Legenda Futian

Bencana



Bencana

0Di depan aula utama dari Istana Six Desires, jasad suci Shenjia Agung masih bergemuruh. Saat Lord Six Desires memusatkan perhatiannya pada jasad suci itu, dia melihat tubuh Kaisar Agung Shenjia tiba-tiba terbang ke arahnya.     

"Hmph." Tiga kultivator kuat lainnya membuka mata dan memandang ke arah Lord Six Desires. Mereka tidak menyangka bahwa Lord Six Desires yang mampu memahami jasad suci itu terlebih dahulu.     

Suara rapalan sutra Buddha bergema di antara langit dan bumi, mengguncang siapa pun yang mendengarnya. Sebuah jejak telapak tangan Buddha berwarna emas yang berukuran sangat besar muncul di udara, yang kemudian menerjang di atas area yang ditempati oleh jasad suci Kaisar Agung Shenjia, mencegah jasad suci itu bergerak menuju Lord Six Desires.     

Sebelumnya, mereka berempat telah menghabiskan waktu di sini untuk memahami jasad suci Kaisar Agung Shenjia, namun karena tidak ada satu pun dari mereka yang mendapatkan pencerahan, maka mereka pun menemui jalan buntu,     

Namun pada saat ini, tampaknya Lord Six Desires akan segera memahami jasad suci itu dan beresonansi dengannya. Bahkan dia mungkin bisa mengendalikannya. Pada situasi seperti ini, mereka tidak bisa tetap tenang seperti biasanya. Mereka harus segera bertindak.     

Lord Six Desires juga tidak lagi menahan diri. Telapak tangannya bergetar di udara, dan tiba-tiba, area itu sepertinya dipenuhi dengan ledakan yang dahsyat. Beberapa aurora kepalan tinju melesat menembus udara dan menghantam telapak tangan Buddha berwarna emas itu, membelahnya menjadi dua bagian.     

Pada saat yang bersamaan, Lord Ye dan Lord Liberty juga melancarkan serangan masing-masing.     

Tiba-tiba, sebuah area kegelapan muncul di hadapan Lord Six Desires, yang dipenuhi dengan pusaran berwarna hitam di dalamnya. Selain itu, sebuah tombak ilahi berwarna hitam juga muncul di atas kepalanya, yang diikuti dengan munculnya gelombang penghancur di atas langit.     

Sementara itu di belakang Lord Liberty, muncul bayangan ilahi yang berukuran sangat besar, dan sebuah telapak tangan raksasa langsung dikerahkan ke bawah, menyelimuti langit dan bumi, serta menekan area tersebut.     

Tiga kultivator itu menyerang secara bersamaan.     

Saat ini, tubuh Lord Six Desires dikelilingi oleh cahaya suci, yang kini telah berubah menjadi sebuah lingkaran cahaya berwarna emas yang mengerikan, membentuk dinding pertahanan yang kokoh. Segala sesuatu di sekitarnya dalam keadaan kacau balau, dimana permukaan tanah di bagian bawah bergetar dan tampaknya akan hancur.     

Di atas langit, tombak kegelapan penghancur itu muncul di dalam pusaran-pusaran yang bergejolak, melesat ke bawah dengan kilatan petir berwarna hitam pekat. Sedangkan bayangan ilahi, yang tampak menyerupai satu sosok dewa di malam hari itu, muncul sebagai dewa penghancur di udara.     

Tombak ilahi itu langsung dikerahkan ke bawah dan menghantam tirai cahaya keemasan di hadapannya, menghasilkan retakan pada dinding pertahanan yang dibentuk oleh Lord Six Desires. Kilatan petir yang mengerikan menyebar di permukaan tirai cahaya itu saat area di sekitarnya tampak berada di ambang kehancuran total. Namun, ruang dan waktu di Western Heaven jauh lebih stabil daripada Dunia Asal dan Prefektur Ilahi, jadi retakan-retakan itu tidak meluas hingga ke kejauhan.     

