Pria Buta Menyambut Tamu
Pria Buta Menyambut Tamu
Ye Futian jadi penasaran tentang identitas Si Buta Chen dan apa hubungan yang dia miliki dengan Chen Yi.
Lin Xi dari Klan Lin memandang ke arah Chen Yi. Ada hawa dingin yang terpancar di kedua matanya. Dia berjalan menuju tempat Chen Yi berada. Para kultivator muda di sampingnya juga memandang ke arah kelompok Ye Futian. Mereka belum pernah melihat orang-orang ini sebelumnya. Mereka mungkin bukanlah kultivator dari pasukan-pasukan terkemuka di Kota Cahaya Agung.
Wilayah Cahaya Agung hanya memiliki satu kota di dalamnya, dan pasukan-pasukan terkuat semuanya ada di wilayah ini. Hal ini berbeda dari wilayah lainnya. Para anggota dari pasukan-pasukan pribumi telah bertemu satu sama lain sebelumnya dan dapat mengenali satu sama lain dalam sekejap. Namun, mereka tidak mengenali satu pun dari orang-orang ini.
"Siapa kau sebenarnya?" tanya Lin Xi sambil memandang Chen Yi dengan tatapan acuh tak acuh.
Chen Yi juga memandangnya dengan dingin dan menanggapi, "Kau tidak pantas mengetahui identitasku."
Ekspresi kelompok kultivator dari Klan Lin itu sedikit berubah. Meskipun orang-orang ini belum mengeluarkan aura mereka, dan kelompok Lin Xi tidak dapat merasakan tingkat kultivasi mereka secara keseluruhan, namun kelompok kultivator ini memiliki temperamen yang luar biasa. Mereka pasti sangat kuat. Jika tidak, anggota Klan Lin pasti sudah menyerang kelompok Ye Futian.
Meski begitu, Klan Lin tetaplah salah satu pasukan terkemuka di Kota Cahaya Agung. Pria ini tiba-tiba bersikap sombong dan merendahkan orang lain. Bukankah tindakannya ini terlalu lancang?
Seorang pemuda yang sedikit lebih tua dari Klan Lin merapikan rambut di dahinya. Aura Jalur Agung tampak mengalir di sekujur tubuhnya. Dia ternyata adalah seorang Renhuang tingkat menengah—tingkat keenam. Auranya sangat mencengangkan, dan aura yang mengerikan itu pun menyebar di udara, bergerak menuju Ye Futian dan kelompoknya. Dia berkata, "Di Kota Cahaya Agung, tidak ada individu yang dianggap terlalu kuat bagi para kultivator dari Klan Lin."
Setelah dia mengatakan hal ini, aura dari Jalur Agung yang dahsyat terpancar dari tubuhnya. Aura pedang yang tak terlihat beredar di udara dan menyebabkan keinginan membunuh menyebar di area sekelilingnya. Aura pedang yang tak berbentuk ini ada dimana-mana. Ye Futian dan kelompoknya bisa merasakannya dengan jelas. Pada jarak yang begitu dekat di antara kedua belah pihak, kultivator itu bisa melancarkan serangan pada mereka hanya dengan satu perintah dari dalam pikirannya.
"Sebaiknya kau tidak melancarkan serangan pada kami," Chen Yi mengingatkan saat dia memandang pemuda itu. Dia masih belum mengeluarkan aura Jalur Agung miliknya. Kesombongan dapat terlihat di kedua matanya, seolah-olah dia sedang memandang rendah kultivator dari Klan Lin itu.
Sepertinya dia tidak memperlakukan lawannya itu dengan serius.
Sikap yang ditunjukkan oleh Chen Yi membuat tekanan aura Jalur Agung yang dikeluarkan oleh kultivator dari Klan Lin itu terus meningkat. Aura pedang yang tak berbentuk itu bergemuruh tanpa henti, seolah-olah bisa menyerang kapan saja. Tatapan matanya terpaku pada Chen Yi saat telapak tangannya sedikit diulurkan ke depan. Dia ingin menyerang, tetapi dia sedikit takut dengan kepercayaan diri yang ditampilkan oleh Chen Yi.
