Legenda Futian

Sosok Petarung Dharma of the Alacanatha



Sosok Petarung Dharma of the Alacanatha

3Ye Futian memandang semua Buddha yang berada di atas langit. Meskipun dia merasakan tekanan yang menimpa tubuhnya dengan jelas, namun dia masih bisa menghadapinya dengan sangat tenang.     

Di Gunung Roh dari Western Heaven, semua Buddha yang berada di atas langit, dari bawah ke atas, diposisikan sesuai tingkatan yang jelas. Para Buddha dengan kultivasi yang lebih kuat itu duduk di tempat yang lebih tinggi. Tampaknya ada beberapa lapisan langit di area ini.     

Ini adalah sesuatu yang disadari oleh Ye Futian begitu dia tiba di sini. Segala sesuatu yang ada di dunia ini memiliki pengaturannya sendiri; hal yang sama juga berlaku bagi para Buddha.     

"Ye Futian, kau telah membunuh banyak kultivator Buddha. Beraninya kau menunjukkan wajahmu di Gunung Roh sekarang?" Tiba-tiba terdengar suara yang datang dari atas langit dan mengkritiknya. Tekanan yang dahsyat kini menyebar ke arah Ye Futian saat banyak mata tertuju padanya. Banyak dari mereka jelas tidak senang dengan kemunculan Ye Futian di sini..     

Mereka tidak pernah membayangkan bahwa Ye Futian akan berani datang kemari dan melangkahkan kaki ke dalam tanah suci tertinggi dari Western Heaven.     

Ye Futian memandang para Buddha di sekelilingnya. Ekspresinya terlihat cukup tenang. Dia bertanya, "Bolehkah saya menanyakan hal ini kepada kalian, para Buddha? Bagaimana jika seseorang mencoba mengambil kultivasi, menjarah benda ilahi, dan mengancam nyawa kalian masing-masing? Apa yang akan kalian lakukan?"     

Tidak ada seorang pun yang menjawabnya, namun mereka tahu kenapa dia menanyakan hal tersebut. Semua yang terjadi di Six Desires disebabkan karena tindakan kultivator-kultivator itu yang ingin mengambil jasad suci Kaisar Agung Shenjia darinya.     

"Saya bertanya pada kalian semua dengan baik-baik: apakah orang-orang yang bertindak seperti ini layak disebut sebagai kultivator Buddha?" Ye Futian kembali bertanya.     

Suasana di Gunung Roh tiba-tiba menjadi sunyi senyap. Kemudian, salah satu Buddha tingkat tinggi menanggapi, "Tidak layak."     

"Kalau begitu, saya belum membunuh kultivator Buddha mana pun. Pernyataan ini tidak lebih dari tuduhan palsu yang tidak berdasar." Ye Futian menyatukan telapak tangannya dan melanjutkan kata-katanya, "Saya datang kemari hari ini untuk bertemu dengan Lord of All Buddha."     

Saat para Buddha itu berbisik satu sama lain, banyak kultivator Buddha memandang Hua Qingqing, yang berdiri di belakang Ye Futian. Mereka bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang luar biasa tentang dirinya.     

Namun, tindakan yang dilakukan Ye Futian dengan membawa wanita itu kemari untuk menemui Lord of All Buddha jelas terlalu berlebihan.     

Tentu saja, mereka juga mengetahui bahwa Ye Futian datang kemari dalam periode waktu ini karena dia ingin meniru apa yang dilakukan oleh Donghuang Agung di masa lalu.     

"Ye Futian, kau berasal dari Prefektur Ilahi dan baru berada di Western Heaven selama beberapa bulan. Apa yang membuatmu berpikir bahwa kau pantas bertemu dengan Lord of All Buddha?" seorang Buddha bertanya.     

Beberapa orang bahkan mengejeknya dalam hati. Pria ini benar-benar tidak bisa menilai kemampuan maupun batasannya sendiri.     

"Sang Buddha mengatakan bahwa semua makhluk hidup berada di tingkatan yang sama, dan tidak ada perbedaan status di antara kita. Kedatangan saya kemari tidak lain untuk menemui Lord of All Buddha. Memangnya kenapa saya tidak boleh melakukan hal tersebut?" Ye Futian balik bertanya.     

"Memang benar bahwa semua makhluk hidup berada di tingkatan yang sama, dan tidak ada perbedaan status di antara kita. Namun, terdapat perbedaan yang jelas dalam teknik-teknik Buddha," seseorang menanggapi.     

