Legenda Futian

Pertukaran



Pertukaran

1Suara guqin yang dimainkan terdengar semakin cepat di bawah petikan jemari Ye Futian. Apa yang muncul bersamaan dengan suara guqin tersebut adalah tekanan menyesakkan yang memenuhi area luas ini. Rasanya seolah-olah Jalur Agung di antara langit dan bumi akan terhenti total, bahkan ruang dan waktu akan ikut terhenti. Di area yang penuh dengan tekanan ini, alih-alih berhenti, serangan dari keempat kultivator itu justru terus menekan mereka.     

Mudra Haotian dikerahkan ke bawah hingga menutupi area ini sepenuhnya. Setiap nada yang dimainkan oleh Ye Futian meledak saat mereka bersentuhan dengan Mudra Haotian. Namun, Mudra Haotian yang dikeluarkan oleh Hua Junmo itu terlalu mengerikan. Rasanya seolah-olah sosok Haotian Agung itu telah menekan dari atas langit, menghancurkan segala sesuatu yang menghalangi jalannya.     

Namun, tidak jauh berbeda, satu sosok kaisar kini telah muncul di belakang Ye Futian dengan menebar ancaman yang mengerikan. Bintang-bintang tampak mengitari area di sekitarnya saat pancaran cahaya bintang yang tak terbatas ditembakkan, dan semua bayangan ilahi bergabung menjadi satu kesatuan.     

Di bawah alunan suara guqin, bintang-bintang yang tak terhitung jumlahnya kini menerjang ke arah Mudra Haotian, berulang kali mengenai target mereka sehingga serangan itu terus menerus bergetar. Pada saat yang bersamaan, dengan menjadikan Ye Futian sebagai titik pusatnya, semua bintang di area ini menyebar ke berbagai tempat. Jadi, seolah-olah Ye Futian dan teman-temannya kini berada di dalam sebuah dunia langit berbintang yang sesungguhnya. Bilah-bilah pedang ilahi yang menyerang ketiganya telah dihentikan oleh bintang-bintang tersebut, dan setiap kali mereka menembus bintang-bintang yang menghalangi jalan mereka itu dan berusaha mendekati Ye Futian, mereka langsung dihancurkan oleh not-not musik yang memenuhi area tersebut.     

*Boom* Badai spasial yang dibentuk oleh Jiang Qingfeng menerjang melintasi ruang hampa dan semakin mendekat, seolah-olah badai itu mampu melewati pertahanan mereka bertiga dan menghasilkan kekuatan yang setara dengan bencana ilahi. Badai tersebut bergerak ke tempat Ye Futian berada tanpa ada keraguan sedikit pun.     

Adapun tombak ilahi emas yang dikerahkan oleh Wang Mian, tidak lama setelah tombak ilahi itu terbentuk, banyak retakan muncul di ruang hampa, dan bintang-bintang yang menghalanginya langsung hancur berkeping-keping. Momentum dari tombak itu tidak bisa dihentikan dan terus menerus mengeluarkan cahaya suci yang tak terbatas.     

Serangan gabungan dari empat sosok terkemuka ini sangat mengerikan, dan tampaknya dunia ini sedang berada di ambang kehancuran. Pemandangan yang muncul di hadapan mereka ini sangat kacau dan mengerikan.     

Suara guqin itu tiba-tiba berubah, dan Jalur Agung mulai mengalir berlawanan arah saat aura pedang yang tak terbatas beredar di antara langit dan bumi. Lengan baju Ye Futian berkibar, dan not-not yang dia mainkan menghasilkan suara-suara yang tajam dan menusuk saat suara dentangan pedang bergema di seluruh tempat. Pedang ilahi yang tak terhitung jumlahnya melesat keluar dengan diselimuti oleh cahaya ilahi, dan kemudian bertabrakan dengan cahaya bencana itu.     

Pada saat yang bersamaan, sebilah pedang ilahi yang kuat muncul di antara langit dan bumi. Ketika pedang ini terbentuk, sebuah badai yang tercipta dari Jalur Agung yang berbalik arah muncul di atas langit.     

"Ini...lagu Lost Divine!"     

Semua orang dari Prefektur Ilahi tampak tercengang. Ini adalah Melodi ilahi lain yang mampu dimainkan oleh Ye Futian. Tidak ada yang menyangka bahwa Ye Futian telah berkembang ke tingkat yang begitu tinggi dan dapat menggunakan semua kemampuan ini dengan sesuka hatinya. Hanya dengan satu perintah dari dalam pikirannya, dia mampu berganti lagu dengan mudah.     

