Legenda Futian

Tekanan



Tekanan

3*Boom*     

Dihadapkan dengan teriakan Buddhia yang penuh amarah itu, para Buddha yang dipanggil oleh Kepala Biksu Shenyan langsung hancur dan terkikis. Sosok Petarung raksasa miliknya ikut bergetar, seolah-olah sosok itu bisa hancur kapan saja. Jiwa spiritual Kepala Biksu Shenyan juga bergetar hebat.     

Selain teriakan penuh amarah itu, beberapa matahari yang berapi-api telah muncul di atas langit. Mereka memancarkan hawa panas dan dipenuhi oleh Kekuatan Yang, sehingga mampu melelehkan semua yang ada di dunia ini. Pada saat yang bersamaan, kekuatan mereka juga sangat mengerikan.     

"Mereka semua adalah Mahavairocana!" seseorang berseru.     

Semua kultivator Buddha yang hadir di sana menyaksikan bagaimana para Buddha yang dipanggil oleh Ye Futian kini berubah menjadi Mahavairocana. Mereka mengeluarkan Palm of Mahavairocana pada saat yang bersamaan, berniat untuk menghancurkan segala sesuatu yang ada di area ini.     

Rupanya itu adalah Sosok Petarung Ganda!     

Para kultivator Buddha itu bisa merasakan hati mereka berdebar kencang saat mereka menatap ke arah dimana Ye Futian berada. Sulit sekali bagi mereka untuk tetap tenang di situasi seperti ini.     

Sosok Petarung Ganda ini bukan berarti Ye Futian mengkultivasi dua Sosok Petarung, melainkan dia mampu mengkombinasi dua Sosok Petarung dan mengeluarkannya secara bersamaan.     

Pada awalnya Ye Futian mengeluarkan Sosok Petarung Spasial. Saat ini, dia menggunakan Sosok Petarung Spasial itu untuk memanggil berbagai macam Buddha, dan mereka semua kini berubah menjadi Mahavairocana. Dua Sosok Petarung itu saling melengkapi satu sama lain saat mereka menyerang secara bersamaan. Kekuatan mereka sangatlah mencengangkan. Jauh di atas langit, semua Mahavairocana itu tidak lagi terikat oleh kekuatan spasial. Palm of Mahavairocana kini telah dikerahkan pada saat yang bersamaan, mengincar Kepala Biksu Shenyan di bagian bawah. Serangan itu terlihat sangat mengerikan.     

Kepala Biksu Shenyan menyatukan kedua telapak tangannya, dan Cahaya Buddha bersinar dari sosoknya. Dalam sekejap, Buddha kuno raksasa yang menyelimuti Gunung Roh bersinar dengan cahaya berwarna emas. Tampaknya dia kini telah menjadi sosok yang nyata. Area di dalam Buddha kuno ini tampaknya telah berhenti bergerak. Semua Palm of Mahavairocana itu melambat saat mereka menghadapi perlawanan di dalam area tersebut.     

Pada saat yang bersamaan, banyak lengan bermunculan dari sosok Buddha kuno di belakang tubuh Kepala Biksu Shenyan. Semua lengan itu melancarkan serangan telapak tangan untuk menghadapi Palm of Mahavairocana yang semakin mendekat.     

Tidak lama kemudian, suara tabrakan yang mengerikan bergema di seluruh tempat, menghasilkan Cahaya Buddha yang bersinar terang. Tanpa terkecuali, jejak-jejak telapak tangan itu hancur berkeping-keping ketika berhadapan dengan Palm of Mahavairocana. Akan tetapi, alih-alih berhenti, serangan itu terus menerjang ke depan dan langsung bergerak menuju Kepala Biksu Shenyan.     

*Boom, Boom, Boom* Rentetan serangan yang mengerikan itu menyapu segalanya saat mereka bergerak menuju Kepala Biksu Shenyan. Namun, pada saat ini, sinar-sinar Cahaya Buddha dikeluarkan ke berbagai arah.     

Saat ini, area dimana Kepala Biksu Shenyan berada telah berubah menjadi debu di bawah serangan Palm of Mahavairocana. Tubuh Kepala Biksu Shenyan tampaknya juga telah dihancurkan olehnya. Namun, pada saat berikutnya, banyak sosok Kepala Biksu Shenyan bermunculan di lokasi yang berbeda-beda. Mereka tampaknya adalah sosok duplikatnya.     

