Sang Utusan
Sang Utusan
Ye Futian masih memandang ke depan. Kuil ilahi itu terlihat sangat megah dan menakjubkan. Bentuknya menyerupai sebuah kastil raksasa, yang menjulang tinggi ke atas langit sehingga mampu menembakkan sinar-sinar cahaya yang tak terbatas dari atas sana.
Selain telah berdiri begitu lama, kuil itu tampak sedikit lapuk, dimana ada beberapa area yang sudah rusak. Sepertinya ini adalah kerusakan yang ditimbulkan dari perang besar di zaman kuno. Di bawah kuil ilahi itu, ada sebuah pintu yang tampak seperti Gerbang Cahaya. Dua patung cahaya, yang masing-masing memegang sebuah tongkat, berdiri di kedua sisi pintu tersebut. Mereka tampaknya adalah para penjaga cahaya.
Cahaya yang menyinari tempat itu terus berubah secara bertahap. Yu Hou juga membuka matanya karena dia akhirnya bisa melihat pemandangan di depannya dengan jelas. Pemandangan itu mengirimkan gelombang kejut di dalam hatinya. Dia bergumam pelan, "Aku tidak menyangka bahwa legenda itu nyata. Ini memang sebuah reruntuhan ilahi."
Satu per satu, kultivator lainnya juga membuka mata masing-masing. Meskipun mereka masih belum terbiasa dengan cahaya itu, mereka semua perlahan-lahan mulai melihat pemandangan di depan mereka. Mungkin hal ini disebabkan karena perubahan yang terjadi di Dunia Kecil ini. Ketika mereka mendongak untuk memandang langit di atas kuil ilahi itu, mereka bisa melihat sebuah diagram cahaya yang tampak seperti matriks ilahi. Kekuatan cahaya bersinar dari sana, menjaga kuil ilahi tersebut.
Para kultivator mulai berjalan ke depan satu per satu. Tatapan mata para kultivator dari masing-masing pasukan saat ini mulai dipenuhi dengan keserakahan dan ambisi. Selama beberapa generasi, mereka telah menunggu di Wilayah Cahaya Agung, dan sekarang, mereka akhirnya bisa melihat reruntuhan Kuil Cahaya secara langsung.
Mereka tidak menyangka bahwa ramalan Si Buta Chen akan menjadi kenyataan hanya dengan berjalan melewati Matriks Cahaya Pembunuh itu. Tidak ada yang mengira bahwa sangatlah mudah untuk menembus matriks pembunuh tersebut. Mungkin hal itu dikarenakan mereka tidak tahu apa-apa tentang kekuatan cahaya, namun Ye Futian bisa melihat apa yang ada di baliknya dengan jelas.
Si Buta Chen berjalan ke depan dengan mengandalkan tongkat di tangannya. Dia tiba di depan reruntuhan Kuil Cahaya dan kembali berlutut di permukaan tanah. Dia bersujud pada kuil di hadapannya itu dengan penuh hormat, seolah-olah dia adalah penganut setia dari Kuil Cahaya, yang membuat semua orang semakin curiga akan identitas aslinya. Mungkin Si Buta Chen memiliki hubungan khusus dengan Kuil Cahaya.
Kemudian, Si Buta Chen berdiri dan berkata, "Chen Yi, masuklah ke dalam sana."
"Baik," Chen Yi pun melangkah menuju kuil ilahi di depannya.
"Futian, maaf karena telah merepotkanmu," ujar Si Buta Chen pada Ye Futian. Ye Futian mengangguk dan mengikuti Chen Yi dari belakang, bersiap-siap mendampinginya ke dalam Kuil Cahaya untuk mewarisi kekuatan cahaya.
Mungkin semua rahasia itu tersimpan di dalam Kuil Cahaya.
*Whoosh* Pada saat ini, beberapa aura yang kuat muncul di area tersebut. Para kultivator dari empat pasukan utama menghalangi langkah Chen Yi, dan empat Tetua itu adalah sosok-sosok yang mengambil inisiatif untuk menyerang.
Tetua Lin adalah yang tercepat di antara mereka. Hanya dengan satu perintah dari dalam pikirannya, dia mengeluarkan sebuah aura pedang yang sangat kuat sehingga mampu membanjiri langit, melesat melintasi ruang hampa dan menyerang Chen Yi serta Ye Futian.
Namun pada saat yang bersamaan, Si Buta Chen berbalik di tempatnya. Punggungnya menghadap ke tempat dimana Chen Yi berada. Aura cahaya yang berapi-api terpancar keluar dari tubuhnya, membutakan semua orang yang melihatnya secara langsung. Dalam sekejap, cahaya menyelimuti seluruh tempat dan menghalangi Chen Yi dari Tetua Lin. Rentetan gelombang tak berbentuk muncul dari atas langit saat aura cahaya itu bertabrakan dengan aura pedang milik Tetua Lin.
Pada saat ini, Si Buta Chen akhirnya mengeluarkan kekuatannya yang menakjubkan. Ternyata dia juga seorang kultivator yang telah melewati Ujian Para Dewa. Kekuatannya jelas berada di tingkat yang setara dengan keempat Tetua itu.
"Hentikan dia," ujar Tetua Lin dengan suara sedingin es. Dalam sekejap, kultivator dari keempat pasukan utama itu melancarkan serangan. Mereka telah membayar harga yang mahal untuk sampai ke sini dan telah menderita kerugian besar, termasuk kematian banyak anggota klan mereka. Sekarang setelah mereka akhirnya mencapai Kuil Cahaya, bagaimana mungkin mereka bisa membiarkan Chen Yi menikmati buah dari pengorbanan mereka sendirian?