Pada saat ini, area tersebut dipenuhi oleh tekanan yang menyesakkan.
Beberapa kultivator dari Klan Lin lainnya juga mengeluarkan aura masing-masing. Mereka memandang kelompok di hadapan mereka itu dengan tajam. Meskipun Chen Yi tidak banyak berbicara, namun sikapnya sangatlah sombong. Dia jelas meremehkan para kultivator dari Klan Lin.
Chen Yi bukanlah satu-satunya alasan mengapa pemuda itu masih menahan diri untuk tidak menyerang. Tatapan pemuda berambut abu-abu di samping Chen Yi terlihat terlalu tenang. Ketenangan ini jelas berasal dari keyakinan yang tak tergoyahkan. Ada juga pria buta yang berdiri di belakang mereka. Dia hanya berdiri di tempatnya dengan tenang, tetapi kehadirannya saja sudah cukup kuat untuk menekan kultivator lainnya.
Kelompok ini kemungkinan besar berasal dari pasukan yang sangat kuat di dunia luar. Karena kelompok ini menolak untuk mengeluarkan aura Jalur Agung masing-masing, pemuda itu juga tidak bisa memastikan tingkat kekuatan mereka.
*Whoosh* Tepat pada saat ini, seberkas cahaya melesat ke langit di suatu tempat di kejauhan. Cahaya itu lebih terang daripada cahaya di tempat lainnya, mirip dengan cahaya yang mampu menerangi langit itu sendiri.
Pemandangan ini menyebabkan para kultivator yang berkumpul di sini tampak terkejut. Mereka semua kini memusatkan perhatian mereka ke arah dimana cahaya itu berasal.
"Cahaya itu berasal dari Jalan Tua," seseorang bergumam pelan.
"Itu adalah tempat dimana Si Buta Chen tinggal," sosok lainnya berbisik. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?
Tidak lama kemudian, seberkas cahaya lainnya melesat ke arah mereka. Cahaya itu tampak seperti sebuah jembatan yang terbuat dari cahaya dan memanjang dari Jalan Tua kemari. Cahaya itu bersinar hingga ke permukaan tanah. Selain dari tempat mereka berada, sepertinya ada cahaya serupa yang menyinari lokasi-lokasi lainnya.
Pada saat ini, di Kota Cahaya Agung, banyak kultivator dari klan-klan besar mendongak dan memandang ke arah dimana cahaya itu bersinar. Mereka memperluas jiwa spiritual masing-masing dan tidak lama kemudian menemukan sumber dari sinar-sinar cahaya ini.
Rupanya pria buta itu sedang menyambut seorang tamu.
Di suatu tempat, seorang kultivator paruh baya memberi perintah dengan suara yang berat dan tegas, "Segera periksa siapa tamu yang disambut oleh Si Buta Chen."
Para kultivator satu per satu naik ke atas langit dari berbagai tempat di Kota Cahaya Agung. Mereka semua bergerak menuju tempat yang sama.
Di sekitar reruntuhan, Chen Yi memandang ke arah dimana cahaya itu berasal dan bergumam, "Si Buta Chen."
Setelah dia mengatakan hal ini, dia mengabaikan para kultivator dari Klan Lin dan bergegas pergi. Dia bergerak menuju tempat dimana cahaya itu berasal dengan melesat melintasi langit. Ye Futian dan kelompoknya tentu saja mengikuti Chen Yi dari belakang. Para kultivator dari Klan Lin menyaksikan mereka pergi dan tetap tidak melancarkan serangan.
"Anggota klan kita pasti juga pergi ke sana. Ayo kita pergi dan memeriksanya secara langsung," ujar sang pemimpin kelompok. Tatapan mata Lin Xi tampak dingin saat dia masih memandang ke arah yang dituju oleh Ye Futian dan kelompoknya.
…
Jalan Tua di Kota Cahaya Agung merupakan sebuah jalan yang sempit dan ada sebuah rumah tua yang berdiri di sana. Rumah itu tampak sederhana, namun bagian dalamnya cukup bersih dan rapi.
