Terbangun
Terbangun
*Whoosh* Tubuh Fang Cun menghilang dalam sekejap. Cahaya suci spasial tiba-tiba muncul di udara, mendekati Zhu Hou dengan kecepatan tinggi. Namun, bahkan cahaya spasial itu, yang hampir tidak terlihat, tidak dapat lepas dari pengaruh Mata Surgawi tersebut, yang mampu melihat segala sesuatunya dengan sangat jelas. Setiap pergerakan Fang Cun tampak diperbesar dan berada dalam gerakan lambat. Tidak ada satu pun dari mereka yang bisa lolos dari pengawasan Zhu Hou.
Zhu Hou mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, sebuah segel telapak tangan Buddha berwarna emas dikeluarkan dan langsung menembus cahaya ilahi spasial tersebut. Serangan itu mengincar tubuh Fang Cun. Suara ledakan yang memekakkan telinga terdengar saat serangan itu tiba di hadapan Fang Cun. Segel telapak tangan tersebut menembus perisai pelindung di sekitar Fang Cun, bahkan menerobos masuk ke dalam Dunia Miniatur miliknya. Kemudian serangan itu menghantam tubuh Fang Cun secara langsung. Momentum itu membuat Fun Cun terdorong beberapa langkah ke belakang.
Cahaya emas bersinar terang di area tersebut. Fang Cun kembali ke tempatnya semula dan mengeluarkan suara geraman. Darah tampak menetes dari sudut mulutnya, dan wajahnya terlihat sedikit pucat.
Kekuatan ruang dan waktu tampaknya tidak memiliki pengaruh apa pun di bawah Mata Surgawi itu, karena tidak ada yang bisa disembunyikan di bawah pengawasannya. Terlebih lagi, lawan mereka ini memiliki keuntungan berupa tingkat kultivasi yang jauh lebih tinggi, sebuah perbedaan yang tidak mungkin bisa dilampaui. Mustahil bagi Fang Cun untuk mendekat dan melukai lawannya dalam kondisi seperti ini.
Akibatnya, tubuhnya dihempaskan hanya dengan satu serangan.
Tatapan mata Zhu Hou kini tertuju pada Fang Cun, dan sepasang mata itu menunjukkan ketertarikan yang luar biasa. "Mereka yang dilahirkan dengan Jalur Agung memang penuh dengan kejutan. Bahkan kalian sudah memiliki tubuh Jalur Agung, yang mungkin tidak akan terdeteksi apabila aku tidak menggunakan Buddha's Clairvoyance."
Dia benar-benar dibuat takjub oleh kemampuan keempat kultivator ini.
Duo Yu mengambil satu langkah ke depan. Saat ini, kedua matanya terlihat sangat mengerikan. Itu adalah Mata Samsara, dan Zhu Hou tampaknya sudah mendeteksinya. Di bawah pengaruh Buddha's Clairvoyance, sepasang mata raksasa di udara itu menatap Duo Yu, menembus ilusi-ilusi yang dia ciptakan.
"Sayang sekali, ilusi dari Mata Samsara milikmu tidak berguna di sini." Kedua mata Zhu Hou terlihat aneh dan tampak jahat. Jika pemuda di depannya itu memiliki tingkat kultivasi yang sama dengannya, mungkin Mata Samsara bisa menjadi ancaman baginya, tetapi perbedaan Plane di antara mereka terlalu besar untuk menimbulkan ancaman apa pun baginya.
Duo Yu bisa merasakan rasa sakit yang tajam di matanya. Saat dia menggunakan Mata Samsara, dia memejamkan kedua matanya. Di sisi lain, Ling Kecil dan Tie Tou masih mencoba untuk menyerang, tapi Fang Cun menahan mereka dengan tangannya. Dia memandang Zhu Hou dan berkata, "Kenapa kau begitu bersikeras?"
Tapi Zhu Hou tidak terlalu peduli dengan keluhan yang diajukan oleh Fang Cun maupun pertanyaannya. Tubuhnya melayang di atas langit, mengamati area di bawahnya, sementara sepasang Mata Surgawi itu masih melayang di udara. Sepasang mata itu telah mengubah area ini menjadi dunia yang dibentuk oleh sihir mata.