Jika mereka membiarkannya melakukan hal tersebut, maka semua upaya mereka akan menjadi keuntungan bagi orang lain.
Tongkat Si Buta Chen tiba-tiba diketukkan beberapa kali di atas reruntuhan Kuil Cahaya. Dalam sekejap, bongkahan batu dan debu mulai beterbangan, dan pada saat yang bersamaan, cahaya yang berapi-api memenuhi langit. Kemanapun cahaya itu melintas, akan terdengar suara jeritan yang penuh dengan ketakutan di dalamnya. Para kultivator yang melesat ke depan langsung ditusuk oleh cahaya itu sebelum mereka berubah menjadi abu dan menghilang ke udara.
"Pedang Cahaya." Ekspresi empat kultivator terkuat itu pun berubah. Hanya dalam waktu singkat, banyak anggota mereka telah tewas terbunuh. Mereka semua dibunuh oleh Si Buta Chen. Banyak dari mereka adalah kultivator di tingkat Renhuang. Hal ini membuat kultivator lainnya menjadi ragu-ragu dan tidak berani untuk bergerak ke depan.
Si Buta Chen berdiri di tempatnya sendirian. Sementara itu Ye Futian dan Chen Yi sudah melangkah melewati pintu di belakangnya dan memasuki Kuil Cahaya.
*Boom* Keempat Tetua itu melangkah ke depan secara bersamaan. Dalam sekejap, sebuah tekanan dari Jalur Agung Bintang muncul di sekitar mereka. Bintang-bintang surgawi mengitari mereka dan menutupi langit. Selain itu, muncul matahari dan aura pedang yang berusaha menghalangi cahaya yang dikeluarkan oleh Si Buta Chen.
Sebuah Diagram Matahari Ilahi muncul di belakang Tetua Yu dan bergerak menuju Si Buta Chen, kemudian bertabrakan dengan Pedang Cahaya miliknya. Butuh serangan gabungan dari empat kultivator terkuat itu untuk menghentikan kekuatan Jalur Agung milik Si Buta Chen.
"Masuk ke dalam kuil itu!" suara Tetua Lin yang sangat keras bergema di udara, memerintahkan para kultivator untuk mengambil jalan memutar dan memasuki Kuil Cahaya.
Kekuatan Jalur Agung dari empat kultivator kuat itu dikerahkan secara bersamaan, mencoba menyelimuti Si Buta Chen ketika para Tetua itu bergerak dalam upaya untuk melewatinya dan memasuki Kuil Cahaya. Pada titik ini, mereka jauh lebih peduli terhadap reruntuhan dari Kuil Cahaya daripada nasib Si Buta Chen.
Meskipun Si Buta Chen tidak bisa melihat, namun setiap pergerakan dari keempat kultivator itu muncul di dalam benaknya. Kemudian, seberkas cahaya yang bahkan lebih menakjubkan dari sebelumnya terpancar keluar darinya. Dalam sekejap, sebuah area cahaya muncul dan menyelimuti langit. Di dalam area ini, keempat Tetua itu menyipitkan mata seolah-olah mereka tidak bisa melihat apa pun. Hanya ada cahaya yang memenuhi area ini; sebenarnya situasi ini mirip dengan apa yang mereka alami di dalam Matriks Ilahi Cahaya.
Mungkinkah ini adalah salah satu jenis kekuatan dari Jalur Agung Cahaya?
Namun di dalam cahaya ini, mereka bisa melihat sepasang mata yang membuat hati mereka berdebar kencang. Mata itu mengandung cahaya yang tak terbatas di dalamnya; itu adalah mata Si Buta Chen.
Si Buta Chen mampu membuka matanya!
Dan dia membuka matanya dengan cahaya ini!
*Tsss* Ketika keempat Tetua itu memandang mata tersebut, mereka merasakan rasa sakit yang menyengat di dalam mata mereka, dan darah mulai mengalir tanpa henti dari mata mereka masing-masing. Kekuatan cahaya telah menerobos masuk ke dalam jiwa spiritual mereka, mencoba untuk memurnikan semuanya dan melenyapkan mereka dalam prosesnya.
*Boom* Suara gemuruh yang keras bergema di udara saat sebilah pedang yang tak berbentuk melesat melintasi ruang hampa, mengincar mata itu dalam sepersekian detik.
Namun pada saat berikutnya, sepasang mata itu menghilang dan muncul kembali di tempat lainnya. Seolah-olah itu bukanlah mata sungguhan, melainkan mata yang terbuat dari cahaya.
Pakaian compang-camping yang dikenakan oleh Si Buta Chen berkibar di udara saat dia berdiri di atas reruntuhan Kuil Cahaya dengan ekspresi serius. Tongkat di tangannya kini telah berubah menjadi sebuah tongkat cahaya yang mirip dengan tongkat di tangan para penjaga yang berdiri di depan Kuil Cahaya.
Tampaknya Si Buta Chen memang memiliki hubungan khusus dengan Kuil Cahaya. Dia adalah utusan dari Kuil Cahaya yang menjalankan sebuah misi yang telah diwariskan di setiap generasi. Misinya yaitu menemukan sang pewaris cahaya.
Dan Chen Yi adalah sosok yang selama ini dia cari. Dia rela mengorbankan apa pun untuk Chen Yi.
Satu-satunya alasan mengapa dia tetap berada di sini untuk menghalangi jalan dan membiarkan Ye Futian membawa Chen Yi ke dalam Kuil Cahaya adalah karena dia memiliki kepercayaan mutlak pada Ye Futian. Atau mungkin lebih tepat untuk mengatakan bahwa dia memiliki kepercayaan mutlak pada sosok yang datang menemuinya kala itu!