Renungan
Renungan
Kota Tianyan memiliki status yang luar biasa di Prefektur Ilahi, dan dia yang menguasai kota tersebut berhak untuk bersikap angkuh dan sombong.
Bahkan tidak ada seorang pun yang berani menghentikannya. Jika Pemimpin Kota Tianyan ingin pergi, mereka hanya bisa menghentikannya dengan Matriks Pertempuran Batu. Ditambah lagi, para kultivator dari Akademi Heavenly Mandate masih jauh lebih lemah jika dibandingkan dengannya.
Ye Futian memandang ke atas langit, menyaksikan Akademi Heavenly Mandate kembali dihancurkan dan melihat Pemimpin Kota Tianyan pergi begitu saja bersama bawahannya. Keinginan membunuh yang sangat dingin terlintas di matanya. Ini adalah kekuatan dari sosok terkemuka di Klan Dewa Kuno, kultivator yang berdiri di puncak kekuatan Prefektur Ilahi. Bahkan saat mengalami kekalahan, dia masih bersikap sangat sombong dengan menghancurkan Akademi Heavenly Mandate tanpa ragu-ragu sedikit pun. Dia sama sekali tidak peduli jika ada kultivator yang masih berada di dalam Akademi Heavenly Mandate.
Bagi sosok di tingkat setinggi ini, mungkin nyawa para kultivator dari Akademi Heavenly Mandate bukanlah hal yang penting.
Jika Ye Futian tidak melakukan evakuasi anggota akademi ke Pecahan Ziwei sebelumnya, mungkin dampak yang ditimbulkan oleh serangan dari Pemimpin Kota Tianyan menjadi tak terbayangkan.
Ketika dia memikirkan hal tersebut, Ye Futian memandang sosok di kejauhan yang perlahan-lahan menghilang. Keinginan membunuh yang kuat masih terlintas di matanya. Apakah dia benar-benar menganggap nyawa semua orang di Akademi Heavenly Mandate ini tidak ada apa-apanya dan bahwa dia bisa meruntuhkan Akademi Heavenly Mandate dengan satu ayunan tangannya?
Jika suatu hari nanti dia menjadi semakin kuat, dia pasti akan melakukan hal yang sama pada Pemimpin Kota Tianyan.
'Kejam sekali,' Pasukan-pasukan terkemuka lainnya dari Prefektur Ilahi berpikir ketika mereka memandang Akademi Heavenly Mandate yang sekarang tidak lebih dari tumpukan puing-puing. Pemimpin Kota Tianyan sangat brutal dalam bertindak. 'Salam perpisahan' ini bisa terjadi karena dendam yang masih tersimpan di dalam hatinya. Dia telah gagal mencapai tujuannya, yaitu mengambil tubuh Kaisar Agung Shenjia. Tapi mungkin hal ini juga disebabkan karena keturunannya, Wang Mian, telah dikalahkan oleh Ye Futian.
Namun, tidak peduli apa pun alasannya, hal itu kini tidaklah penting. Kekuatan yang dimiliki oleh Pemimpin Kota Tianyan memang sudah tidak perlu diragukan lagi. Bahkan jika dia menghancurkan Akademi Heavenly Mandate, memangnya apa yang bisa mereka lakukan?
Apabila Ye Futian yang ingin mereka bawa pergi, maka orang-orang ini akan berjuang mati-matian untuk melawan mereka. Karena jika dipertimbangkan kembali, kehancuran Akademi Heavenly Mandate bukanlah hal yang penting bagi mereka.
Saat ini, para kultivator dari Prefektur Ilahi pergi satu per satu. Tidak lama kemudian, semua pasukan terkemuka telah pergi dan menghilang untuk kembali ke Dunia Imperial. Karena mereka gagal mencapai tujuan mereka, maka tidak ada gunanya bagi mereka untuk berlama-lama di sini.
Namun, ada pula beberapa pasukan yang memilih untuk tinggal. Mereka adalah pasukan-pasukan yang menjalin hubungan baik dengan Ye Futian, dan para kultivator dari Istana Kekaisaran Barat di Wilayah Laut Barat juga masih berada di sana.