Sudah jelas, Kepala Biksu Shenyan berhasil lolos dari serangan Ye Futian.     

"Ini adalah pertarungan antar Sosok Petarung Spasial!" banyak kultivator Buddha berseru. Hati mereka berdebar ketika menyaksikan pemandangan ini. Pengguna Sosok Petarung Spasial seperti berada dimana-mana. Sebelumnya, Kepala Biksu Shenyan tidak dapat menyerang Ye Futian. Sekarang, Palm of Mahavairocana milik Ye Futian juga tidak bisa mengenai tubuh Kepala Biksu Shenyan. Keduanya tampaknya telah menemui jalan buntu.     

Dapat terlihat dengan jelas bahwa Kepala Biksu Shenyan lebih kuat daripada lawan-lawan yang ditemui oleh Ye Futian sebelumnya. Dalam pertempuran sebelumnya, begitu teknik-teknik Buddha tingkat tinggi milik Ye Futian dikeluarkan, dia mampu menghancurkan lawan-lawannya dalam sekejap. Namun kali ini, bahkan saat kekuatan Sosok Petarung Ganda dikeluarkan, dia belum bisa mengalahkan Kepala Biksu Shenyan.     

Keduanya mahir dalam menggunakan kekuatan Buddha dan masing-masing memiliki Sosok Petarung yang kuat. Oleh sebab itulah situasi ini bisa terjadi.     

Namun, meskipun pertempuran ini belum berlangsung begitu lama, namun hingga saat ini, para kultivator Buddha yang hadir di sana dapat mengatakan bahwa pemahaman Ye Futian dalam ajaran Buddha tidak kalah dengan pemahaman Kepala Biksu Shenyan. Kemampuan bertarungnya juga tidak lebih lemah dari sang Kepala Biksu. Bahkan dengan tingkat kultivasi Kepala Biksu Shenyan yang lebih tinggi darinya, Ye Futian masih bisa memberikan perlawanan. Hal ini menunjukkan betapa luar biasanya Ye Futian, dan jika mereka berdua berada di tingkat Plane yang sama, bisa dipastikan bahwa Kepala Biksu Shenyan akan mengalami kekalahan telak.     

Ketika Ye Futian merasakan hal ini, hatinya menjadi tenang. Dia menyatukan kedua telapak tangannya saat suara rapalan sutra Buddha berputar-putar di sekelilingnya dan bergema di seluruh tempat. Secara perlahan-lahan, satu sosok Buddha raksasa juga muncul di sana. Tampaknya sosok itu berusaha mengambil alih area ini dari Buddha raksasa yang dipanggil oleh Kepala Biksu Shenyan sebelumnya.     

Selain itu, Buddha raksasa yang dipanggil oleh Ye Futian dikelilingi oleh suara rapalan sutra Buddha, yang mengandung kekuatan ilahi sehingga membuat Sosok Petarung milik Kepala Biksu Shenyan itu bergetar.     

"Orang ini dapat mengkultivasi begitu banyak teknik Buddha secara bersamaan karena sejak awal dia mahir dalam berbagai macam kekuatan Jalur Agung, seperti api, ruang hampa, dan suara!" seorang Buddha berseru. Semua kultivator Buddha di sekelilingnya mengangguk pelan sebagai tanggapan.     

Kemudian, seseorang berkata, "Dia memang seorang jenius yang langka, dan dia jelas dapat disejajarkan dengan Donghuang Agung di masa lalu."     

Namun, seorang Buddha senior membantah, "Terlalu berlebihan untuk membandingkannya dengan sosok Donghuang Agung di masa lalu. Donghuang Agung memiliki temperamen yang tak tertandingi, dan dia merupakan sosok terbaik dari generasinya. Selain Kaisar Ye Qing, tidak ada seorang pun yang mampu menandinginya. Lord of All Buddha memujinya kala itu, dan tidak lama kemudian, dia berhasil mencapai Great Emperor Plane. Dia menyatukan Prefektur Ilahi, dan menjadi sosok yang tertandingi selama berabad-abad. Jika kita hendak memilih seseorang yang setara dengan Donghuang Agung, orang tersebut haruslah Kaisar Iblis dari Dunia Iblis, yang telah meraih ketenaran sebelum Donghuang Agung."     

