Kecerdikan vs Kekuatan
Kecerdikan vs Kekuatan
Tetua Agung Motian adalah sosok yang licik dan sangat berhati-hati dalam bertindak. Jika mereka mengancamnya dan dia memutuskan untuk memulai pertempuran, maka hasil akhirnya akan sulit diprediksi. Untuk jalan amannya, Ye Futian memutuskan untuk menyerah dan tidak bertarung melawannya.
Setelah mereka pergi, ada seorang pria paruh baya berjubah emas yang berdiri di Istana Motian dari Gunung Motian. Ekspresinya terlihat sangat serius. Banyak sosok satu per satu mendarat di sekitarnya dan berkata, "Tetua Agung, apakah kita akan membiarkannya pergi begitu saja?"
Tetua Agung Motian memandang ke kejauhan, tepatnya pada sosok yang baru saja pergi. Sosoknya menyerupai seorang Kaisar Agung... Tentu saja dia tidak akan membiarkannya lolos begitu saja.
Ye Futian mengemudikan kapal terbangnya melewati kumpulan awan. Jiwa spiritualnya masih berada di dalam tubuh Kaisar Agung Shenjia. Pada saat ini, Ling Kecil bertanya, "Guru, kenapa anda masih di dalam sana?"
"Belum waktunya untuk keluar," jawab Ye Futian. Kecepatan kapal terbang itu sungguh mencengangkan, namun Ye Futian tiba-tiba menghentikan kapal dan membiarkannya melayang di atas awan berkabut setelah beberapa saat. Shenjia Agung mengerutkan alisnya, dan dia berkata dengan nada dingin, "Senior, apa artinya ini?"
Sudah jelas, dia bisa merasakan bahwa Tetua Agung Motian mengikutinya dari jauh. Jika bukan karena panca inderanya yang tajam, dia mungkin tidak akan menyadari bahwa Tetua Agung mengikutinya dari belakang. Tetua Agung Motian sengaja menyembunyikan auranya dan mengikuti Ye Futian dari jarak yang sangat jauh, namun dia masih mendeteksinya.
Di kejauhan, masih wajah Tetua Agung Motian yang muncul di sana. Tubuh aslinya tidak bisa dilihat dimana pun dan masih tersembunyi. Wajah itu menyadari bahwa Ye Futian telah mendeteksi kehadirannya, jadi dia berhenti menyembunyikan dirinya dan mengeluarkan aura samar yang membuat kumpulan awan di area tersebut bergulung dan bergejolak. Sebuah wajah muncul di atas Ye Futian. Kemudian, Tetua Agung Motian berkata, "Aku sedang senggang. Karena kawan kita ini datang dari tempat yang begitu jauh, kupikir aku harus mengantar kalian pergi."
"Terima kasih banyak, Senior. Kehadiran Mo Yunzi yang mengantar kami pergi sudah lebih dari cukup. Kami tidak perlu merepotkan anda," ujar Ye Futian. Roc Raksasa Bersayap Emas itu sudah berada di bawah kendalinya, jadi dia tentu saja sudah mengetahui banyak hal tentang Six Desires Heaven.
Sebelumnya, dia bersikap sangat berhati-hati terhadap Tetua Agung Motian, dan itulah alasan kenapa jiwa spiritualnya masih berada di dalam tubuh Kaisar Agung Shenjia. Namun, dia tidak menyangka bahwa sang Tetua akan mengikuti mereka sampai kemari.
"Jangan khawatir, sebenarnya aku juga sedikit penasaran. Jiwa spiritualmu pergi meninggalkan tubuh fisikmu untuk mengendalikan jasad suci milik Kaisar Agung Shenjia. Hal itu pasti membuatmu menanggung tekanan yang besar, bukan? Apakah jiwa spiritualmu tidak merasa kelelahan? Menurutku tindakan ini mungkin tidak baik untukmu jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama," Tetua Agung Motian bertanya. Dia tentu saja memahami bagian penting dari hal ini, itulah sebabnya dia mengikutinya sampai kemari. Saat Ye Futian tidak bisa lagi mengatasi kelelahan yang dia rasakan, bagaimana mungkin para kultivator tingkat Renhuang ini dapat menghentikannya?
Sebelumnya ketika Ye Futian melancarkan serangan, dia bisa merasakan kekuatan yang mampu melenyapkan Jalur Agung dan merasakan bahaya yang semakin mendekat. Dia tidak percaya diri untuk memulai pertempuran sebelumnya, jadi dia memutuskan untuk membiarkan Ye Futian pergi. Tapi selama jiwa spiritual Ye Futian telah kembali ke tubuhnya sendiri, siapa yang bisa menghentikannya?
Jasad suci ini pada akhirnya akan menjadi miliknya.
Lagipula dia tidak terburu-buru. Untuk berjaga-jaga, dia bersedia menunggu hingga Ye Futian kelelahan tanpa perlu melakukan apa pun.
Ye Futian juga tidak bisa berbuat apa-apa. Lawannya kali ini terlalu berhati-hati dalam bertindak. Akan sangat sulit untuk mengalahkannya dalam sekejap, dan akan ada dampak besar yang menantinya jika dia melakukan kesalahan. Bagaimanapun juga, serangan berkekuatan maksimal dari seorang kultivator di tingkat Tribulation Plane akan menjadi masalah besar bagi Jieyu dan yang lainnya.
Namun, jika dia membiarkan situasi ini terus berlanjut, maka bahaya yang mengancam akan menjadi semakin mengerikan. Dia tidak bisa terus menerus melakukan hal ini, dan Tetua Agung Motian jelas adalah sosok yang sangat sabar dan dia tidak keberatan untuk terus mengulur waktu.
