Kembalinya Saint Zhenchan
Kembalinya Saint Zhenchan
Cahaya warna-warni yang menyilaukan mengalir di salah satu tebing yang ada di Gunung Roh. Sosok berambut abu-abu tampak duduk bersila dengan mata terpejam saat dia berkultivasi di sana. Di belakangnya terdapat dua sosok lain yang duduk dan berkultivasi dengan tenang. Keduanya sangat cantik dan tampak semakin suci di bawah pancaran Cahaya Buddha tersebut.
Salah satu wanita yang berada di sana diselimuti oleh lingkaran-lingkaran Cahaya Buddha. Dia tampak seperti seorang Bodhisattva dengan kecantikan yang menawan, dan dia memancarkan aura yang tak tertandingi. Sedangkan sosok wanita lainnya tampak seperti seorang dewi yang bukan berasal dari dunia ini. Temperamen keduanya sangat berbeda satu sama lain.
Kedua wanita ini tidak lain adalah Hua Jieyu dan Hua Qingqing. Karena Ye Futian harus berkultivasi di Gunung Roh, maka dia pergi ke Western Heaven untuk membawa Hua Jieyu dan yang lainnya. Sekarang, Hua Jieyu, Chen Yi serta para remaja itu semuanya sedang berkultivasi di Gunung Roh.
Hingga hari ini, mereka telah berkultivasi di Gunung Roh selama tiga tahun. Dalam tiga tahun terakhir, Hua Jieyu dan yang lainnya juga menghabiskan waktu dengan membaca gulungan dan kitab Buddha. Mereka tidak dengan sengaja mengkultivasi Jalur Buddha dan kemampuan super Buddha, tetapi bagaimanapun juga, ada banyak teknik yang berkaitan dengan kemampuan mereka. Selain itu, gulungan-gulungan Buddha memiliki wawasan yang sangat mendalam. Mereka bisa memberikan pencerahan yang menguntungkan. Terkadang, beberapa hal yang tidak mereka pahami sebelumnya tiba-tiba menjadi sangat jelas di mata mereka.
Oleh sebab itulah, tiga tahun terakhir ini menjadi masa kultivasi yang sangat menguntungkan bagi mereka.
Tentu saja, orang yang mengalami perkembangan paling pesat tidak diragukan lagi adalah Hua Qingqing. Dalam kehidupan sebelumnya, dia adalah sebuah lampu Buddha yang mendampingi Lord of All Buddha dalam berkultivasi. Dia telah membacakan banyak gulungan Buddha kepada Qingdeng. Hal ini membuat Qingdeng memiliki kecerdasan di kehidupan sebelumnya. Sekarang, ingatan tentang kehidupan Qingdeng sebelumnya telah terbangun, dan para Buddha menobatkannya sebagai seorang Buddha. Kultivasinya meningkat pesat setiap harinya, dan dia bahkan telah melampaui peraturan kultivasi pada umumnya dan tingkat Plane-nya terus meningkat.
Di lokasi lain, Si Buta Tie sedang berkultivasi di bawah air terjun emas yang tampaknya terbentuk dari Cahaya Buddha yang mengalir. Pada saat ini, satu sosok tiba-tiba muncul di dekatnya. Si Buta Tie mengangkat alisnya, seolah-olah bisa merasakan sesuatu. Dia menoleh ke arah sosok yang baru saja muncul. Namun, pada saat berikutnya, dia tidak merasakan apa pun di arah itu. Seolah-olah tidak ada seorang pun yang pernah berada di sana.
'Apakah itu hanya perasaanku saja?' pikir Si Buta Tie dalam hati. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Instingnya tidak mungkin salah. Lalu apa sebenarnya yang dia rasakan sebelumnya?
Di lokasi lain, tepatnya di bawah sebuah pagoda, beberapa sosok tampak duduk dan berkultivasi di sana. Mereka dikelilingi oleh beberapa Buddha. Sosok-sosok ini tampaknya masih cukup muda, namun temperamen mereka sungguh mencengangkan. Mereka adalah Fang Cun dan para remaja dari Desa Empat Sudut.
