untuk meremehkan lawannya ini dan bersiap untuk menjalani pertarungan berikutnya dengan serius. Dia bahkan bisa merasakan ancaman yang dipancarkan oleh Ye Futian.
Cahaya Buddha menyinari Laut Tanpa Warna secara keseluruhan, dan sebuah aura yang mengerikan dikeluarkan dari tubuh Saint Zhenchan. Kedua matanya tampak mengerikan, dan sebuah lingkaran cahaya suci muncul di belakangnya. Cahaya Buddha yang berasal dari Buddha kuno raksasa itu dapat membakar dunia dan membutakan mata bagi siapa pun yang melihatnya.
Itu adalah Mahavairocana.
Mahavairocana adalah salah satu sosok petarung yang sangat kuat dalam ajaran Buddha. Namun, karena Saint Zhenchan juga seorang kultivator Buddha dengan pemahaman yang mendalam, maka dia juga ahli dalam berbagai macam teknik Buddha, termasuk Sosok Petarung Mahavairocana.
Terlebih lagi, ketika kultivasi seseorang berada di tingkat yang sama dengan Saint Zhenchan, Sosok Petarung Mahavairocana miliknya akan memiliki karakteristik tersendiri. Cahaya Buddha yang dipancarkan dari sosok petarung itu mengandung kekuatan penghancur yang mengerikan, seolah-olah sosok petarung itu mampu menghukum semua makhluk hidup.
*Boom* Palm of Mahavairocana dikerahkan ke bawah, membuat langit dan bumi bergemuruh saat Laut Tanpa Warna terus bergejolak. Deretan ombak kini menghiasi permukaan laut yang sebelumnya terlihat sangat tenang.
Pada saat yang bersamaan, langit disinari oleh Cahaya Buddha yang berapi-api. Dengan meminjam aura para Buddha kuno, Ye Futian kini dilindungi oleh sebuah Tubuh Emas, yang juga merupakan bentuk lain dari Sosok Petarung Mahavairocana. Sosok Petarung Mahvairocana versinya terlihat sangat mengintimidasi, mengandung cahaya suci matahari yang tak tertandingi dan memancarkan cahaya kehancuran. Sementara itu di atas langit, semua Buddha membentuk segel pada saat yang bersamaan, dan langsung dikerahkan menuju Sosok Petarung Mahavairocana milik Saint Zhenchan.
Dua jejak telapak tangan raksasa ini bersilangan dan akhirnya bertabrakan di atas Laut Tanpa Warna; Cahaya Buddha yang berapi-api itu sangatlah kuat sehingga menghalangi pandangan mata semua orang. Gelombang hawa panas itu mampu mengeringkan laut, tapi laut ini juga bukan perairan biasa; ini adalah Laut Tanpa Warna.
Meski begitu, Laut Tanpa Warna masih bergemuruh dan bergejolak saat dua serangan itu bertabrakan di udara. Pada akhirnya, kedua serangan itu menghilang setelah saling bersentuhan, tidak mampu mengungguli satu sama lain.
Serangan ini membuat Saint Zhenchan menyadari bahwa, setelah menggunakan aura para Buddha yang ada di Laut Tanpa Warna, kemampuan bertarung Ye Futian kini tidak lebih lemah darinya.
Aura para Buddha yang tersimpan di dalam Laut Tanpa Warna ini berbeda dari aura pada umumnya. Aura ini lebih nyata dalam arti tertentu. Kala itu, para Buddha telah menggabungkan aura mereka ke dalam Laut Tanpa Warna untuk menekan sosok iblis itu, jadi bisa dibayangkan bahwa aura ini pasti sangat kuat. Ditambah lagi, itu adalah aura yang dipenuhi dengan kekuatan roh di dalamnya. Sekarang, aura itu telah dibangkitkan kembali oleh suara guqin Ye Futian, dan dia mampu mengendalikan para Buddha yang telah dibangkitkan ini sendirian.
"Ye Futian, kau telah bersikap tidak sopan terhadap ajaran Buddha, dan sang Buddha pasti akan menghukum dirimu!" Saint Zhenchan memandang Ye Futian dan membuat pernyataan dengan suara sedingin es. Kata-kata itu bergema ke seluruh penjuru langit, berusaha untuk menggoyahkan tekad Ye Futian.
"Aku meminta bantuan dari semua Buddha yang ada di sini untuk membersihkan nama baik dari ajaran Buddha, dan aku yakin sang Buddha tidak akan menyalahkanku atas tindakanku ini." Ye Futian menjawab, "Dahulu, para Buddha menekan sosok iblis di tempat ini. Saint Zhenchan, meskipun kau juga seorang kultivator Buddha, namun kau telah terpengaruh oleh kejahatan di dalam hatimu. Laut Tanpa Warna adalah tempat dimana jasadmu akan terkubur."
"Lancang sekali kau dalam berbicara." Saint Zhenchan memandang Ye Futian dan berkata, "Tunjukkan padaku sekuat apakah dirimu setelah meminjam aura para Buddha kuno di Laut Tanpa Warna."
Saat dia selesai berbicara, suara rapalan sutra keluar dari mulutnya. Suara ini bergema ke seluruh tempat layaknya sebuah sihir Buddha dan membuat Laut Tanpa Warna berguncang. Bahkan aura para Buddha yang menyelimuti Ye Futian juga ikut terpengaruh dan tampaknya mulai melepaskan diri dari tubuh Ye Futian.
