Legenda Futian

Mahavairocana



Mahavairocana

0"Hah?" Kultivator yang baru saja melangkah depan itu berada di bawah bimbingan Buddha Tertinggi Shenyan. Dia mengerutkan kening ketika dia menggunakan mata surgawi miliknya untuk mengamati Ye Futian. Buddha's Clairvoyance adalah salah satu dari enam kemampuan super dalam ajaran Buddha, kekuatannya sangatlah menakjubkan. Buddha's Clairvoyance mampu melihat dan menembus segalanya. Ketika dikultivasikan ke tingkat tertinggi, penggunanya bahkan bisa melihat masa lalu dan masa depan seseorang.     

Memang benar bahwa Ye Futian telah mengkultivasi teknik Buddha, tetapi tingkat Plane-nya lebih tinggi dari Ye Futian. Dengan menggunakan Buddha's Clairvoyance, dia seharusnya dapat mendeteksi semua kelemahan Ye Futian, tanpa terhalang oleh kemampuannya dalam ajaran Buddha. Kemudian dia akan bisa membaca pikiran Ye Futian, sehingga dia mampu mengalahkannya menggunakan kemampuan super yang paling efektif untuk melawannya.     

Namun, apa yang dia lihat dari Buddha's Clairvoyance hanyalah kekacauan. Dia tidak mampu melihat apa pun dengan jelas, seolah-olah hanya ada ketiadaan di dalam sana.     

Dia bahkan mencurigai bahwa Ye Futian sudah menjadi Buddha yang sesungguhnya, kultivator Buddha paling suci yang tubuhnya terbuat dari emas. Di bawah berkah sang Buddha, penampilannya tampak agung dan bermartabat.     

Hal ini biasanya terjadi ketika dia melihat Buddha tingkat tinggi lainnya dengan menggunakan Buddha's Clairvoyance; lalu kenapa hal ini bisa terjadi ketika dia memandang Ye Futian?     

"Dia agak aneh." Bukan hanya dia, tetapi rekan-rekannya saat ini juga menatap tajam ke arah Ye Futian, Cahaya Buddha berwarna emas bersinar dari mata mereka. Mereka menggunakan mata surgawi untuk memata-matai pikiran Ye Futian. Namun, tidak peduli sedekat apa pun mereka dengan benak Ye Futian, upaya mereka berakhir sia-sia karena mereka tidak dapat memahami betapa dalamnya pikiran Ye Futian.     

Bahkan mereka menduga bahwa Buddha's Clairvoyance tidak akan bisa memiliki dampak apa pun pada Ye Futian.     

"Setuju, mungkin dia memiliki benda-benda ilahi atau semacam warisan yang bisa menangkis pengawasan dari Buddha's Clairvoyance," orang-orang di sebelahnya menebak-nebak. Jika Buddha's Clairvoyance tidak dapat menembus pikiran Ye Futian, maka satu-satunya cara untuk menghadapi Ye Futian adalah dengan pertempuran yang sesungguhnya, dan ini merupakan tantangan yang tidak mudah bagi mereka.     

Bagaimanapun juga, Ye Futian telah menunjukkan kemampuan bertarung yang menakjubkan ketika dia bertarung sebelumnya, dimana dia terus menerus mengalahkan kultivator Buddha yang berada di Jalur Buddha tingkat kesembilan.     

Namun, orang yang baru saja melangkah ke depan adalah salah satu rekan mereka, yang berkultivasi di bawah bimbingan guru yang sama—Buddha Tertinggi Shenyan. Bahkan jika dia tidak bisa mengintip atau membaca pikiran Ye Futian, kultivasinya dalam teknik Buddha seharusnya mampu membuatnya bersaing melawan Ye Futian.     

Ekspresi kultivator Buddha itu terlihat sedikit tenang sekarang. Dengan satu perintah dari dalam pikirannya, area ini tiba-tiba berubah menjadi dunia Buddha. Di belakangnya, satu sosok Buddha Tianyan telah muncul. Pada saat yang bersamaan, mata yang tak terhitung jumlahnya bermunculan di area sekitarnya. Pemandangan itu tampak sedikit menakutkan.     

Semua mata itu memandang ke arah Ye Futian secara bersamaan. Ketika Ye Futian melihat banyak pasang mata itu, gambaran yang tak terhitung jumlahnya muncul di dalam benaknya, seperti ilusi. Setiap pasang mata itu mengandung gambaran yang berbeda, dan langsung membawa Ye Futian ke dalam dunia yang tampaknya merupakan sebuah dunia sihir mata.     