Pada saat ini, muncul satu sosok di belakang mereka. Akan tetapi, mereka berempat tidak bisa mendeteksi kehadirannya dan masih memfokuskan diri pada kultivasi masing-masing. Dalam waktu singkat, sosok itu kembali menghilang, seolah-olah dia tidak pernah datang ke sana.
Di puncak gunung berwarna emas, satu sosok ilusi muncul di tempat Ye Futian duduk. Itu adalah bayangan dari dirinya sendiri. Pada saat ini, sosok ilusinya itu menyatu kembali dengan tubuh aslinya selagi dia duduk dengan tenang di sana. Seolah-olah dia tidak pernah meninggalkan tempat itu dan terus duduk di sana untuk berkultivasi.
Bahkan siapa pun yang berada di sekitarnya tidak bisa mendeteksi adanya perubahan dalam kekuatan Jalur Agung Ruang dan Waktu.
Hua Qingqing, yang duduk di belakang Ye Futian, memandangnya sekilas. Tatapan matanya itu menyiratkan senyuman tipis di dalamnya. Pada saat yang bersamaan, Ye Futian juga membuka matanya. Dia menatap pemandangan di bagian bawah Gunung Roh dan bergumam, "Seperti yang diharapkan, kemampuan Celerity ini sungguh menakjubkan. Aku bisa menggunakannya untuk pergi kemana pun tanpa meninggalkan jejak. Bahkan mereka yang kultivasinya tidak lebih lemah dariku saja mengalami kesulitan untuk mendeteksi hawa kehadiranku. Jika aku menyerang mereka, aku pasti akan membuat mereka lengah. Membayangkannya saja sudah cukup mengerikan."
Hua Qingqing berkata, "Enam kemampuan super Buddha memang sangat menakjubkan. Ketika kau mencapai tingkat Plane yang lebih tinggi, aku yakin Celerity milikmu akan menjadi semakin kuat. Ketika hal itu terjadi, kau bisa pergi kemana pun. Langit dan bumi tidak akan lagi membatasimu."
"Kemana kau pergi barusan?" Hua Jieyu bertanya dengan penuh rasa ingin tahu. Di mata mereka, Ye Futian hanya menghilang sesaat sebelum kembali ke tempatnya. Seolah-olah dia tidak pernah pergi dari sana. Namun, mereka tentu saja mengetahui bahwa Ye Futian sedang mengkultivasi Celerity dan telah pergi ke suatu tempat pada saat itu juga.
"Aku mengunjungi banyak tempat," jawab Ye Futian sambil menoleh untuk memandang Hua Jieyu dan Hua Qingqing.
Kedua mata Hua Jieyu yang indah itu menunjukkan keterkejutan. Ye Futian telah mengunjungi banyak tempat dalam waktu yang begitu singkat?
Kecepatan seperti itu sangatlah mengerikan. Bahkan jika seseorang mengkultivasi Jalur Agung Ruang dan Waktu, mustahil bagi mereka untuk melakukan apa yang baru saja dilakukan oleh Ye Futian.
Pada saat ini, satu sosok tiba-tiba muncul di tempat mereka berada. Itu adalah Yumu.
Yumu juga mengkultivasi Celerity dan mampu pergi kemana pun tanpa meninggalkan jejak. Tanpa ada jejak-jejak kekuatan Jalur Agung Ruang dan Waktu, dia tiba-tiba muncul di sana.
"Grandmaster," Ye Futian menyapanya saat dia berdiri dan membungkuk hormat.