"Ye Futian, Pertemuan All Buddha adalah momen dimana semua kultivator Buddha berkumpul untuk mempelajari metode kultivasi antara satu sama lain. Kami tahu bahwa kau bermaksud meniru pencapaian Donghuang Agung di masa lalu, tetapi kau baru berkultivasi dalam teknik Buddha selama beberapa bulan. Kau belum bisa bersaing dengan kami menggunakan teknik Buddha. Ditambah lagi, bahkan jika kau sudah sangat mahir dalam teknik Buddha, tidak ada jaminan apakah Lord of All Buddha bersedia bertemu denganmu atau tidak. Semua makhluk hidup memang memiliki derajat yang sama. Justru karena hal inilah semua makhluk hidup tidak memiliki kewajiban untuk menyetujui tuntutan apa pun dari makhluk hidup lainnya."     

Ye Futian mengangguk pelan dan berkata, "Saya mengerti bahwa Lord of All Buddha yang akan memutuskan apakah dia bersedia menemui saya atau tidak. Meskipun saya belum begitu lama mengkultivasi teknik Buddha, saya menyadari bahwa kualitas kultivasi tidak bergantung pada periode waktu dalam berkultivasi. Saya sama sekali tidak berniat untuk mengikuti jejak Donghuang Agung. Saya datang kemari hanya karena saya ingin bertemu dengan Lord of All Buddha. Karena ini adalah satu-satunya kesempatan yang tersedia bagi saya, itulah alasan kenapa saya berada di sini."     

Saat Ye Futian berbicara, dia mengambil beberapa langkah ke depan dan berkata, "Oleh sebab itulah, saya ingin belajar mengenai teknik Buddha dari para Buddha yang hadir di sini. Mohon bimbingannya."     

Dia kembali menyatukan telapak tangannya dan membungkuk hormat pada mereka. Sikapnya terlihat sangat sopan. Namun, dia tidak terkesan tunduk maupun sombong saat berhadapan dengan para Buddha yang berada di atas langit ini. Dia terlihat sangat tenang dan percaya diri.     

Di Gunung Roh, Cahaya Buddha yang damai dan menenangkan menyelimuti seluruh tempat, membuat suasana menjadi lebih suci dari sebelumnya. Para Buddha itu memandang pria berambut abu-abu di hadapan mereka, dan mereka kini merasa sedikit penasaran. Ratusan tahun yang lalu, seorang kultivator dari Prefektur Ilahi datang kemari untuk bertukar ilmu dengan para Buddha di Western Heaven. Apa perbedaan antara sosok satu ini dan Donghuang Agung di masa lalu?     

"Karena Saudara Ye meminta bimbingan terkait teknik Buddha pada kami, kalau begitu siapa yang bersedia mencobanya?" ujar salah satu Buddha tingkat tinggi di puncak Gunung Roh, yang menandakan bahwa dia menyetujui permintaan Ye Futian.     

Ye Futian memandang darimana suara itu berasal dan melihat bahwa sosok yang baru saja berbicara itu tidak lain adalah Buddha Tertinggi Wutian, dan dia merasa sedikit lega. Kehadirannya yang tidak diundang di Gunung Roh benar-benar tindakan yang tidak sopan. Skenario terburuk yang menantinya adalah, dia akan diusir secara paksa dari Gunung Roh. Jika hal itu benar-benar terjadi, pasti tidak mungkin baginya untuk menemui Lord of All Buddha.     

Kata-kata yang diucapkan oleh Buddha Tertinggi Wutian ini jelas memberinya secercah harapan.     

Semua Buddha yang berada di atas langit menatap Ye Futian. Mereka bisa merasakan bahwa kultivasi Ye Futian saat ini berada di puncak Renhuang tingkat kedelapan. Dan mereka sudah lama mendengar tentang kemampuan bertarung Ye Futian. Ketika dia berada di Dunia Asal, mereka telah mendengar bahwa Ye Futian adalah sosok yang tak terkalahkan di tingkat Renhuang. Dengan bantuan dari jasad suci Kaisar Agung Shenjia, dia bahkan mampu menghukum mereka yang selamat dari Ujian Para Dewa.     

Namun tentu saja, saat ini Ye Futian tidak bisa lagi menggunakan jasad suci maupun benda ilahi lainnya. Satu-satunya pilihan yang tersisa baginya adalah bertarung dengan menggunakan teknik Buddha.     