Namun, Istana Six Desires kini dalam kondisi buruk. Ketika badai itu menyapu sekelilingnya, banyak jurang terbentuk di permukaan tanah, dan banyak bangunan runtuh dalam waktu singkat. Para kultivator dari Istana Six Desires sudah bergegas mundur sejak pertempuran itu dimulai. Mereka tahu bahwa berpartisipasi dalam pertempuran di tingkat ini hanya akan berujung pada kematian; mereka jelas tidak bisa ikut campur kali ini.     

"Kalian bertiga sudah keterlaluan," ujar Lord Six Desires saat dia perlahan-lahan berdiri di tempatnya. Badai emas yang mengelilinginya kini menjadi semakin mengerikan saat dia berdiri layaknya seorang dewa surgawi.     

Tetapi mereka bertiga tidak repot-repot mendengarkan apa yang dikatakan oleh Lord Six Desires. Mereka bergerak menuju jasad suci Kaisar Agung Shenjia dengan kekuatan Jalur Agung, memaksa jasad suci itu melayang ke arah mereka. Mereka tidak akan membiarkan Lord Six Desires memahami dan mengendalikan jasad suci tersebut.     

*Boom* Namun pada saat ini, seberkas cahaya suci berwarna emas yang luar biasa muncul dari jasad suci itu, seolah-olah terdapat ribuan rune yang melancarkan serangan terhadap tiga kultivator kuat tersebut. Ekspresi mereka bertiga tampak sangat serius saat mereka mengelilingi tubuh masing-masing dengan cahaya suci dari Jalur Agung, melindungi tubuh dan jiwa spiritual mereka dari serangan ini.     

Ketiganya mendengus dengan dingin, dan tatapan mata mereka kembali tertuju pada Lord Six Desires. Tampaknya, meskipun telah dikepung oleh berbagai macam serangan, Lord Six Desires masih belum menyerah. Dia tetap berusaha mengendalikan jasad suci itu untuk melawan mereka.     

"Apa yang harus kita lakukan?" Lord Ye bertanya kepada dua kultivator lainnya secara telepati, tentu saja berusaha untuk mendiskusikan solusi dalam menghadapi Lord Six Desires. Sekarang mereka terlibat dalam pertarungan habis-habisan, mereka kini memiliki musuh yang sama. Terlebih lagi, Lord Six Desires tampaknya sudah bisa berkomunikasi dan mengendalikan jasad suci Kaisar Agung Shenjia, dan hal itu menjadi perhatian besar bagi mereka.     

Jika mereka berhenti sampai di sini, maka Lord Six Desires pasti akan melancarkan serangan balasan nantinya.     

"Bunuh dia." Satu kata bernada dingin memasuki telinga dua kultivator lainnya, dan orang yang baru saja berbicara adalah Lord Initial Zen. Ketika dia mengucapkan kata itu, suaranya sangat tenang, ekspresinya tampak datar dan tentram. Cahaya Buddha masih bersinar di sekelilingnya, tetapi dialah yang terlihat paling menakjubkan.     

"Setuju. Kita harus memastikan tidak akan ada masalah yang menimpa kita di masa depan." Lord Liberty menyampaikan persetujuannya ketika dia mendengar kata itu. Mereka bertiga adalah sosok terkemuka yang selamat dari Ujian Para Dewa tahap kedua, dan sifat mereka sejak awal sudah sangat tegas. Karena mereka sudah memutuskan untuk melakukan hal ini, mereka tidak akan ragu-ragu atau menyediakan jalan keluar baginya.     

Dalam waktu singkat, mereka sudah membuat keputusan untuk membunuh salah satu rekan mereka, yang merupakan kultivator paling kuat di Six Desires Heaven.     

"Baiklah," jawab Lord Ye, dan mereka bertiga akhirnya mencapai kesepakatan. Dalam sekejap, keinginan membunuh yang mengerikan menyebar ke seluruh penjuru Istana Six Desires, dan bahkan seluruh bagian gunung surgawi itu terselimuti di dalamnya. Sementara itu, keinginan membunuh yang kuat masih menyebar di sana.     

