Legenda Futian

100 Tahun



100 Tahun

2Ye Futian menyaksikan Saint Zhenchan pergi. Ekspresinya terlihat tenang. Setelah pria itu pergi, dia berkata, "Tampaknya aku bukanlah alasan utama dibalik kedatangan Saint Zhenchan ke Gunung Roh."     

Para Buddha lainnya juga menyadari hal ini. Ternyata Saint Zhenchan datang ke Gunung Roh untuk bertemu dengan Buddha Tertinggi Pengobatan. Sepertinya luka-lukanya sangat parah. Dengan kultivasinya saat ini, mungkin dia tidak dapat memulihkannya sendirian. Oleh karena itu, dia membutuhkan bantuan dari Buddha Tertinggi Pengobatan.     

"Namun tetap saja, kau harus berhati-hati," gumam Chen Yi saat dia berjalan menghampiri Ye Futian, yang menanggapinya dengan mengangguk pelan. Ancaman yang disampaikan oleh Saint Zhenchan masih terngiang di telinganya. Alasan utama Saint Zhenchan datang kemari adalah untuk berobat; sedangkan tujuannya yang lain adalah untuk berurusan dengan Ye Futian.     

Selama dia memiliki kesempatan, Saint Zhenchan jelas tidak akan membiarkan Ye Futian pergi begitu saja.     

Dendam di antara mereka telah terbentuk sejak lama, dan tidak hanya di Western Heaven. Kemungkinan besar, bahkan jika Ye Futian kembali ke Prefektur Ilahi, Saint Zhenchan tidak akan membiarkannya melarikan diri. Lagipula, tanpa adanya jasad suci, Ye Futian tidak akan bisa bertarung melawan Saint Zhenchan.     

"Gunung Roh adalah tempat untuk berkultivasi dengan tenang. Semuanya, silahkan kembali ke tempat kultivasi kalian masing-masing," ujar Bitter Zen saat dia berjalan ke depan gunung kuno itu dan membungkuk hormat ke kejauhan sambil menyatukan telapak tangannya.     

Meskipun tidak ada siapa-siapa di hadapannya, namun pada kenyataannya, banyak Buddha sedang mengawasi tempatnya berada. Dia meminta agar mereka pergi dari sini.     

Tidak lama kemudian, para Buddha itu menarik kembali aura masing-masing. Melihat bahwa insiden itu telah diselesaikan dengan mudah, mereka jelas tidak perlu berlama-lama di sini. Mereka semua akhirnya pergi satu per satu.     

"Saudara Ye, kau bisa melanjutkan kultivasimu dengan tenang sekarang," ujar Bitter Zen saat dia menoleh ke arah Ye Futian.     

"Terima kasih banyak, Master," jawab Ye Futian sambil membungkuk hormat pada Bitter Zen. Kemudian, Bitter Zen dan Yumu pun pamit undur diri.     

Chen Yi berjalan menghampiri Ye Futian dan bertanya, "Apa yang kau rencanakan sekarang?"     

Ye Futian kini telah diincar oleh Saint Zhenchan. Jika dia tetap tinggal di Western Heaven, maka dia harus selalu waspada. Jika dia mengambil kesempatan untuk pergi sekarang, dia mungkin bisa kembali ke Prefektur Divine sebelum Saint Zhenchan pulih dari luka-lukanya.     

Ye Futian menjawab, "Karena Saint Zhenchan ingin membunuhku, dia mungkin tidak akan melewatkan kesempatan ini begitu saja. Jika aku pergi sekarang, kita mungkin akan dimata-matai." Bagaimanapun juga, Saint Zhenchan pasti sangat menyadari bahwa jika Ye Futian kembali ke Prefektur Ilahi, tidak akan mudah untuk membunuhnya di sana layaknya di Western Heaven.     

Jika Ye Futian berada di posisi Saint Zhenchan, dia pasti akan memata-matai pergerakan Ye Futian.     

"Jadi, kau berencana untuk tetap berkultivasi di Western Heaven?" Chen Yi bertanya lebih lanjut.     

"Hmm," jawab Ye Futian sambil menganggukkan kepalanya. Pertama-tama dia ingin mencapai Renhuang Plane tingkat kesembilan. Bahkan jika dia kembali ke Prefektur Ilahi, tujuan utamanya adalah terus berkultivasi. Sungguh peluang Jalur Agung yang langka baginya untuk dapat berkultivasi di Gunung Roh.     

Selain mengkultivasi Celerity, dia bertujuan untuk mencapai puncak dari Renhuang Plane. Dengan begitu, ketika dia kembali ke Prefektur Ilahi, dia bisa bertindak sesuka hatinya dan pergerakannya tidak akan bisa dibatasi oleh orang lain.     