Ye Futian mengerutkan keningnya. Saint Zhenchan tampaknya sedang berkomunikasi dengan aura para Buddha dengan menggunakan sihir-sihir Buddha sehingga mereka tidak bisa berada di bawah kendali Ye Futian dan akan kembali ke dalam Laut Tanpa Warna. Hal ini jelas akan langsung melemahkan kekuatan Ye Futian, sehingga tidak mungkin bagi Ye Futian untuk melawannya dengan kekuatannya sendiri.
Ye Futian mengangkat kepalanya dan memandang Zhenchan. Dia memang sosok yang selamat dari Ujian Para Dewa tahap kedua. Namun, Ye Futian telah bertahun-tahun menghabiskan waktunya di dalam perpustakaan Sekte Buddha, dan dia jelas tidak menyia-nyiakan waktunya di sana.
Dia telah berkultivasi di Gunung Roh selama lebih dari sepuluh tahun dan telah memahami gulungan-gulungan Buddha bahkan sebelum dia mampu meraih terobosan. Setelah berupaya selama bertahun-tahun, teknik-teknik Buddha yang dia kuasai tidak lagi sama seperti ketika dia pertama kali tiba di Gunung Roh.
Bagaimana mungkin masa kultivasi selama beberapa bulan dapat dibandingkan dengan masa kultivasi selama lebih dari satu dekade?
Pada saat ini, Ye Futian merapalkan sutra Buddha dan menarik jemarinya dari atas guqin. Telapak tangannya disatukan, dan dalam sekejap, sebuah aura Buddha yang sangat suci terpancar dari sosoknya.
"Om mani padme hum!"
"Om mani padme hum!"
"Om mani padme hum!"
Suara rapalan sutra Buddha terus bergema di atas langit, dan Laut Tanpa Warna tampaknya telah ditekan dan menjadi sangat sunyi dan tenang. Pada saat yang bersamaan, aura semua Buddha itu telah menyatu ke dalam dirinya dan sekarang kembali stabil. Wajah para Buddha kuno samar-samar muncul di sana dengan ekspresi serius di wajah masing-masing, terlihat agung dan bermartabat, seolah-olah mereka benar-benar telah menjadi nyata.
"Six Syllables of Truth!"
Saint Zhenchan merasa bahwa sihirnya telah ditekan, dan ekspresinya kini terlihat sangat buruk. Langit dan bumi telah beresonansi, dan aura semua Buddha itu telah menjadi satu kesatuan. Bentuk ajaran Buddha yang sesungguhnya telah muncul di atas langit, dan mereka semua adalah Buddha kuno yang nyata.
Ye Futian bahkan telah mengkultivasi Six Syllables of Truth.
Tidak heran dia berani datang ke Laut Tanpa Warna. Para kultivator Buddha yang mampu memahami Six Syllables of Truth semuanya adalah orang-orang dengan teknik Buddha yang luar biasa. Mereka memiliki pemahaman yang mendalam terkait ajaran Buddha dan memiliki takdir dengan sang Buddha. Sejak zaman kuno, hanya mereka yang benar-benar berada pada tingkat Buddha Tertinggi yang dapat memahami dan mencapai kultivasi semacam itu.
Ye Futian kini telah memahami Six Syllables of Truth. Di wilayah Laut Tanpa Warna ini, semua Buddha itu mungkin akan mengira bahwa dia adalah salah satu Buddha sejati yang telah mendapatkan ajaran Buddha yang sesungguhnya. Sedangkan Zhenchan adalah pihak yang berlawanan dengan mereka.
Tidak lama setelah Six Syllables of Truth dikeluarkan, para Buddha yang sesungguhnya tiba-tiba menampakkan diri di atas langit, dan masing-masing dari mereka terlihat seperti para Buddha kuno di Laut Tanpa Warna yang telah dihidupkan kembali. Mereka menjelma sebagai Buddha sejati yang duduk di di atas langit, mengelilingi sosok Saint Zhenchan. Pada saat yang bersamaan, satu Buddha kuno raksasa mulai menjadi nyata dan menutupi area ini.
Tubuh Ye Futian juga semakin membesar, hingga akhirnya berubah menjadi seorang Buddha. Semua pemandangan yang muncul di hadapannya ini membuat hati Saint Zhenchan berdebar kencang.
Ini adalah Sosok Petarung Reality. Ye Futian telah menguasai sosok petarung lainnya.
Saat ini, Ye Futian telah berubah menjadi seorang Buddha. Seolah-olah dia—seorang kultivator dari Prefektur Ilahi—telah menjadi penerus sejati dari ajaran Buddha. Dia telah mengkultivasi berbagai macam teknik Buddha tingkat tinggi, dan dia berniat menggunakannya untuk melenyapkan Saint Zhenchan saat ini juga.
"Zhenchan, kembalilah ke roda reinkarnasi." Sebuah suara tiba-tiba terdengar di sana; sepertinya suara itu berasal dari rapalan sutra Buddha yang bergema di antara langit dan bumi. Sepertinya itu adalah kebenaran yang tak tergoyahkan dari Jalur Agung, yang meminta Zhenchan untuk kembali ke roda reinkarnasi!