"Jika kalian menolak untuk memberikan penjelasan, maka kalian tidak memberiku pilihan lain," ujar Zhu Hou. Kemudian dia mengulurkan tangannya dan membuat gerakan mencengkeram pada Fang Cun dan tiga kultivator lainnya. Dalam sekejap, sebuah segel telapak tangan Buddha yang berukuran sangat besar dikerahkan pada mereka, mengincar Ling Kecil terlebih dahulu.
Pintu-pintu spasial bermunculan di sekitar Ling Kecil. Dia berjalan ke salah satu pintu saat sosoknya menghilang di tempatnya, namun tidak ada satu pun yang bisa lolos dari Mata Surgawi yang melayang di atas mereka itu. Sebuah segel telapak tangan raksasa menerjang ke arah lain, dan tepat saat Ling Kecil berjalan keluar dari pintu spasial lainnya, dia berjalan tepat ke jejak telapak tangan tersebut. Telapak tangan itu menangkapnya dan membawanya jauh ke atas langit.
"Ling Kecil!" Ekspresi tiga kultivator lainnya tiba-tiba berubah menjadi panik. Tie Tou langsung mengambil tindakan. Bayangan ilahi yang mengerikan muncul di belakangnya, memegang Palu Pelindung Ilahi dan mengayunkannya ke bawah, mengguncang area ini. Suara ledakan yang mengerikan bergema di udara saat Palu Pelindung Ilahi itu berusaha untuk menghancurkan area ini dan mengincar tubuh Zhu Hou.
"Kalian benar-benar tidak tahu siapa lawan yang kalian hadapi ini," Zhu Hou berseru dengan nada mengejek. Satu sosok raksasa saat ini juga muncul di belakang tubuhnya. Itu adalah satu sosok Buddha kuno berpakaian putih, yang saat ini mengangkat tangannya untuk mengerahkan sebuah segel telapak tangan berwarna emas, yang ditujukan pada palu yang diayunkan padanya itu.
Suara gemuruh yang mengerikan terdengar saat area itu berguncang akibat gelombang kejut yang dihasilkan. Palu Pelindung Ilahi gagal memberi dampak apa pun pada jejak telapak tangan yang dikeluarkan oleh Buddha kuno berpakaian putih itu.
"Maju!" Zhu Hou berseru, dan tiba-tiba terdengar suara teriakan yang keras di udara. Banyak jejak telapak tangan raksasa bermunculan seperti gelombang tsunami yang tak ada habisnya. Mereka memenuhi seluruh tempat, mendorong palu itu ke belakang, lalu menerjang ke arah Tie Tou dengan agresif. Saat tubuh Tie Tou terhempas ke belakang akibat momentum yang diterima olehnya, dia memuntahkan darah dari mulutnya.
Fang Cun dan Duo Yu juga mengeluarkan serangan masing-masing secara berturut-turut, tetapi Zhu Hou sama sekali tidak memedulikan hal tersebut. Dengan satu ayunan tangannya, ribuan segel telapak tangan Buddha dikeluarkan hingga menutupi langit dan menyapu seluruh tempat. Dalam sekejap mata, mereka bertiga terluka oleh serangan yang kuat itu dan dipaksa untuk mundur.
Dihadapkan dengan perbedaan tingkat kultivasi yang begitu besar, Fang Cun dan kelompoknya tidak bisa mengeluarkan kekuatan mereka secara maksimal. Tidak peduli apakah mereka terlahir dengan Jalur Agung, menguasai metode ilahi, atau dibimbing oleh sosok di tingkat dewa, semua itu tidak membawa pengaruh apa pun dalam pertarungan ini.
Perbedaan tingkat kultivasi mereka terlalu besar untuk dilampaui.
Di dalam area Jalur Agung ini, teriakan-teriakan pertempuran bisa terdengar saat pertarungan berlangsung dengan sengit. Si Buta Tie berusaha mati-matian untuk bisa bergerak ke depan, berniat menerobos pertahanan yang menghalanginya sehingga dia bisa memberikan bantuan pada keempat remaja itu. Jiwa spiritualnya menembus area Jalur Agung yang dibentuk oleh Mata Surgawi itu dan mengamati bagian dalamnya. Seolah-olah dia bisa melihat semua yang sedang terjadi di sana.