"Baiklah kalau begitu," jawab Chen Yi sambil menganggukkan kepalanya. Gunung Roh memang merupakan tempat yang sangat cocok untuk berkultivasi.     

Setelah mereka membuat keputusan, kelompok mereka terus berkultivasi di sini. Suasana gunung yang begitu damai ini seolah-olah membuat mereka melupakan aliran waktu. Dalam sekejap mata, Ye Futian akan menyambut tahun ke-100 dalam hidupnya.     

Di tepi tebing, Ye Futian memandang lautan awan berwarna emas di hadapannya, Hua Jieyu duduk di sampingnya, mendampinginya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.     

"Sudah 100 tahun rupanya," bisik Hua Jieyu sambil tersenyum. Keduanya memiliki usia yang sama, sehingga kini mereka sama-sama berusia 100 tahun.     

"100 tahun berlalu dengan begitu cepat," jawab Ye Futian sambil tersenyum. Dia teringat kembali momen ketika mereka pertama kali bertemu di Akademi Qingzhou dari Kota Qingzhou. Rasanya seolah-olah semua momen itu seperti sebuah mimpi yang berlangsung bertahun-tahun lamanya.     

"Meskipun waktu berlalu dengan begitu cepat, kita juga telah mengalami perubahan besar semenjak saat itu," ujar Hua Jieyu sambil tersenyum. Masa-masa muda yang mereka habiskan di Kota Qingzhou sungguh menyenangkan. Dan sekarang, semuanya telah berubah.     

Mereka juga tidak pernah membayangkan bahwa mereka akan merayakan usia ke-100 mereka di Gunung Roh, tempat suci dari Western Heaven,     

"Meskipun kita telah banyak berubah, namun pada akhirnya, kita masih bisa bersama," ujar Ye Futian dengan lembut sambil memeluk Hua Jieyu. Sejak mereka saling mengenal satu sama lain, mereka lebih sering menghabiskan waktu secara terpisah daripada saat mereka menghabiskan momen bersama. Untungnya, mereka masih menjadi sepasang kekasih.     

Mereka akan bersama selama-lamanya.     

"Hmm," jawab Hua Jieyu sambil mengangguk pelan. Dia membenamkan diri di dalam pelukan Ye Futian dan memejamkan matanya. Dia tampak tak bergeming di sana, sepertinya dia telah tertidur pulas.     

Setelah melihat kekasihnya itu tertidur dalam pelukannya, Ye Futian kembali memandang lautan awan emas di hadapannya. Pemandangan ini sangat indah, seperti sebuah mimpi.     

Dalam 100 tahun pertamanya berkultivasi, dia sudah berusaha mencapai puncak Renhuang Plane. Sedangkan untuk 100 tahun berikutnya, dia ingin mencapai puncak dunia kultivasi.     

Dia juga memejamkan matanya dan menikmati kedamaian ini sejenak.     

Di kejauhan, tatapan mata Hua Qingqing yang indah menunjukkan senyuman tipis di dalamnya saat dia menyaksikan pemandangan yang menenangkan ini. Dia pun berbalik dan tidak mengganggu mereka. Dia kemudian melihat Fang Cun dan yang lainnya mengintip guru mereka itu. Ketika mereka melihat Hua Qingqing tersenyum pada mereka, mereka pun bergegas pergi.     

Tidak ada berani yang mengganggu Ye Futian dan Hua Jieyu menikmati waktu mereka bersama. Mereka hanya bisa menyaksikan keduanya menikmati kedamaian yang sulit didapat ini dari kejauhan. Lautan awan berwarna emas itu bersinar dengan Cahaya Buddha. Kumpulan awan terus bergerak, sedangkan gelombang cahaya pelangi kini tampak menyinari sosok Ye Futian dan Hua Jieyu. Pemandangan itu tampak seperti sebuah lukisan. Itu adalah pemandangan yang menenangkan untuk dilihat.     

Situasi ini berlangsung cukup lama, seolah-olah mereka tidak lagi memedulikan dunia di sekitar mereka. Tidak peduli seperti apa pun pergerakan lautan awan emas itu, mereka tetap tidak bergeming dari sana. Seolah-olah mereka kini sedang berkultivasi dalam kondisi tidak sadar.     

Beberapa hari kemudian, Hua Qingqing, Chen Yi, dan yang lainnya memandang mereka berdua dari kejauhan. Seseorang pun bertanya dengan suara pelan, "Ada apa ini?"     

"Mereka telah menyatu dengan alam. Mereka menyatu dengan langit dan bumi," Hua Qingqing menjelaskan dengan lembut. "Inilah yang terjadi ketika seseorang bekultivasi dalam kondisi tidak sadar. Ketika seorang kultivator memasuki kondisi ini, akan lebih mudah bagi mereka untuk mendapatkan pencerahan. Mungkin, ini adalah sebuah peluang Jalur Agung tersendiri bagi mereka."     