Kultivator Buddha lainnya berkata, "Menurutku Ye Futian tidak lebih lemah dari Donghuang Agung di masa lalu. Jika Donghuang Agung berada di sini, dia mungkin tidak akan tampil lebih baik dari Ye Futian. Namun meski demikian, keduanya memang jenius yang langka. Kala itu, Donghuang Agung juga mahir dalam berbagai macam kekuatan hukum. Dia juga berpengalaman dalam ajaran Buddha. Dengan mempertimbangkan hal ini, sosok terkenal dari Dunia Iblis itu memang satu-satunya kultivator yang dapat disejajarkan dengan Donghuang Agung." Sosok yang baru saja berbicara itu menyamakan Donghuang Agung dengan Kaisar Iblis.     

Keduanya memang sangat mirip antara satu sama lain. Mereka berdua mahir dalam menggunakan berbagai macam kekuatan hukum. Kala itu, Kaisar Iblis telah menciptakan banyak teknik iblis yang sangat kuat, dan masing-masing dari teknik itu sangatlah mengerikan. Dia juga telah mengalahkan semua kultivator dari generasinya dan mengakhiri zaman kekacauan yang menimpa Dunia Iblis.     

"Kepala Biksu Shenyan kemungkinan besar akan kalah," seseorang berkomentar saat mereka memandang ke arah medan pertempuran. Dua Sosok Petarung raksasa saat ini sedang terlibat dalam pertempuran. Namun, saat Ye Futian mengeluarkan Sosok Petarung miliknya, dia juga mengeluarkan teknik Wrathful Buddhist Roar dan Demon-slaying Cries of Dragons and Elephants. Rumor mengatakan bahwa kedua teknik ini adalah teknik Buddha yang diciptakan oleh seorang Buddha kuno ketika dia berusaha menghentikan kekacauan yang terjadi di Neraka. Ketika dikultivasi ke tingkat tinggi, kedua teknik ini akan memungkinkan penggunanya untuk menaklukkan Neraka.     

*Boom* Suara-suara yang mengerikan bisa terdengar di atas medan pertempuran. Para kultivator Buddha yang hadir di sana mendongak ke atas langit. Saat ini, sosok mereka diselimuti oleh dua Buddha raksasa. Kedua Buddha raksasa ini sedang bertarung untuk memperebutkan kendali atas area ini. Pada saat ini, Sosok Petarung yang dipanggil oleh Ye Futian telah meraih keunggulan dan mulai mengikis Sosok Petarung yang dipanggil oleh Kepala Biksu Shenyan.     

Pada saat yang bersamaan, sosok-sosok duplikat milik Kepala Biksu Shenyan yang berada di atas medan pertempuran sedang dibombardir oleh serangan.     

Ekspresi di wajah Kepala Biksu Shenyan telah berubah. Suara getaran yang kuat bisa terdengar di sana. Sosok Petarung miliknya kini telah rusak. Sementara itu di atas langit, sinar matahari yang menyilaukan terpancar ke berbagai tempat. Dari atas langit, sebuah telapak tangan Buddha raksasa langsung dikerahkan ke bawah. Tampaknya itu adalah telapak tangan dari Mahavairocana yang sesungguhnya.     

Palm of Mahavairocana raksasa ini terus menerjang ke bawah. Dalam sekejap, sosok duplikat dari Kepala Biksu Shenyan yang tersisa itu dihancurkan menjadi debu, dan tubuh asli Kepala Biksu Shenyan akhirnya muncul kembali. Saat dia melihat Palm of Mahavairocana yang dikerahkan padanya itu, ekspresinya berubah menjadi buruk. Dia mengangkat kedua tangannya, dan Cahaya Buddha bersinar dari sosoknya. Dia berubah wujud menjadi seorang Buddha kuno yang berusaha menahan langit.     

*Brak* Palm of Mahavairocana mengenai targetnya dan menghempaskan tubuh Kepala Biksu Shenyan ke permukaan tanah, bahkan hingga menembus ke dalam tanah. Gelombang kejut yang dihasilkan mengguncang Gunung Roh dan menimbulkan kekacauan dimana-mana.     

Serangan itu meninggalkan sebuah jejak telapak tangan raksasa yang berapi-api di permukaan tanah, sedangkan tubuh Kepala Biksu Shenyan terkubur di dalam sana. Dia masih memuntahkan darah dan wajahnya kini terlihat sangat pucat!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.