Ekspresi para kultivator di Istana Six Desires menjadi panik saat mereka mendeteksi keinginan membunuh yang muncul dari ketiga kultivator itu.     

Jika perdebatan yang terjadi sebelumnya hanya bertujuan untuk mencari informasi, sekarang dapat terlihat dengan jelas bahwa mereka akan bekerja sama untuk melenyapkan Lord Six Desires.     

Demi mendapatkan jasad suci, sosok-sosok terkemuka ini rela melakukan apa saja untuk mengalahkan seorang pemimpin wilayah.     

Tentu saja, akan ada keuntungan lainnya apabila Lord Six Desires binasa—mereka bisa saja memegang kendali atas Ye Futian.     

Lord Six Desires tentu saja menyadari adanya keinginan membunuh yang datang dari tiga kultivator itu; ekspresinya tiba-tiba berubah. Ketika dia mengangkat kepalanya untuk memandang ke udara, dia melihat bahwa langit di atas Istana Six Desires bukan lagi Tempat Suci yang dulu dikelilingi oleh lapisan kabut surgawi. Tempat itu sekarang ditutupi dengan kumpulan awan gelap bencana, dimana kilatan petir hitam penghancur menyambar gunung ilahi tersebut, menciptakan banyak retakan di sana. Di dalam cahaya bencana itu, sebuah wajah yang buram telah terbentuk. Wajah itu tampak seperti wajah dewa kehancuran. Itu adalah wajah dari penguasa Yemo Heaven, Lord Ye.     

Area ini telah berubah menjadi sebuah area Jalur Agung, yang dikendalikan oleh Jalur Agung Penghancur milik Lord Ye.     

Pada saat yang bersamaan, muncul sosok yang menyerupai dewa di arah lainnya; sosok itu tidak lain adalah Lord Liberty.     

Cahaya Buddha mengitari tubuh Lord Initial Zen saat bayangan Buddha kuno muncul di belakangnya. Sosok itu berukuran sangat besar sehingga mampu menutupi langit dan menghalangi matahari. Seberkas cahaya mulai muncul di dalam kegelapan. Aura ketiga kultivator itu sungguh menakjubkan.     

Di bawah badai yang mengerikan ini, semua kultivator yang berada di gunung itu tampak terkejut. Tempat yang dulunya adalah Tempat Suci nomor satu di Six Desires Heaven ini tampaknya telah berubah menjadi neraka dalam waktu singkat. Bahkan Istana Six Desires kini berada dalam ambang kehancuran.     

Ketiga kultivator ini telah membuat keputusan dan tidak lagi menahan diri.     

"Kalian bertiga sungguh kejam. Apa yang akan kalian lakukan padaku hari ini?" Masalah ini sudah berada di luar kendali, dan Lord Six Desires tidak takut lagi saat kekuatan yang luar biasa menyapu ketiga lawannya itu. Dia memandang mereka dengan tatapan yang sangat dingin di matanya.     

Dia tidak menyangka bahwa ketika dia telah memahami jejak-jejak aura jasad suci ini, dia akan dihadapkan dengan reaksi yang begitu luar biasa. Samar-samar, dia merasa ada sesuatu yang sangat aneh dengan perubahan peristiwa ini. Bagaimana mungkin pemahaman yang begitu kecil dapat menyebabkan jasad suci itu menunjukkan reaksi sebesar ini?     

Namun, dia tidak punya waktu untuk berpikir secara menyeluruh.     

Gunung Yangxin, tempat Ye Futian berada, juga berada di tengah-tengah kehancuran. Di puncak gunung kuno itu, Ye Futian berdiri dari tempatnya dan menyaksikan segala sesuatunya hancur di bawah kakinya. Dia melayang di udara dan memandang ke kejauhan. Terdapat hawa dingin yang kuat di sepasang mata itu.     

Lord Six Desires telah mengurungnya di sini, berniat mengendalikan hidupnya dan jasad suci Shenjia Agung, jadi dia memang pantas mendapatkannya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.