Pertempuran ini telah berakhir, dan jiwa spiritual Ye Futian keluar dari tubuh Kaisar Agung Shenjia untuk kembali ke tubuh fisiknya sendiri. Rasa lelah melanda Ye Futian, dan napasnya mulai menjadi tidak stabil saat tubuhnya melayang turun ke permukaan tanah.
Xi Chiyao memusatkan perhatiannya pada Ye Futian dan ingin mengatakan sesuatu. Namun, ketika dia melihat perhatian Ye Futian terfokus pada area di bagian bawah, dia memilih untuk tetap diam. Kemudian, dia melihat Ye Futian dan para kultivator dari Akademi Heavenly Mandate terus bergerak ke bawah, jadi dia dan para kultivator dari Istana Kekaisaran Barat juga mengikuti mereka.
Akademi Heavenly Mandate telah dihancurkan oleh satu serangan, dan Kota Heavenly Mandate juga terkena dampaknya. Dampak yang ditimbulkan dari serangan itu telah menyapu Kota Heavenly Mandate secara keseluruhan dan menghancurkan banyak bangunan di dalamnya. Mereka yang memiliki kultivasi relatif lemah terluka parah, dan mereka yang berada terlalu dekat dengan lokasi kejadian ikut tewas terbunuh. Bencana yang begitu tiba-tiba ini adalah sebuah konsekuensi yang tidak terduga dan sangat tragis.
Saat ini, banyak kultivator di Kota Heavenly Mandate berkumpul di tempat dimana Akademi Heavenly Mandate pernah berdiri. Melihat akademi yang sekarang berubah menjadi reruntuhan, banyak orang mengepalkan telapak tangan mereka, tenggelam dalam kesedihan dan kemarahan bersama-sama.
Akademi Heavenly Mandate sudah lama menjadi simbol dari Dunia Heavenly Mandate, tempat ini dihormati dan dikagumi oleh semua orang di Kota Heavenly Mandate. Mereka semua telah menyaksikan pertempuran yang terjadi di udara sebelumnya. Identitas orang-orang yang berinteraksi dengan Ye Futian dan Akademi Heavenly Mandate bukan lagi sosok-sosok yang dapat mereka kenali. Mereka semua adalah para petinggi dari Prefektur Ilahi dan dunia lainnya.
Mereka sangat menyadari tekanan seperti apa yang dihadapi oleh Akademi Heavenly Mandate. Mereka tidak pernah mengantisipasi bahwa setelah pertempuran itu berakhir, seorang kultivator dari Prefektur Ilahi akan menghancurkan Akademi Heavenly Mandate dengan satu ayunan tangannya.
Ye Futian dan para kultivator dari Akademi Heavenly Mandate akhirnya mendarat di atas tumpukan puing-puing. Mereka semua memandang area di bagian bawah dan masih bisa merasakan aura Jalur Agung yang tajam di bawah reruntuhan tersebut.
Akademi Heavenly Mandate kembali mengalami kehancuran.
Tidak hanya Ye Futian, semua kultivator dari Akademi Heavenly Mandate yang berada di belakangnya juga dipenuhi oleh amarah. Hawa dingin terpancar dari tubuh mereka, dan keinginan membunuh yang mengerikan kini semakin terlihat jelas di mata mereka.
"Dekan Ye!" beberapa Renhuang memanggilnya dengan mata kemerahan. Beberapa rekan dan orang terkasih mereka telah tewas terbunuh.
"Renhuang Ye." Semua orang yang berada di Kota Heavenly Mandate juga memandang Ye Futian, yang berada di udara, dan memanggil namanya.
"Renhuang Ye…"
Sementara itu di perbatasan dari Kota Heavenly Mandate, beberapa orang tampak menundukkan kepala mereka ke arah Ye Futian. Dia pun memandang ke kejauhan dan melihat jasad yang terbaring di hadapan seseorang yang sedang membungkuk hormat. Suaranya dipenuhi dengan kesedihan dan amarah.
