Legenda Futian

Para Buddha di Gunung Roh



Para Buddha di Gunung Roh

0Seiring berjalannya waktu, jumlah orang yang menyeberangi laut emas itu menjadi semakin sedikit. Perayaan All Buddha telah memasuki bulan terakhir, dan Pertemuan All Buddha akan diadakan di Gunung Roh dari Western Heaven.     

Dengan tidak adanya lagi kultivator Buddha yang menyeberangi laut emas itu, banyak kultivator memegang bunga teratai di tangan mereka masing-masing dan menempatkannya ke permukaan laut emas tersebut. Tiba-tiba, bunga-bunga teratai itu tampak memancarkan cahaya berwarna emas, mengambang ke tengah laut seolah-olah mereka berubah menjadi bunga teratai emas.     

Banyak sosok lainnya juga melakukan hal ini. Tidak lama kemudian, mereka yang telah melepaskan bunga teratai di laut itu menyatukan telapak tangan mereka di depan dada masing-masing, berdoa pada laut emas itu dengan mata terpejam. Suara rapalan sutra Buddha keluar dari mulut mereka. Para penganut ajaran Buddha ini tampaknya sedang berdoa untuk meminta berkah.     

Suara rapalan sutra Buddha bergema di antara langit dan bumi, seolah-olah membentuk resonansi di area ini. Ye Futian berdiri di garis pantai terdepan. Dengan suara rapalan sutra Buddha yang bergema di telinganya, dia pun menyatukan telapak tangannya. Ekspresinya terlihat dipenuhi oleh rasa hormat. Saat ini, dia menganggap dirinya sudah menjadi seorang kultivator Buddha.     

Para kultivator Buddha ini tampaknya sedang berdoa demi kesuksesan Pertemuan All Buddha dengan cara mereka masing-masing.     

Dan sepertinya ada sesuatu yang merespon suara rapalan sutra Buddha yang bergema di antara langit dan bumi ini. Di bagian ujung dari laut emas ini, dimana tempat ini berbatasan dengan langit, Cahaya Buddha yang tak terbatas bersinar terang, lalu menyinari permukaan laut. Dalam sekejap, cahaya itu menutupi wilayah pesisir yang tak terbatas ini dengan cahaya berwarna emas yang lebih terang daripada sebelumnya.     

Bahkan terdapat suara rapalan sutra Buddha yang muncul dari kejauhan dan membentuk semacam resonansi dengan suara rapalan sutra Buddha yang ada di sini. Tiba-tiba, banyak kultivator yang tidak bisa melewati laut emas ini duduk bersila di tepi pantai dan berkultivasi di sana dengan mata terpejam.     

Pemandangan yang tersaji di depan mereka begitu spektakuler dan mencengangkan sehingga Chen Yi, Fang Cun, dan yang lainnya juga merasakan kesakralan dan kesuciannya. Mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak membungkuk hormat, dengan telapak tangan yang disatukan di depan dada mereka, menghadap bagian ujung laut tersebut. Kemungkinan besar, Cahaya Buddha ini pasti menjadi tanda yang mengisyaratkan dimulainya Pertemuan All Buddha.     

Setelah beberapa lama, suara rapalan sutra Buddha yang bergema di antara langit dan bumi berangsur-angsur menghilang, namun Cahaya Buddha masih menyinari area tersebut. Lambat laun, beberapa orang memilih untuk pergi, sementara ada pula yang masih duduk di tepi pantai untuk berkultivasi. Namun anehnya, wilayah pesisir yang dipenuhi oleh banyak orang yang sedang berkultivasi itu ternyata sangat sunyi.     

"Kapan kau berniat untuk berangkat?" Chen Yi berjalan menghampiri Ye Futian dan bertanya.     

Ye Futian memandang ke kejauhan dan berbisik, "Sebentar lagi."     

Saat dia berbicara, dia memandang Hua Qingqing, yang berada di sebelahnya dan berkata, "Qingqing, apa kau sudah siap?"     

"Ya," Hua Qingqing mengangguk pelan. Ekspresinya terlihat sangat tenang dan kedua matanya yang indah tampak jernih.     