Dan Ye Futian baru mengkultivasi teknik Buddha selama beberapa bulan terakhir. Karena hal inilah para Buddha mempertimbangkan tingkat kultivasi Ye Futian saat ini.     

Pada saat ini, satu sosok Buddha tampak melangkah ke depan. Tubuhnya berukuran sangat besar dan terlihat menakjubkan; seolah-olah tubuhnya itu terbuat dari emas murni. Kultivasinya juga sangat luar biasa—Jalur Buddha tingkat kesembilan, yang setara dengan puncak Renhuang Plane.     

"Dia adalah Buddha Roh Raksasa," Buddha Tertinggi Wutian memperkenalkannya. Buddha Roh Raksasa membungkuk sambil menyatukan telapak tangannya, lalu berkata pada Ye Futian, "Senang bertemu denganmu, Saudara Ye."     

Ye Futian memandang Buddha Roh Raksasa, yang jauh lebih tinggi dari dirinya itu. Telapak tangannya disatukan di depan dadanya, dan sosoknya dikelilingi oleh cahaya berwarna emas. Ye Futian duduk bersila di tempatnya dan berkata, "Ada kalimat di dalam kitab Buddha yang menyebutkan bahwa selama hati seorang kultivator Buddha dipenuhi oleh keyakinan dan kepercayaan, maka hatinya tidak akan bisa digoyahkan, dan Sosok Petarung Acalanatha dapat dikuasai olehnya. Apakah itu benar?"     

"Tampaknya Saudara Ye benar-benar serius dalam mengkultivasi teknik Buddha," Buddha Roh Raksasa memujinya.     

"Kalau begitu, silahkan mulai duluan." Ketika Ye Futian selesai berbicara, dia, yang sudah duduk bersila, memejamkan matanya. Hatinya saat ini seperti batu yang kokoh dan tidak bisa dihancurkan. Sekujur tubuhnya bersinar dengan cahaya suci berwarna emas, dan sebuah patung Buddha raksasa kini telah muncul di sana, yang kemudian berubah menjadi Sosok Petarung Acalanatha. Kedua tangannya berada dalam posisi yang berbeda. Seolah-olah dugaannya telah terbukti dan kini mengubahnya menjadi seorang Buddha.     

Pemandangan ini membuat banyak Buddha yang berada di Gunung Roh tampak takjub, termasuk Buddha Roh Raksasa.     

Sosok dari Buddha Roh Raksasa yang lebih besar saat ini sedang memegang sebuah alu Vajra yang memancarkan Cahaya Buddha. Dia mengangkat alu itu dengan kedua tangannya dan menghantamkannya langsung ke arah Sosok Buddha Alacanatha. Namun, Ye Futian tetap tidak bergerak dari tempatnya, dan matanya masih terpejam. Tindakannya ini membuat banyak orang merasa gelisah.     

Ketika alu Vajra itu dikerahkan ke bawah, terdengar suara gemuruh yang keras, dan Sosok Petarung Alacanatha berguncang karenanya. Namun tidak satu pun retakan yang muncul di tubuh emasnya itu, dan sosoknya masih tak tergoyahkan seperti gunung, sama sekali tidak bisa dihancurkan.     

Cahaya Buddha berwarna emas tampak berputar-putar di atas Sosok Petarung Alacanatha; seolah-olah ada banyak rune Buddha yang melayang di sana, menjadikannya sebagai reinkarnasi sang Buddha yang sesungguhnya.     

Ketika melihat hal ini, Buddha Roh Raksasa tahu bahwa dia telah kalah. Dia meletakkan alu Vajra miliknya dan menyatukan tangannya untuk membungkuk hormat kepada Ye Futian. "Seperti yang dikatakan oleh Saudara Ye, kultivasi Buddha tidak bergantung pada lamanya waktu yang dihabiskan dalam berkultivasi. Melihat pencapaianmu dalam menguasai Sosok Petarung Acalanatha hanya dalam beberapa bulan dan memahami kebenaran di dalamnya, aku berani mengatakan bahwa Saudara Ye memang ditakdirkan untuk bertemu dengan Lord of All Buddha. Aku merasa malu karena aku tidak mampu bersaing denganmu."     

Setelah itu, Buddha Roh Raksasa kembali ke tempatnya atas kemauannya sendiri.     

Ye Futian datang ke Gunung Roh untuk saling bertukar teknik-teknik Buddha, dan hanya dalam satu pertempuran, dia telah menunjukkan pencapaiannya dalam teknik Buddha kepada semua Buddha yang ada di Western Heaven!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.