"Hmm." Chen Yi mengangguk setuju. Perubahan yang terjadi di lautan awan itu semakin meningkat dan kumpulan awan itu terus bergejolak. Bahkan samar-samar mereka bisa merasakan aura Jalur Agung yang mengalir di atas langit. Hal ini membuat Chen Yi dan Hua Qingqing tampak terkejut.     

Ini adalah sebuah pertanda. Siapa yang akan menerobos ke tingkat Plane berikutnya?     

Apakah itu Ye Futian? Ataukah Hua Jieyu?     

Hembusan angin bergemuruh dan kumpulan awan bergejolak di langit di atas Gunung Roh. Sebuah aura yang mengerikan mengalir di udara. Cahaya Buddha berwarna emas menyebar luas, dan rentetan suara gemuruh yang keras bisa terdengar di sana. Tempat suci itu kini ditutupi dengan lapisan kabut. Aura itu sungguh mengancam, sehingga membuat hati orang-orang yang berada di sana dipenuhi oleh ketakutan.     

"Itu adalah...Ujian Para Dewa!" Chen Yi bergumam saat keterkejutan tersirat di kedua matanya.     

Orang yang tidak lama lagi akan mengalami terobosan adalah Hua Jieyu.     

Jika Ye Futian yang mengalami terobosan, maka dia akan mencapai Renhuang Plane tingkat kesembilan. Tidak mungkin ada Ujian Para Dewa yang muncul jika hal itu benar-benar terjadi.     

Di antara mereka berdua, hanya Hua Jieyu yang mampu menyulut terjadinya Ujian Para Dewa jika dia meraih terobosan.     

Saat ini, Ye Futian bisa merasakan sesuatu. Dia membuka matanya dan memandang ke atas langit. Kegembiraan terlintas di matanya. Hua Jieyu, yang berada dalam pelukannya, juga membuka matanya. Mereka saling memandang dan tersenyum. Kemudian, dia melepaskan pelukannya. Sudah jelas, keduanya sangat menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya.     

Ye Futian berpikir dalam hati. Dia tidak menyangka Jieyu akan menjadi orang pertama di antara mereka yang mengalami Ujian Para Dewa. Namun, mengingat pengalaman dan peluang Jalur Agung yang didapatkan oleh Hua Jieyu, dia merasa bahwa wajar jika kekasihnya mengalami perkembangan secepat ini. Hua Jieyu memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang ajaran Kaisar Agung dibandingkan dengan dirinya. Ketika Hua Jieyu kembali ke sisinya di Prefektur Ilahi, dia bahkan sudah berada di puncak Renhuang Plane.     

Hua Jieyu melangkah ke depan dan kini bergerak menuju lautan awan di hadapannya.     

"Berhati-hatilah," Ye Futian mengingatkan dengan lembut. Dia telah menyaksikan bagaimana Kaisar Xi menghadapi Ujian Para Dewa kala itu. Prosesnya sangatlah berisiko.     

"Hmm." Hua Jieyu tersenyum dan mengangguk pelan. Dia tampaknya sama sekali tidak mengkhawatirkan hal tersebut.     

Chen Yi dan Hua Qingqing berjalan menghampiri mereka, yang kemudian diikuti oleh Si Buta Tie, Fang Cun, dan yang lainnya. Mereka semua menyaksikan Hua Jieyu berjalan menuju lautan awan.     

Banyak orang menghabiskan hidup mereka agar bisa mengalami Ujian Para Dewa dan naik ke tingkat berikutnya. Namun pada akhirnya, mereka tidak dapat mencapai tujuan mereka. Siapa yang mengira bahwa Hua Jieyu ternyata berhasil melakukannya setelah mendapatkan pencerahan?     

"Kenapa kau belum bisa menerobos ke tingkat berikutnya?" Chen Yi bertanya pada Ye Futian.     

"Itu benar! Bahkan Tuan Putri kini sedang menjalani Ujian Para Dewa. Namun, Guru bahkan belum bisa menerobos ke tingkat Plane berikutnya," ujar Fang Cun sambil tersenyum. Dia sedang menggoda gurunya.     

Ye Futian kini tampak berpikir. Sebelumnya, ketika dia berkultivasi dalam kondisi tidak sadar, dia merasa bahwa dia telah memasuki sebuah dunia yang menakjubkan. Dengan kemampuannya saat ini, dia seharusnya bisa menerobos ke tingkat Plane berikutnya. Namun, dia sepertinya menemui beberapa hambatan yang membuatnya tidak bisa melakukannya. Dan sampai sekarang, dia belum bisa mengatasi masalah ini!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.