"Kalau begitu, ayo kita berangkat," ujar Ye Futian sambil tersenyum. Tidak ada kegelisahan yang mengisi hatinya. Hua Jieyu berdiri di sisi lainnya dan berbisik, "Kalian berdua, berhati-hatilah."     

"Aku tahu." Ye Futian tersenyum pada Hua Jiyu, menyadari bahwa kekasihnya itu masih merasa sedikit cemas.     

Hanya dia dan Hua Qingqing yang menjalani perjalanan kali ini. Hua Jieyu dan yang lainnya tidak mengkultivasi ajaran Buddha; oleh sebab itulah, mereka tidak bisa menyeberangi laut ini.     

Ye Futian dan Hua Qingqing mulai memasuki laut emas ini, dan sebuah perahu tiba-tiba muncul di bawah kaki mereka, berlayar ke depan dan membawa mereka mengarungi laut emas tersebut.     

"Guru," Ling Kecil, Fang Cun, dan yang lainnya melangkah ke depan dan memandang sosok Ye Futian yang mulai menjauh; mereka masih mengkhawatirkan keselamatannya.     

Dalam perjalanan ini, guru mereka akan pergi ke Gunung Roh di Western Heaven, dimana semua kultivator Buddha akan berkumpul di sana. Di antara para Buddha ini, tidak ada yang tahu berapa banyak kultivator kuat yang akan ikut serta. Jika mereka ingin membunuh Ye Futian, dia tidak akan punya cara untuk melawan balik.     

Ye Futian mengayunkan tangannya sambil memunggungi mereka. Kemudian dia duduk bersila di atas perahunya saat Cahaya Buddha menyinari tubuhnya, seolah-olah dia telah menjelma menjadi seorang Buddha. Hua Qingqing berdiri di belakangnya dengan senyuman tipis di wajahnya saat dia memandang bagian ujung laut ini. Pakaiannya, juga, bermandikan Cahaya Buddha. Sambil menyatukan telapak tangannya, ekspresinya saat ini dipenuhi oleh rasa hormat; layaknya seorang Bodhisattva [1][1].     

Pada saat itu juga, orang-orang yang berada di tepi pantai memandang perahu itu dengan terkejut. Pemandangan yang sedang mereka saksikan ini begitu indah dan sempurna, seperti sebuah lukisan.     

Apakah dua sosok ini juga berniat pergi menuju Gunung Roh?     

Keduanya pun mulai menyeberangi laut dengan perahu tersebut, terus bergerak ke depan. Laut Buddha ini terlihat seperti sebuah cermin emas. Ketika Ye Futian melihat bayangannya di permukaan laut, dia tidak tahu apakah dia sedang bepergian di atas permukaan air atau sedang berjalan di atas langit.     

Ye Futian tersenyum, lalu memejamkan matanya dan berkultivasi dengan tenang. Dia membiarkan perahunya berlayar ke depan tanpa ada gangguan.     

Hua Qingqing berdiri di tempatnya dengan tenang, seolah-olah dia bertanggung jawab atas pergerakan perahu tersebut. Dengan tubuh bermandikan Cahaya Buddha, penampilannya tampak menawan dan agung. Perahu Buddha itu bergerak ke depan secara perlahan, dan tampaknya mereka masih sangat jauh dari bagian ujung laut tersebut. Mereka tidak tahu kapan mereka akan tiba di sana.     

Hari pun terus berlalu, dan dalam sekejap, sudah lebih dari 20 hari telah berlalu. Perahu Buddha itu masih mengambang di atas laut emas, tanpa mengetahui berapa lama waktu telah berjalan.     

Hua Qingqing dan Ye Futian tidak bertukar sepatah kata pun; mereka jadi sangat pendiam. Bagian ujung dari Western Heaven masih jauh, tetapi mereka sama sekali tidak merasa terburu-buru. Ini adalah Laut Buddha, dan Laut Buddha memiliki kesadarannya sendiri. Ketika mereka diizinkan untuk menyeberang, maka mereka akan tiba di tempat tujuan mereka.     

Jika Laut Buddha tidak mengizinkan mereka untuk menyeberang, maka mereka tidak akan bisa sampai di sana, tidak peduli bagaimanapun mereka memaksanya. Lagipula ini adalah dunia Buddha.     