"Yah, senior tidak perlu khawatir tentang hal tersebut." Suara Ye Futian menjadi dingin; dia tampak terprovokasi. Perubahan emosi ini tentu saja dideteksi oleh Tetua Agung Motian. Dia menyeringai dalam hati dan sama sekali tidak merasa cemas, dia akan terus menunggu hingga datangnya kesempatan yang tepat.
"Ayo kita pergi," ujar Ye Futian dengan tenang sambil menyibakkan lengan bajunya. Kemudian, kelompoknya kembali bergerak ke depan. Pada saat bersamaan, Ye Futian mulai menyelidiki Tetua Agung Motian berdasarkan ingatan dari Mo Yunzi.
"Jika kau ingin menyerang, aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk menangkis serangannya," Hua Jieyu mengirimkan suaranya pada Ye Futian. Dia tentu saja menyadari bahwa Tetua Agung Motian mengambil keuntungan dari posisi mereka yang lebih lemah untuk memojokkan Ye Futian. Situasi ini mencegah Ye Futian berkomitmen untuk bertempur melawan sang Tetua.
Jika Ye Futian tidak memiliki kekhawatiran apa pun, dia pasti sudah menghadapi Tetua Agung Motian secara langsung.
"Baiklah, tidak usah terburu-buru. Aku akan memikirkan solusinya," jawab Ye Futian. Dia berpikir keras untuk menemukan cara bagaimana dia berurusan dengan Tetua Agung Motian.
Seiring berjalannya waktu, Ye Futian tampak semakin cemas, dan kekuatan ilahi dari Jalan Agung mulai terpancar keluar darinya dan menyelimuti Hua Jieyu dan yang lainnya di dalamnya. Setelah itu, tubuh Shenjia Agung terbang melintasi langit. Kecepatannya begitu luar biasa sehingga seolah-olah dia telah berubah wujud menjadi sebilah pedang saat dia terbang di udara.
*Boom* Sebuah suara yang memekakkan telinga bergema dan mengirimkan getaran ke seluruh penjuru langit, Segel Telapak Tangan Emas yang tak terhitung jumlahnya langsung dihancurkan, dan jasad suci itu bergerak ke depan, melintasi ruang hampa. Saat ini, banyak mata berwarna emas muncul di depannya saat kekuatan pelahap yang mengerikan menyebar ke atas mereka, mencoba untuk menarik jasad suci itu.
Tubuh Shenjia Agung kembali menembusnya dan terus melaju, menyerang bayangan wajah itu, namun tetap saja itu bukanlah tubuh asli Tetua Agung Motian. Dari kejauhan, muncul beberapa aura yang mengerikan, dan tatapan mata Ye Futian menjadi dingin. Dia bertanya, "Senior, apa yang sebenarnya anda inginkan?"
Terdapat kegelisahan dan kemarahan yang tersirat di dalam suaranya.
"Jiwa spiritualmu. Tinggalkan dan serahkan jasad suci itu padaku, maka aku akan membiarkan kalian pergi. Lagipula tidak ada dendam di antara kita," ujar Tetua Agung Motian.
Ye Futian berpikir sejenak, tampaknya dia sedang kebingungan. Kemudian dia berkata, "Kami juga bersedia mengembalikan hewan tunggangan anda."
Tetua Agung Motian terdiam sejenak, kemudian dia tersenyum dan menjawab, "Sebenarnya aku berencana memberikannya padamu sebagai hadian, namun karena kau begitu baik hati, sepertinya aku akan mengambilnya kembali."
Ye Futian melakukan hal ini pasti karena dia takut sang Tetua tidak akan membiarkan mereka pergi, dan tentu saja, sang Tetua akan mengabulkan keinginannya.
"Jasad suci ini adalah tubuh Shenjia Agung dari zaman kuno, sangat sulit untuk dikendalikan. Saya harap anda berhati-hati dengan hal tersebut," Ye Futian mengingatkan Tetua Agung Motian, yang membuat bayangan wajah di atas langit itu tampak takjub. Kemudian dia berkata, "Aku mengerti."
"Saya punya satu permintaan terakhir. Bolehkah teman-teman saya pergi terlebih dahulu?" tanya Ye Futian.
Dari jauh, Tetua Agung Motian tampak berpikir. Dia berkata, "Aku yakin kau menyadari bahwa jika aku terus mengikutimu, cepat atau lambat, kau tidak akan bisa mengatasi tekanan yang kau rasakan. Jika kau berencana untuk menggunakan suatu trik padaku... "
Namun pada kenyataannya, Tetua Agung Motian sedang mencibir di dalam hatinya. Memangnya kenapa jika dia yang melepaskan mereka terlebih dahulu? Apakah Ye Futian benar-benar berpikir bahwa dia tidak memiliki cara untuk melacak lokasi mereka?
Sebaiknya mereka tidak usah bermimpi untuk bisa melarikan diri darinya.
"Saya mengerti," jawab Ye Futian.
"Kalau begitu, mereka bisa pergi duluan." Suara Tetua Agung Motian bergema di udara. Ye Futian mengangguk dan berkata, "Kalian pergilah terlebih dahulu."
"Tidak." Hua Jieyu dan yang lainnya tampak ragu-ragu.
"Guru," Fang Cun dan murid lainnya juga memanggilnya.
"Saya tidak akan pergi," ujar Ling Kecil. Ye Futian tidak memberitahu mereka tentang rencananya, jadi tanggapan para kultivator muda ini semuanya berasal dari lubuk hati yang paling dalam. Bagaimana mereka bisa tahu bahwa Ye Futian dan Tetua Agung Motian sama-sama menjalankan rencana mereka masing-masing, keduanya mencoba menipu satu sama lain!