"Kaaa!" Pada saat ini, terdengar suara pekikan panjang di udara. Itu adalah suara yang dihasilkan oleh monster iblis. Jiwa spiritual Si Buta Tie beralih ke sumber suara itu dan merasakan adanya cahaya suci berwarna emas yang menembus kumpulan awan dan kabut di langit di belakang mereka. Itu adalah seekor Roc Bersayap Emas, dan beberapa sosok sedang menunggangi punggung Roc tersebut.
Pria yang memimpin kelompok itu mengenakan pakaian serba putih dan berambut abu-abu, tampak tak tertandingi.
Saat merasakan kehadiran mereka, Si Buta Tie menarik kembali sebagian besar auranya. Akhirnya dia terbangun dari tidurnya. Sekarang setelah dia tiba di sini, maka situasi ini pasti dapat diselesaikan dalam waktu singkat.
Roc Bersayap Emas itu terbang menukik saat cahaya emas itu menembus ruang hampa, mengarah langsung ke area Jalur Agung tersebut. Diiringi dengan suara ledakan yang keras, area Jalur Agung itu pun ditembus dan terbelah, memperlihatkan medan pertempuran yang ada di dalamnya.
Zhu Hou menggeram saat tubuhnya dihempaskan ke belakang secara paksa. Ekspresinya sedikit berubah saat dia memandang burung raksasa yang baru saja muncul dan sosok-sosok yang berdiri di punggungnya itu.
"Guru." Tatapan mata Fang Cun dan Tie Tou berbinar saat mereka melihat sosok yang berada di atas punggung burung ilahi tersebut. Guru mereka akhirnya terbangun dan menolong mereka di waktu yang tepat.
"Guru?" Zhu Hou memandang sosok yang berada di atas punggung burung ilahi itu sambil mengerutkan keningnya, dan hawa dingin langsung terlintas di kedua matanya. Seorang kultivator berjalan dari belakang tubuhnya dan berdiri di hadapan Zhu Hou, yang masih mencengkeram tubuh Ling Kecil. Dia khawatir pihak lawan akan tiba-tiba melancarkan serangan yang fatal pada Zhu Hou.
*Whoosh* Seberkas cahaya tiba-tiba bersinar dari punggung burung ilahi itu dan langsung menyinari seluruh tempat. Banyak orang bergegas memejamkan mata masing-masing karena cahaya itu begitu menyilaukan sehingga mereka tidak bisa melihat apa pun kecuali cahaya tersebut.
Di bawah pancaran cahaya ini, tiba-tiba terdengar sebuah suara yang membuat ekspresi di wajah Zhu Hou berubah drastis. Ketika cahaya itu memudar, jejak telapak tangan raksasa itu telah hancur dan jatuh dari atas langit, sedangkan sosok yang dia cengkeram sebelumnya kini telah kembali ke punggung burung ilahi tersebut.
"Jalur Agung Cahaya." Ada sedikit ketidakpercayaan yang terlintas di tatapan mata Zhu Hou. Para kultivator ini sangat misterius. Keempat remaja itu semuanya dilahirkan dengan Jalur Agung tersembunyi, dan sekarang muncul seseorang yang mahir dalam Jalur Agung Cahaya. Siapa sebenarnya orang-orang ini?
Dan dari mana mereka berasal?
"Terima kasih, Paman Chen," Ling Kecil memandang orang-orang yang berada di punggung Roc itu, lalu berbisik, "Guru, Tuan Putri."
Saat Ling Kecil berbicara, dia terus menundukkan kepalanya, seolah-olah dia telah melakukan suatu kesalahan. Dia telah membuat masalah dan merepotkan gurunya.
"Ling Kecil, apa kau baik-baik saja?" ujar Ye Futian dengan lembut dan penuh kasih sayang. Ling Kecil menggelengkan kepalanya, dan ketika melihat reaksinya, dia menyadari apa yang dikhawatirkan oleh muridnya itu.
"Tidak ada masalah selama kau baik-baik saja." Ye Futian tersenyum dan mengusap kepala Ling Kecil. Kemudian dia mengalihkan pandangannya pada Zhu Hou.
Jantung Zhu Hou berdegup kencang saat dia melihat sepasang mata itu dan dia langsung merasakan bahaya yang semakin mendekat!