Tetua Agung Motian
Tetua Agung Motian
Cahaya iblis yang bersinar di mata Ye Futian perlahan-lahan menghilang. Kemudian dia memandang Roc Bersayap Emas itu dengan tatapan acuh tak acuh. Tidak lama berselang, benaknya dipenuhi oleh ingatan dari monster tersebut.
Roc Raksasa Bersayap Emas ini bernama Mo Yunzi. Sementara itu gunung ilahi di depan mereka memang salah satu tempat terkenal di Six Desires Heaven. Itu adalah Gunung Motian, gunung yang didirikan oleh Tetua Agung Motian, yang merupakan pemimpin dari Istana Motian. Karena Roc Bersayap Emas ini adalah hewan tunggangan dari Tetua Agung Motian, dia pun dinamai Mo Yunzi. Tetua Agung Motian selama ini telah membantu Mo Yunzi dalam bekultivasi. Hal ini membuat kultivasinya meningkat hingga dia mencapai puncak Renhuang Plane, menjadikannya sebagai lawan yang tangguh bagi banyak kultivator.
"Siapa yang berani bertindak begitu lancang di wilayahku?" Sebuah suara bernada dingin tiba-tiba terdengar dari gunung ilahi di kejauhan. Kemudian, warna langit berubah. Kumpulan awan emas bergejolak dan bergemuruh, disertai dengan munculnya cahaya berwarna emas di sana. Saat ini, sekelompok kultivator tampak bergerak ke tempat Ye Futian dan kelompoknya berada dengan kecepatan yang mencengangkan. Ketika kelompok itu mendekati Ye Futian dan kelompoknya, mereka langsung mengepungnya dalam sekejap.
Para kultivator itu semuanya adalah Renhuang yang kuat. Berdasarkan informasi yang diperoleh Ye Futian dari ingatan Mo Yunzi, Tetua Agung Motian adalah sosok yang sangat terkenal di Six Desires Heaven. Dia termasuk dalam jajaran sosok-sosok terkemuka di dunia ini. Gunung Motian, tempat Tetua Agung Motian berkultivasi, tentu saja juga merupakan pasukan yang mengerikan. Gunung itu adalah pasukan nomor satu di Six Desires Heaven.
Kelompok kultivator yang baru saja datang memiliki aura yang mengerikan. Kekuatan Jalur Agung mereka menyelimuti langit, mengepung Ye Futian dan kelompoknya di dalamnya.
Namun, ada sebuah aura di kejauhan yang kekuatannya terus meningkat. Sebuah wajah berwarna emas kini telah muncul di antara kumpulan awan emas. Pemilik wajah itu tidak lain adalah Tetua Agung Motian—tuan dari Mo Yunzi sebelumnya.
"Sungguh kurang ajar!" Tetua Agung Motian mengumpat saat dia memandang Mo Yunzi. Sudah jelas, dia tahu bahwa Mo Yunzi telah mengkhianatinya. Dia tidak tahu apa yang telah dilakukan oleh Ye Futian pada Mo Yunzi, namun pria itu ternyata mampu mengendalikan monster tersebut.
"Ini pertama kalinya kami datang kemari. Kami tidak bermaksud untuk mengganggu proses meditasi Senior maupun bertarung dengan para kultivator dari Gunung Motian. Kami berharap Senior dapat memaafkan gangguan yang kami timbulkan. Saya bisa melepaskan kendali yang saya miliki atas Mo Yunzi," ujar Ye Futian dengan suara keras. Wajah emas di atas langit itu sama sekali tidak menunjukkan perubahan ekspresi. Dia masih tampak tegas dan tidak ramah.
Tetua Agung Motian berpikir dalam hati: 'pemuda ini ternyata memiliki kekuatan untuk mengendalikan monster iblis. Dia adalah sosok yang sangat kuat. Kultivator lain dalam kelompok mereka mahir dalam menggunakan Jalur Agung Cahaya.' Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh Tetua Agung Motian, dia mengetahui bahwa kelompok ini tidak sesederhana penampilannya.
Poin pentingnya adalah fakta bahwa kelompok ini berani menyerang Mo Yunzi tepat di luar Gunung Motian. Karena mereka mampu mengendalikan Mo Yunzi dengan mudah, mereka pasti masih memiliki senjata rahasia lainnya. Mereka jelas tidak sesederhana penampilannya.