Jiwa spiritual miliknya menyebar ke area yang luas, dan Ye Futian melihat ada banyak orang yang sedang menangis di berbagai tempat.
"Akademi Heavenly Mandate tidak akan dibangun kembali. Hanya matriks teleportasi dan pusat kultivasi sederhana yang perlu dibangun kembali. Sisa-sisa reruntuhan ini akan dibiarkan seperti ini. Aura Jalur Agung yang ditinggalkan oleh Pemimpin Kota Tianyan juga tidak boleh dihilangkan. Biarkan semuanya seperti ini," ujar Ye Futian, seolah-olah dia sedang memberi perintah. Ini adalah pertama kalinya dia memberi perintah dengan nada seperti ini pada orang-orang di sekitarnya.
"Kami mengerti."
"Ya."
Di belakang mereka, Lord Taixuan dan yang lainnya menanggapi dan menerima perintah ini. Mereka memahami makna di balik perintah Ye Futian. Ini adalah aib bagi Akademi Heavenly Mandate, tetapi itu juga merupakan pengingat akan masalah yang harus diselesaikan di masa depan. Menyimpan semua jejak-jejak bencana ini berperan sebagai pengingat bagi diri mereka sendiri bahwa mereka harus selalu mengingat semua yang telah terjadi hari ini dan tidak akan pernah melupakannya.
Sebelum mereka bisa membalas semua yang terjadi hari ini pada Kota Tianyan, Akademi Heavenly Mandate tidak akan dibangun kembali.
Xi Chiyao merasa tersentuh ketika dia melihat pemandangan di hadapannya. Tampaknya Ye Futian dan rekan-rekannya saat ini benar-benar marah dan akan mengingat apa yang terjadi hari ini. Pemimpin Kota Tianyan telah melancarkan serangan yang begitu tiba-tiba dan tidak direncanakan ini karena dia tidak peduli dengan Akademi Heavenly Mandate.
Namun Ye Futian berbeda, begitu pula dengan para kultivator dari Akademi Heavenly Mandate. Semua orang dari Kota Heavenly Mandate akan mengingat apa yang telah terjadi hari ini.
Sudah tidak dapat dihindari lagi bahwa Kota Tianyan dan Akademi Heavenly Mandate kini telah menjadi musuh bebuyutan. Ye Futian bahkan tidak semarah ini ketika dia menyadari bahwa mereka datang untuk merebut tubuh Kaisar Agung Shenjia darinya. Apakah ada siapa pun di Prefektur Ilahi yang tidak menginginkan tubuh seorang Kaisar Agung?
Namun serangan mendadak dari Pemimpin Kota Tianyan ini tampaknya telah mengusik kesabaran Ye Futian, dan dia menanggapi insiden ini dengan serius.
Kemungkinan besar, kejahatan yang dilakukan oleh Kota Tianyan hari ini tidak akan pernah dilupakan di masa depan.
Pemimpin Kota Tianyan yang angkuh itu sama sekali tidak peduli dengan nasib Akademi Heavenly Mandate. Mungkin dia terlalu sombong untuk menyadari bahwa dia mungkin telah menyinggung seseorang tanpa sepengetahuannya. Tentu saja, mungkin di mata Pemimpin Kota Tianyan, hal itu juga tidak terlalu penting baginya. Bahkan jika Ye Futian mencapai potensi maksimalnya suatu hari nanti, dia tidak perlu takut akan hal tersebut. Mengingat statusnya di Kota Tianyan, memangnya apa yang bisa dilakukan Ye Futian padanya?
Adapun potensi Ye Futian untuk menjadi seorang Kaisar di masa depan, dia belum memikirkan tentang hal tersebut, dan tidak akan ada yang peduli.
Bertahun-tahun lamanya setelah runtuhnya Jalur Surgawi, memangnya ada berapa banyak Kaisar baru yang terlahir ke dunia ini?
Tidak peduli betapa berbakatnya Ye Futian, jelas tidak mudah baginya untuk menjadi seorang Kaisar!