"Saudara Ye," jawab Yumu sambil membalas sapaan itu. "Aku ingin memberitahukan sesuatu padamu. Ketika kau baru saja tiba di Western Heaven, kau telah terlibat konflik dengan Kuil Zhenchan, dan Saint Zhenchan menghilang setelah insiden itu berakhir. Belum lama ini, Saint Zhenchan kembali ke Kuil Zhenchan. Dia mendengar kabar bahwa kau sedang berkultivasi di sini, di Gunung Roh, dan dia sudah dalam perjalanan kemari. Aku yakin dia akan segera tiba di sini."
"Jadi dia masih hidup..." Ye Futian bergumam pelan. Namun, dia sudah menduga hal ini sebelumnya. Tentu saja, meskipun dia belum berhasil membunuh Saint Zhenchan, namun setidaknya dia telah membuat Saint Zhenchan terluka parah. Saint Zhenchan pasti telah memulihkan diri belum lama ini karena dia baru saja kembali ke Kuil Zhenchan.
Sekarang, Ye Futian telah menetap di Gunung Roh. Meskipun dia belum mendirikan markas di sini, namun dia sudah cukup lama berada di Western Heaven.
Meski begitu, Saint Zhenchan tetap nekad datang ke Gunung Roh untuk menemuinya. Melihat hal ini, sudah bisa ditebak betapa besarnya dendam yang dia miliki terhadap Ye Futian.
Dalam pertempuran kala itu, sebagian besar kultivator dari Kuil Zhenchan telah tewas terbunuh. Hanya Saint Zhenchan yang berhasil lolos, meskipun dengan luka parah. Saat ini, Kuil Zhenchan telah mengalami kemunduran drastis. Hal ini menghasilkan kebencian mendalam yang dirasakan oleh Saint Zhenchan terhadap Ye Futian. Oeh sebab itulah, masalah ini perlu diselesaikan.
Sejak awal, Saint Zhenchan juga berasal dari Sekte Buddha. Sehingga tidak aneh baginya untuk datang ke Gunung Roh.
"Tentu saja, Saudara Ye tidak perlu khawatir. Di Gunung Roh, Saint Zhenchan tidak mungkin bisa melakukan apa pun padamu," ujar Yumu, berusaha menenangkan Ye Futian. Ye Futian tentu saja juga memahami hal ini. Dia adalah seorang kultivator yang telah disambut secara langsung oleh Lord of All Buddha. Sang Buddha Tertinggi telah mengizinkannya untuk mengkultivasi salah satu dari enam kemampuan super Buddha di Gunung Roh. Dalam situasi seperti itu, jika Saint Zhenchan datang ke Gunung Roh untuk membunuh Ye Futian, bagaimana cara yang akan dilakukan oleh Lord of All Buddha dalam menghukumnya?
Satu sosok lainnya juga bergerak mendekat. Kali ini, sosok yang datang adalah Bitter Zen. Ketika dia tiba di sana, dia menyatukan telapak tangannya dan membungkuk hormat pada Hua Qingqing sambil berkata, "Salam hormat, Buddha."
Para kultivator di Gunung Roh masih menunjukkan rasa hormat kepada Hua Qingqing. Begitu pula dengan Bitter Zen, yang sudah lama mengikuti Lord of All Buddha. Hua Qingqing adalah lampu Buddha yang telah mendampingi Lord of All Buddha berkultivasi bertahun-tahun lamanya.
"Salam hormat, Master Bitter Zen," jawab Hua Qingqing sambil membalas sapaannya. Ye Futian juga menyapanya. Bitter Zen memandang ke arah Ye Futian dan berkata, "Saint Zhenchan saat ini sedang melintasi Laut Buddha. Dia akan segera tiba di Gunung Roh. Namun, Saudara Ye tetap bisa berkultivasi dengan damai. Di Gunung Roh, tidak akan ada hal buruk yang terjadi padamu."
"Terima kasih banyak, Master," Ye Futian berterima kasih dengan sangat sopan. Master Bitter Zen pasti datang kemari untuk memastikan agar dia tetap tenang. Bahkan sosok seperti Saint Zhenchan tidak akan bisa bertindak seenaknya sendiri di Gunung Roh!