Ye Futian menyadari bahwa dia sepertinya telah memasuki sebuah dunia yang berbeda, dunia Buddha yang dibentuk dari sihir mata. Tentu saja dia mengetahui bahwa ini hanyalah ilusi, namun entah kenapa, dia tetap dibawa ke sana meskipun dia menyadari hal tersebut.     

Namun, hatinya tidak goyah. Suara rapalan sutra Buddha keluar dari mulutnya saat Sosok Petarung Alacanatha mengeluarkan Cahaya Buddha yang menyilaukan di belakang tubuhnya. Cahaya Buddha itu mengelilinginya dan menangkis semua ilusi tersebut. Semua mata surgawi itu masih melayang di udara, namun dia tetap berdiri tegak dan tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya.     

Semua ilusi tidak membawa pengaruh apa pun pada Ye Futian.     

*Whoosh* Pada saat yang bersamaan, Cahaya Buddha berwarna emas terpancar dari mata surgawi itu dan ditujukan pada Ye Futian. Tiba-tiba, Ye Futian merasa seolah-olah tubuhnya telah dibelenggu. Sulit sekali baginya untuk bergerak; dia bahkan kesulitan untuk mengangkat kakinya.     

Rune-rune Buddha terus menerus keluar dari mulutnya, terbang menuju banyak pasang mata yang berada di udara itu. Di sisi lain, Sosok Petarung Alacanatha mengeluarkan Cahaya Buddha yang lebih terang dari sebelumnya, sedangkan Ye Futian masih terpaku di tempatnya.     

Kultivator Buddha itu mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, sebilah pedang ilahi berwarna emas muncul di tangan Buddha Tianyan yang ada di belakangnya. Pedang ini diselimuti oleh Cahaya Buddha, dan tampaknya mampu menebas semua tipu daya dan menghanguskan semua roh jahat.     

Pada saat yang bersamaan, tampaknya ada bayangan Buddha yang terpantul di setiap mata surgawi itu. Mereka mengikuti pergerakan Buddha Tianyan yang sedang mengayunkan pedang ilahi di tangannya itu ke bawah, tepat ke arah tubuh Ye Futian.     

"Teknik Pengekang—Pedang Zhuxie."     

Ketika semua kultivator Buddha menyaksikan pemandangan ini, mereka mengenali dua teknik Buddha yang kuat ini. Dia telah memanfaatkan semua mata surgawi itu untuk mengeluarkan Teknik Pengekang dan Pedang Zhuxie untuk menciptakan kombinasi yang begitu kuat sehingga serangan itu dapat menembus semua tipu daya dan menyerang tubuh fisik targetnya secara langsung. Tidak ada roh jahat yang mampu menghentikan serangan dari pedang ilahi ini.     

Ye Futian telah menghabiskan waktu selama beberapa bulan di berbagai kuil kuno untuk mempelajari ajaran Buddha. Meskipun mustahil baginya untuk mengkultivasi semua teknik Buddha yang ada, namun dia memahami gambaran dasar dari banyak teknik Buddha. Dan tentu saja dia mengenali bahwa itu adalah Teknik Pengekang dan Pedang Zhuxie.     

Kombinasi dan kecocokan dari dua teknik Buddha ini benar-benar menakjubkan dan tak tertandingi.     

Apa yang akan terjadi ketika Sosok Petarung Alacanatha berhadapan dengan Pedang Zhuxie?     

Cahaya Buddha di tubuh Ye Futian terus bersinar tanpa henti. Dia mengeluarkan Sihir Vajra dan langsung mendarat di semua mata surgawi itu. Namun, Pedang Zhuxie telah diayunkan ke bawah dan menghantam sosok petarung tersebut. Tiba-tiba, muncul banyak retakan di Sosok Petarung Alacanatha. Pada saat yang bersamaan, sosok itu mulai runtuh, dan Sihir Vajra menghantam banyak mata surgawi yang berada di udara, menghancurkan mereka sepenuhnya.     

Pedang Zhuxie terus diayunkan ke bawah, dan ketika pedang itu hendak bersentuhan dengan tubuh Ye Futian, Cahaya Buddha yang berapi-api bersinar terang di sana. Cahaya berwarna emas itu membanjiri langit dengan cahaya yang tak terlukiskan. Satu sosok Buddha muncul di sana dan mendorong Pedang Zhuxie ke atas, ke arah yang berlawanan dari Ye Futian.     