"Apakah kalian adalah kultivator dari Prefektur Ilahi?" tanya Tetua Agung Motian dengan acuh tak acuh. Jika mereka tidak mengandalkan bantuan dari Istana Kekaisaran Donghuang, maka bukan tugas yang mudah bagi mereka untuk melintasi area kosong yang luas untuk datang ke Western Heaven dari Prefektur Ilahi. Hanya segelintir orang yang berani mengambil inisiatif untuk melintasi area kosong yang luas untuk menjelajahi dunia lainnya. Mereka yang berani melakukan hal tersebut semuanya adalah kultivato yang sangat kuat. Selain itu, mereka harus memiliki tekad yang kuat dan kepribadian yang tangguh untuk melakukannya.
Bagaimanapun juga, Prefektur Ilahi dan semua dunia lainnya pada dasarnya tidak memiliki batasan. Pertemuan yang tak terhitung jumlahnya menunggu mereka yang berani melakukan penjelajahan. Biasanya, kecuali seseorang ingin menyaksikan budaya kultivasi dari dunia yang berbeda-beda, mereka tidak perlu melakukan perjalanan ke dunia lain hanya untuk berkultivasi.
"Ya, itu benar," jawab Ye Futian sambil mengangguk pelan.
"Kenapa kalian datang jauh-jauh ke Western Heaven?" tanya Tetua Agung Motian.
"Kami datang kemari untuk menguji kemampuan kami," jawab Ye Futian, Wajah Tetua Agung Motian itu menatapnya dengan tajam. Sudah jelas, dia tidak mempercayai ucapan Ye Futian sepenuhnya. Kemungkinan besar masih ada alasan lain yang membuat Ye Futian dan kelompoknya datang kemari.
"Siapa pun yang datang dari jauh adalah tamu bagi kami. Karena itulah, lepaskan dia dan ikutlah denganku ke Istana Motian," ujar Tetua Agung Motian. Dia berbalik dan sepertinya berniat untuk pergi. Namun, saat kumpulan awan emas itu bergejolak dan bergemuruh, ancaman bahaya yang kuat tiba-tiba muncul di dalam benak Ye Futian.
"Berhati-hatilah." Chen Yi, yang berada di samping Ye Futian, juga ikut merasakan bahaya yang mengancam. Begitu dia mengingatkan Ye Futian, seberkas cahaya melesat dengan kecepatan yang mencengangkan. Begitu cahaya itu bersinar, sebuah telapak tangan emas raksasa mencengkeram area dimana Ye Futian dan kelompoknya berdiri sedetik yang lalu. Kekuatan telapak tangan yang mengerikan itu menghancurkan ruang hampa. Serangan ini berasal dari Tetua Agung Motian, yang bersembunyi di antara kumpulan awan emas.
Sinar cahaya itu ditarik kembali dan menghilang ke kejauhan. Kecepatannya sungguh luar biasa. Ye Futian memandang ke tempat dimana Tetua Agung Motian berada. Tetua Agung Motian adalah sosok yang telah melewati Ujian Para Dewa tahap pertama beberapa ratus tahun yang lalu. Berdasakan ingatan Mo Yunzi, sebenarnya sang Tetua saat ini sedang mengasingkan diri, bersiap untuk menghadapi Ujian Para Dewa tahap kedua. Dengan kata lain, dia sudah berada di puncak Tribulation Plane [1] pertama.
Sosok sekuat itu berniat membunuh mereka saat mereka lengah. Tetua Agung Motian memang sosok yang tidak peduli pada peraturan maupun prinsip.
Berdasarkan tindakan yang baru saja dia lakukan, Ye Futian bisa melihat bahwa Tetua Agung Motian adalah sosok yang kejam. Dia bahkan tega melancarkan serangan mendadak pada kultivator-kultivator muda yang tingkat Plane-nya jauh lebih rendah darinya.