Saat mereka masih mengambang di tengah laut, Ye Futian terus berkultivasi dengan tenang dan memahami teknik-teknik Buddha. Hua Qingqing juga berdiri di tempatnya dengan tenang, tanpa mengganggu kultivasi Ye Futian. Setelah beberapa lama, Pertemuan All Buddha kini telah berlangsung selama lebih dari 20 hari, dan hanya menyisakan tiga hari terakhir.     

Hua Qingqing menyadari bahwa mereka masih berada di Laut Buddha, dan jarak yang harus ditempuh untuk menuju Gunung Roh di ujung laut ini masih belum berubah. Seolah-olah mereka tidak akan pernah bisa mencapai tempat tujuan mereka itu.     

Namun, pada saat ini, tiba-tiba muncul pancaran Cahaya Buddha yang menyapu laut tersebut, dan menimbulkan deretan ombak di sana.     

Kemudian, beberapa sosok Buddha melayang dari dalam laut emas itu, lalu berdiri di hadapan mereka. Telapak tangan mereka disatukan di depan dada masing-masing, dan suara rapalan sutra Buddha muncul dari mulut mereka.     

"Amitabha!"     

Tidak jauh berbeda, Hua Qingqing menyatukan telapak tangannya dan membungkuk untuk memberi hormat kepada para Buddha yang hadir di sana. Akhirnya, Ye Futian berhenti berkultivasi saat dia membuka matanya, lalu menyatukan telapak tangannya di depan dadanya, lalu memberi hormat, "Ye Futian datang kemari untuk mengunjungi Gunung Roh di Western Heaven."     

"Kalian berdua dikaruniai dengan pencerahan yang luar biasa," ujar sosok Buddha lainnya. Kemudian di antara mereka, muncul lapisan kabut yang berasal dari laut emas itu, yang kemudian berubah menjadi sebuah pintu berwarna emas, yang menampakkan sebuah dunia yang berbeda di dalamnya, dan sepertinya itu adalah pemandangan dari Gunung Roh.     

"Terima kasih, Grandmaster." Ye Futian kembali membungkuk hormat untuk berterima kasih kepada mereka. Kemudian, perahu Buddha itu terus bergerak ke depan dan berlayar menuju pintu tersebut. Tidak lama kemudian, perahu Buddha itu melewati pintu di hadapannya dan memasukinya. Pada saat berikutnya, perahu itu telah menghilang dari tempatnya.     

Ketika perahu itu lenyap, pintu tersebut juga ikut menghilang. Semua sosok Buddha itu berubah menjadi kabut dan kembali ke dalam laut. Segala sesuatunya kembali seperti sedia kala—seolah-olah tidak terjadi apa-apa di sana.     

Namun, di tempat lain, ketika Ye Futian dan Hua Qingqing muncul kembali, tidak ada lagi perahu Buddha di bawah kaki mereka; mereka kini berdiri di atas permukaan tanah. Saat memandang ke depan, mereka melihat langit yang dipenuhi dengan Buddha saat Cahaya Buddha menyinari mereka. Dari bawah hingga ke atas langit, banyak Buddha terlihat berdiri di area ini.     

Ketika mereka menyaksikan pemandangan ini, ekspresi Ye Futian dan Hua Qingqing tampak serius. Mereka menyatukan telapak tangan masing-masing dan menyapa semua Buddha yang berada di atas langit dengan penuh hormat.     

Para Buddha itu tampaknya mengetahui bahwa mereka akan datang kemari, dan mereka tampaknya sedang menunggu keduanya. Tatapan mata yang tak terhitung jumlahnya tertuju pada mereka berdua. Di bawah pancaran Cahaya Buddha, baik Ye Futian maupun Hua Qingqing bisa merasakan tekanan yang tak terlihat menimpa tubuh mereka. Namun, hal ini tidak disengaja. Siapa pun yang berhadapan dengan begitu banyak Buddha di atas langit secara bersamaan pasti akan merasakan tekanan yang mereka alami saat ini!     

---     

[1] Bodhisattva, dalam ajaran Buddha, adalah seseorang yang mampu mencapai surga (nirwana), namun menundanya agar dia bisa menyelamatkan makhluk hidup yang menderita di muka bumi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.