Sebuah matahari berwarna emas saat ini muncul di atas langit. Ye Futian tampaknya telah menjelma menjadi satu sosok Buddha kuno, yang cahayanya mampu bersinar selama berabad-abad. Kobaran api ilahi berwarna emas menyala di tubuh Buddha tersebut. Kobaran api itu begitu kuat sehingga Pedang Zhuxie mulai terbakar dan dihancurkan sedikit demi sedikit.     

"Mahavairocana!" Semua Buddha yang hadir di sana terkejut saat menyaksikan pemandangan di hadapan mereka. Sebelumnya, Ye Futian telah menampilkan dua teknik Buddha yang sangat kuat—Sosok Petarung Alacanatha dan Sihir Vajra. Sekarang, dia mengeluarkan teknik Buddha ketiga yang dia kuasai—Mahavairocana.     

Bagaimana caranya dia mampu menguasai teknik tersebut?     

Mahavairocana adalah sebuah Dharmakaya [1][1], dan teknik ini dianggap sebagai salah satu Dharmakaya terkuat dalam ajaran Buddha. Bahkan banyak Buddha tingkat tinggi kesulitan untuk mengkultivasinya. Teknik ini membutuhkan penguasaan total dalam teknik Buddha agar penggunanya mampu memahami beberapa bagian di dalamnya.     

Bagaimana mungkin Ye Futian bisa mengkultivasi Mahavairocana?     

"Ini benar-benar mustahil…"     

"Tidak ada gulungan mengenai Mahavairocana di kuil-kuil kuno mana pun. Hanya ada beberapa pengenalan sederhana tentang teknik tersebut. Jadi, bagaimana caranya dia bisa mengkultivasinya? Hal ini bisa saja terjadi apabila, alih-alih mulai berkultivasi ajaran Buddha dalam beberapa bulan terakhir, apakah mungkin dia sudah berkultivasi dalam ajaran Buddha sejak lama?" Beberapa kultivator Buddha mempertanyakan peristiwa yang menakjubkan ini.     

"Mahavairocana adalah salah satu Dharmakaya terkuat dalam ajaran Buddha. Teknik tersebut tidak pernah diwariskan pada orang asing. Lalu bagaimana caranya dia bisa mengkultivasinya? Darimana dia mencurinya?" sosok lainnya bertanya dengan nada menuduh.     

"Buddha Tertinggi, pria ini sangat mencurigakan. Kultivasinya sudah sepantasnya dihancurkan," seseorang memandang para Buddha Tertinggi yang berada jauh di atas sana dan memberikan saran.     

Saat mereka berbicara satu sama lain, Mahavairocana masih terus membesar, membakar Pedang Zhuxie hingga kering, menembus Teknik Pengekang dan semua mata surgawi itu. Suara gemuruh yang menggelegar bergema di udara, dan sosok Mahavairocana yang tak terbatas itu mengangkat telapak tangannya dan mengerahkannya ke depan. Ketika dikeluarkan, dapat dipastikan bahwa teknik itu tidak lain adalah Palm of Mahavairocana.     

Kultivator Buddha itu juga mengeluarkan Dharmakaya untuk menangkis serangan yang mendekat, tetapi Palm of Mahavairocana yang mengerikan itu menerjang ke bawah dan menghancurkan segalanya. Terdengar suara ledakan yang keras saat banyak retakan muncul di permukaan tanah. Kultivator Buddha itu menggeram, seolah-olah tubuhnya hendak dihancurkan. Dia memuntahkan darah, dan tubuh emasnya pun hancur berkeping-keping.     

*Brak* Disertai dengan suara ledakan yang keras, teknik Palm of Mahavairocana menghancurkan tubuh emas itu hingga menjadi bagian-bagian kecil, meninggalkan sebuah jejak telapak tangan raksasa yang mengerikan di permukaan tanah, dan kemudian menghilang. Namun, napas kultivator Buddha itu sekarang telah melemah saat darah keluar dari sudut mulutnya. Dia terlihat sangat lemah. Dia jelas kehilangan kemampuan untuk melanjutkan pertarungan ini.     

Ketika mereka kembali memandang Ye Futian, mereka melihat bahwa Cahaya Buddha telah menyinari area yang luas, dan sosok Mahavairocana itu memancarkan sinar cahaya yang tak terbatas. Rasanya seolah-olah Ye Futian telah membuktikan dirinya sebagai seorang Buddha.     

Pada saat ini, Ye Futian tampak seperti Buddha yang sesungguhnya!     

---     

[1] Dharmakaya adalah sebuah istilah untuk menggambarkan tubuh atau kumpulan semua kualitas baik Buddha atau Dharma, seperti kebijaksanaannya, welas asihnya, ketabahannya, maupun kesabarannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.