Mata yang Terbuka
Mata yang Terbuka
Pada saat berikutnya, tubuh Chen Yi melayang ke atas, mengikuti cahaya yang dikeluarkan oleh matriks ilahi itu sampai dia tiba di Kuil Cahaya. Bayangan cahaya tersebut menghilang bersamanya, seolah-olah mereka telah memasuki bagian inti dari Kuil Cahaya bersama-sama.
Sinar cahaya itu tiba-tiba meredup saat matriks ilahi tersebut menghilang, dan cahaya yang memenuhi seluruh tempat ikut lenyap. Di dalam kuil, suara gemuruh yang keras terus menerus terdengar, dan kuil itu tampak berada di ambang kehancuran. Sepertinya matriks ilahi inilah yang menopang sinar cahaya terakhir dari kuil tersebut.
Saat ini, Ye Futian tampak berpikir. Jadi, jika Matriks Cahaya Ilahi itu menghilang, apakah Kuil Cahaya juga akan runtuh?
Ini adalah Kuil Cahaya, tempat para dewa berkumpul di zaman kuno, jadi kuil ini tidak mungkin runtuh dengan mudah. Kecuali kuil ini sudah hancur berantakan akibat perang ribuan tahun yang lalu, namun hanya bagian luarnya saja yang diperbaiki. Matriks ilahi terakhir yang tersisa di Kuil Cahaya itu adalah kekuatan yang telah menopangnya selama ini.
Dari sudut pandang ini, Kuil Cahaya kemungkinan besar memiliki jejak terakhir dari aura para dewa, menunggu sang penerus masa depan untuk mewarisi cahaya di dalamnya. Ketika sosok itu akhirnya muncul, maka kuil itu akan hancur dengan sendirinya.
Adapun Si Buta Chen, mungkin dia sudah mengetahui sebagian dari fakta ini. Mungkin selama ini dia sudah melakukan pencarian terhadap sang pewaris cahaya hingga akhirnya dia bertemu dengan Chen Yi.
Maka dari itu, semuanya terlihat masuk akal sekarang.
Kuil Cahaya bergetar semakin kuat. Di bagian atas, banyak retakan mulai muncul di Kuil Cahaya, menandakan bahwa tempat ini akan runtuh. Namun, para kultivator yang hadir di sini sangat kuat, jadi tidak ada hal buruk yang akan terjadi pada mereka. Namun tetap saja, mereka sangat terkejut akan semua ini.
Kemana perginya Chen Yi?
*Brak* Sebuah bongkahan batu jatuh dari atas, dan cahaya suci yang menyelimuti Ye Futian langsung menepis bongkahan batu tersebut darinya. Reruntuhan di sekitarnya semakin menumpuk, dan tidak butuh waktu lama sebelum kuil itu hancur seutuhnya.
Pada saat yang bersamaan, sepertinya terdapat cahaya menyilaukan di atas langit yang memaksa mereka untuk memejamkan mata. Kemudian, tampaknya ada sebuah kekuatan tak terlihat yang mendorong mereka ketika bintang-bintang berputar di atas langit, dan seluruh dunia kini dalam keadaan hancur.
Ye Futian memejamkan matanya sejenak, dan ketika dia membuka matanya lagi, reruntuhan itu masih ada di bawah kakinya, tetapi itu bukan lagi reruntuhan Kuil Cahaya. Di depan mereka, ada sebuah pintu—Gerbang Cahaya.
Cahaya yang menyilaukan masih bersinar dari Gerbang Cahaya ini. Seolah-olah itu adalah cahaya yang telah mendorong mereka keluar. Semua kultivator yang telah memasuki pintu itu sebelumnya kini telah dipaksa keluar, termasuk lima sosok terkemuka yang bertarung di luar Kuil Cahaya sebelumnya.
Menghadapi situasi misterius seperti itu, mereka tidak berniat untuk melanjutkan pertarungan. Faktanya, mereka telah berhenti bertarung begitu Kuil Cahaya mulai runtuh, dan cahaya menyinari seluruh tempat. Saat menyaksikan kuil yang runtuh itu, hati mereka menjadi sangat gelisah. Kuil itu kini telah berubah menjadi debu. Apakah ini adalah Kuil Cahaya yang selama ini mereka cari?
Dan sekarang, mereka telah dipaksa keluar. Apa sebenarnya yang sedang terjadi di sini?
"Ada apa ini?" Tetua Lin dan sosok terkemuka lainnya bertanya ketika mereka mencari bawahan mereka. Pada saat yang bersamaan, Tetua Lin mendapati bahwa Lin Kong—Pemimpin Klan Lin—telah menghilang. Dia bertanya-tanya apakah itu berarti Lin Kong tertinggal di dalam Gerbang Cahaya.
Apa maksudnya ini? Mungkinkah Lin Kong berhasil mendapatkan peluang Jalur Agung di dalam sana?
Namun pada saat berikutnya, harapannya musnah seketika. Dia melihat beberapa kultivator dari Klan Lin menundukkan kepala mereka, sementara anggota lainnya menunjukkan ekspresi kesedihan dan kemarahan di wajah masing-masing. Sudah jelas, Lin Kong tidak menerima warisan yang ada di dalam sana, dan dari reaksi orang-orang itu, dia bisa menebak seperti apa nasib yang dialami oleh Lin Kong.
Namun, Lin Kong sudah mencapai puncak Renhuang Plane, dan tidak ada satu pun kultivator yang memasuki Kuil Cahaya memiliki kultivasi yang lebih tinggi darinya. Setidaknya mereka ada di tingkat yang sama, jadi siapa yang mampu membunuhnya?