Ada satu sosok terkenal di Kota Cahaya Agung yang tinggal di rumah ini. Dia adalah Si Buta Chen. Bahkan ada beberapa orang yang memanggilnya sebagai Peramal Chen.
Peramal Chen tidak pernah menunjukkan kultivasinya di hadapan orang lain. Tidak ada yang tahu setinggi apakah tingkat Plane-nya. Dia tampak seperti pria buta pada umumnya. Namun ada rumor yang mengatakan bahwa dia sudah hidup bertahun-tahun lamanya. Hal inilah yang membedakannya dari orang lain.
Sosok-sosok terkemuka menaruh rasa hormat pada Si Buta Chen karena penampilannya tidak pernah berubah seiring pergantian tahun. Dia masih terlihat sama seperti ketika sosok-sosok terkemuka itu masih muda.
Dikabarkan bahwa Si Buta Chen pernah menjadi seorang peramal hebat. Dia mampu membaca nasib dan melihat masa lalu serta masa depan seseorang.
Namun, rumor ini belum bisa dipastikan kebenarannya. Tidak ada yang bisa memastikan apakah rumor itu benar atau tidak. Hal itu disebabkan karena Si Buta Chen belum pernah membaca nasib siapa pun sebelumnya. Selama bertahun-tahun, banyak orang mencarinya untuk melakukan ramalan, tetapi dia bahkan menolak untuk bertemu dengan mereka. Beberapa orang mengatakan bahwa dia tidak berani mengungkapkan rencana Tuhan karena takut mati lebih awal.
Namun, lebih dari 20 tahun lalu, Si Buta Chen berkata bahwa cahaya akan menyinari mereka, dan reruntuhan ilahi akan muncul kembali.
Orang-orang di Kota Cahaya Agung menganggap kata-kata Si Buta Chen sebagai sebuah ramalan. Sejak saat itu, berbagai macam klan dan pasukan besar yang berada di Kota Cahaya Agung tidak pernah meninggalkan tempat ini. Bahkan ketika Dunia Asal mengalami perubahan besar dan para kultivator di Prefektur Ilahi dipanggil untuk berkumpul, mereka memilih untuk tetap tinggal di sini. Mereka semua menunggu ramalan itu menjadi kenyataan.
Mereka kini telah menunggu selama lebih dari 20 tahun.
Beberapa orang bertanya pada Si Buta Chen tentang ramalan yang dia buat sebelumnya, tetapi dia tidak menanggapinya. Setelah bertahun-tahun, semakin banyak orang yang curiga tentang kebenaran dari ramalan itu. Salah satunya adalah Lin Xi dari Klan Lin. Dia sama sekali tidak percaya pada Si Buta Chen. Menurutnya, dia telah menipu banyak orang dengan kebohongan dan membuat mereka kehilangan kesempatan yang menguntungkan.
Dia percaya bahwa banyak peluang Jalur Agung yang menunggunya di Dunia Asal. Namun, keberuntungan dan kemalangan bagaikan dua sisi koin yang sama. Memangnya ada berapa banyak orang yang mampu mendapatkan peluang Jalur Agung di Dunia Asal?
Para senior di Kota Cahaya Agung kemungkinan besar juga memiliki pertimbangan tersendiri akan hal ini.
Namun, setelah lebih dari dua dekade berlalu, rumah tua yang ditinggali oleh Si Buta Chen itu akhirnya kembali menunjukkan tanda-tanda kehidupan di dalamnya.
Saat ini, seberkas cahaya melesat menuju awan dari dalam rumah tua tersebut. Pintu rumah itu pun terbuka lebar. Sinar-sinar cahaya terpancar keluar seolah-olah mereka membentuk sebuah jalur cahaya. Para kultivator dari seluruh penjuru kota tiba di rumah itu dengan mengikuti jalur cahaya tersebut.
Sebenarnya ramalan yang dia buat lebih dari dua dekade lalu itu benar atau salah?