"Aku sama sekali tidak berniat buruk dan ingin mengundang semua orang ke istanaku untuk menjadi tamuku. Memangnya kau mau pergi kemana?" Sebuah suara tiba-tiba terdengar dari atas langit. Kemudian, kumpulan awan emas bergejolak dan bergemuruh, menutupi matahari. Kumpulan awan itu menyelimuti area yang luas. Seluruh penjuru langit kini berubah membentuk sebuah wajah yang berukuran sangat besar. Itu adalah wajah dari Tetua Agung Motian.
Tempat ini tampaknya telah berubah menjadi area Jalur Agung milik Tetua Agung Motian. Ye Futian dan kelompoknya kini tidak bisa melarikan diri maupun bersembunyi.
Banyak mata berwarna emas muncul di atas langit. Ketika memandang semua mata itu, dia bisa merasakan kekuatan pelahap yang mengancam dikerahkan padanya.
Ye Futian mengerutkan keningnya. Tetua Agung Motian sangat berhati-hati dalam bertindak. Pertama-tama, dia melancarkan serangan mendadak pada mereka. Kemudian, dia mengepung mereka dengan area Jalur Agung miliknya. Sampai sekarang, mereka belum bertemu dengannya secara langsung. Jarang sekali bagi seseorang untuk bersikap begitu waspada ketika berhadapan dengan orang-orang di tingkat kultivasi yang lebih rendah darinya.
Tiba-tiba, kekuatan pelahap yang mengancam itu menekan ke bawah. Di sisi lain, semua mata itu berubah menjadi pusaran-pusaran yang mengerikan, menghisap aura Jalur Agung mereka masing-masing. Ketika pusaran-pusaran itu tiba di tempat Ye Futian dan yang lainnya berada, mereka merasa sangat putus asa. Seolah-olah kekuatan Jalur Agung di dalam tubuh mereka sedang disedot hingga habis. Terlebih lagi, semua pusaran itu tampaknya juga mampu menarik dan melahap jiwa spiritual mereka.
Pada saat itu juga, kekuatan Jalur Agung Ye Futian melindungi beberapa orang di sekitarnya, dan jasad suci Kaisar Agung Shenjia muncul di hadapannya. Kemudian, jiwa spiritual Ye Futian meninggalkan tubuhnya dan berniat memasuki jasad suci sang Kaisar Agung. Namun, begitu jiwa spiritualnya pergi meninggalkan tubuhnya, semua pasang mata itu mengeluarkan kekuatan pelahap yang mengerikan, berusaha menghisap habis jiwa spiritual Ye Futian.
*Boom* Saat ini, Hua Jieyu bergabung dalam pertempuran. Sebuah aura yang mengancam membentuk sebuah dinding penghalang di sekitar Ye Futian, menghalangi kekuatan pelahap yang semakin mendekat. Hal ini memungkinkan jiwa spiritual Ye Futian untuk memasuki jasad suci Kaisar Agung Shenjia dengan mudah.
Kaisar Agung Shenjia perlahan-lahan membuka matanya, dan dalam sekejap, sebuah aura yang mengerikan terpancar keluar darinya. Ye Futian mengamati area Jalur Agung yang mengelilingi mereka dengan tatapan acuh tak acuh. Kekuatan pelahap yang mengerikan ini hampir melahap jiwa spiritualnya, menghalanginya untuk memasuki tubuh Kaisar Agung Shenjia.
Semua mata yang berada di atas langit menatap ke arah Ye Futian. Kemudian, sebuah suara bergema di udara. "Kau mampu mengendalikan jasad suci dari seorang Kaisar Agung. Siapa kau sebenarnya?"
Tetua Agung Motian tentu saja menyadari bahwa Ye Futian adalah sosok yang luar biasa. Sesuai dugaannya, kecurigaannya kini telah terbukti. Dia jelas tidak bisa meremehkan kultivator yang datang dari dunia luar. Bagaimanapun juga, tidak ada yang mustahil di dunia ini..
Sosok di hadapannya ini memiliki jasad suci dari seorang Kaisar Agung. Kemungkinan besar Ye Futian akan menjadi ancaman baginya!
---
[1] Tribulation Plane adalah tingkat Plane peralihan antara Renhuang Plane dan Great Emperor Plane, dimana pergantian Plane di tingkat ini ditandai dengan keberhasilan seseorang melewati Ujian Para Dewa.