"Kawanku." Si Buta Chen dapat dengan mudah menyadari ketidakhadiran Chen Yi. Dia sedikit menundukkan kepalanya dan memanggil Ye Futian. Namun, Ye Futian sudah tahu apa yang dia maksud dan menjawab, "Tidak usah khawatir, Tuan. Chen Yi sudah berinteraksi dengan 'cahaya itu'."
Si Buta Chen mencengkeram tongkat di tangannya. Tampaknya dia merasa sangat lega. Dia mendongak untuk memandang langit dan berkata, "Terima kasih atas bimbinganmu."
Tidak ada yang tahu siapa sosok yang dimaksud oleh Si Buta Chen, namun Ye Futian menduga bahwa dia adalah orang yang menyuruh Si Buta Chen untuk mencarinya kala itu.
Si Buta Chen adalah pria yang jujur. Meskipun pria yang dia temui bertahun-tahun lalu itu tidak hadir di sini, dia merasa masih perlu baginya untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya.
"Kawanku, kebaikan besar tidak mungkin bisa dibalas. Setelah Chen Yi mewarisi cahaya, dia akan selalu mendampingi dan membantumu," ujar Si Buta Chen pada Ye Futian. Beberapa sosok terkemuka yang berada di sekitar mereka terkesan dengan kata-katanya. Siapa sebenarnya identitas yang dimiliki oleh Ye Futian?
Si Buta Chen tanpa ragu-ragu menyatakan bahwa, setelah Chen Yi mewarisi cahaya, maka dia akan selalu mendampingi Ye Futian!
Jika Chen Yi berhasil mewarisi 'cahaya itu', maka dia akan menjadi penerus Kaisar Agung Cahaya dan Dewa Cahaya dari zaman kuno. Apakah seorang kultivator seperti itu akan bersedia membantu Ye Futian? Membantunya untuk tujuan apa?
Namun pada saat ini, para kultivator dari pasukan utama lainnya memberitahu Tetua masing-masing tentang semua yang telah terjadi di dalam Kuil Cahaya secara telepati. Tiba-tiba, tatapan mata mereka pada Ye Futian berubah dalam sekejap.
Sebagai seorang Renhuang tingkat kedelapan, dia mampu mengalahkan Lin Kong dengan begitu mudahnya?
Ditambah lagi, serangan Lin Kong bahkan tidak mampu mengguncang tubuh fisiknya, dan dia malah ditangkap lalu dilemparkan ke dalam Matriks Cahaya Ilahi. Dia pun menemui ajalnya di sana.
*Whoosh* Tiba-tiba, sebuah aura pedang yang mengerikan terbentuk di antara langit dan bumi. Tetua Lin tampak melayang ke atas langit. Aura itu terus menyebar dari atas langit, hingga akhirnya aura pedang itu terasa seperti berada dimana-mana.
"Awas!" Tubuh Si Buta Chen tiba-tiba muncul di depan Ye Futian saat cahaya yang sangat menyilaukan menyelimuti mereka berdua. Aura pedang yang mengerikan itu turun ke atas mereka, namun pada akhirnya terhalang oleh cahaya yang dikeluarkan oleh Si Buta Chen. Jika dia bereaksi sedikit lebih lambat, serangan mengerikan itu akan mendarat tepat di atas Ye Futian.
Jauh di atas langit, Tetua Lin telah mengumpulkan momentum yang menakjubkan, dan sebuah area pedang telah muncul di sana, seolah-olah area ini sudah berada di bawah kendalinya.
Seberkas cahaya pedang yang mengerikan terpancar dari matanya saat dia memandang Ye Futian dan berkata, "Tidak peduli siapa pun identitasmu, kau harus mati hari ini."
Terdapat keinginan membunuh yang kuat di dalam suaranya. Tetua Lin bertekad untuk membunuh Ye Futian bukan hanya karena kematian Lin Kong, namun karena Ye Futian adalah orang yang memupuskan harapan dan mimpi yang selama ini dia tunggu-tunggu.
Tiga kultivator lainnya juga melayang ke udara. Tatapan mata mereka tertuju pada Si Buta Chen dan Ye Futian. Mereka telah mengeluarkan aura yang mengerikan saat mereka berniat melanjutkan pertempuran yang terjadi sebelumnya.
Ye Futian tampak mengerutkan keningnya. Aura dari keempat kultivator itu muncul secara bersamaan dan menyelimuti seluruh tempat. Tampaknya dia harus menggunakan tubuh Kaisar Agung Shenjia dalam pertempuran ini.
"Kawanku, tolong jaga Chen Yi untukku. Ada urusan lain yang harus kutangani," ujar Si Buta Chen. Suaranya terdengar sangat tenang, tidak mengandung kegembiraan maupun kesedihan di dalamnya. Seolah-olah dia hanya menyatakan sebuah fakta biasa. Tapi Ye Futian bisa memahami maksud dari kata-kata itu. Dia pun menanggapi, "Tuan, anda tidak perlu..."
Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Si Buta Chen sudah berada jauh di atas langit dan menjawab, "Kawanku, rahasia langit telah terungkap, dan aku tidak perlu lagi ada di dunia ini. Aku adalah sang utusan cahaya, dan sekarang setelah cahaya itu muncul kembali, maka tidak ada satu hal pun di dunia ini yang bisa membatasiku."
"Terbukalah mataku!" Ketika dia berbicara, Si Buta Chen, yang sudah bertahun-tahun lamanya mengalami kebutaan, kini telah membuka matanya!