Lord Taixuan menyaksikan situasi di atas langit dan sangat tersentuh oleh pemandangan tersebut. Ye Futian sama sekali tidak berencana untuk menguasai lagu Lost Divine, dan hal itu murni sebuah kebetulan. Dengan menggunakan lagu Lost Divine, dia mampu mematahkan belenggu Renhuang Plane. Tapi sekarang, pencapaian Ye Futian dalam lagu ini telah melampaui kerja kerasnya selama bertahun-tahun. Mungkin ini adalah bukti dari bakat alami yang dimiliki oleh Ye Futian.     

Lagu Lost Divine adalah Melodi Ilahi yang selama ini dianggap telah menghilang. Saat Jalur Agung runtuh, area itu pun terdistorsi dan mengalir berlawanan arah. Kekuatan serangan yang sempat terhalang tampaknya terhalang lagi, dan tombak ilahi emas yang datang untuk membunuh mereka bertiga itu tampaknya juga sedikit melambat. Tidak lama kemudian, Jalur Agung mulai mengalir kembali dengan arah yang berlawanan; seolah-olah waktu berjalan mundur. Sebilah pedang melesat ke depan dengan membawa kekuatan yang mengerikan bersamanya. Pedang itu tidak lain adalah Fleeting Divine Sword yang akhirnya bertabrakan dengan keras dengan tombak ilahi emas tersebut.     

Saat kedua senjata itu bertabrakan, seberkas cahaya suci yang mengerikan menembus ruang hampa, seolah-olah cahaya itu bisa membantai semua Renhuang di area ini dengan mudah. Pancaran cahaya yang menyilaukan itu menghalangi pandangan mata para Renhuang yang menyaksikan pertarungan tersebut. Dan cahaya itu membuat mereka tidak bisa membuka mata masing-masing. Banyak kultivator di Kota Heavenly Mandate merasakan rasa sakit yang tajam di mata mereka dan menyebabkan mereka memejamkan mata.     

Sementara itu di atas langit, dua serangan itu pun sama-sama hancur di waktu yang bersamaan. Tombak dan pedang ilahi itu lenyap secara bersamaan.     

Saat menyaksikan pertarungan yang berlangsung jauh di atas langit itu, jantung para kultivator berdegup tak terkendali. Hanya dengan permainan guqin itu saja, Ye Futian mampu menghentikan serangan gabungan dari keempat kultivator kuat itu.     

Tampaknya, ketika Ye Futian memainkan guqin ilahi itu dengan kekuatan Hua Jieyu, dia mampu mengeluarkan kekuatan yang melebihi kapasitasnya sendiri.     

"Jieyu, apakah kau ingin memainkan Requiem Ilahi di sisiku?" ujar Ye Futian pada Hua Jieyu, yang berada di sampingnya.     

"Tentu saja." Hua Jieyu mengangguk pelan sebagai tanggapan, kemudian dia duduk bersila di samping Ye Futian. Saat Ye Futian mengayunkan tangannya, 'Kerinduan' muncul di hadapan Hua Jieyu. Dia adalah putri dari guru pertama Ye Futian—Hua Fengliu. Dia sudah bermain guqin sejak dia masih kecil. Meskipun dia tidak lagi mempelajarinya dan tidak bisa dianggap sebagai seorang ahli, namun dia memahami konsep dalam bermain musik.     

Namun pada saat ini, pikirannya dan Ye Futian telah terhubung satu sama lain, dan dia tidak perlu menjadi seorang ahli guqin. Apa yang dia butuhkan hanyalah pemahaman dari mereka berdua.     

Tidak peduli lagu apa pun yang dia mainkan, pada kenyataannya, Ye Futian-lah yang memainkannya di dalam hatinya.     

Apalagi, mereka dibantu oleh guqin Kerinduan, yang merupakan perwujudan dari Shenyin Agung itu sendiri, dan guqin itu sudah mengandung kesedihan yang mendalam.     

Ketika Hua Jieyu memetik senar-senar guqin di hadapannya, dia tampak terbawa dalam kesedihan. Dia sangat cocok dengan makna dari lagu ini. Suasana yang sebelumnya diciptakan oleh Requiem Ilahi masih tersisa di area tersebut dan tidak pernah menghilang. Ketika Hua Jieyu mulai bermain guqin, dia hanya perlu mempertahankan kesedihan yang diungkapkan oleh musik tersebut.     

"Sungguh menyedihkan."     

Semua kultivator dari Prefektur Ilahi, yang menyaksikan semuanya di bagian samping, tidak bisa menahan tangis ketika mereka mendengar alunan musik ini. Penampilan Hua Jieyu dalam memainkan Requiem Ilahi memiliki sensasi yang mirip dengan penampilan Ye Futian, tetapi kesedihan yang dia ungkapkan terasa berbeda. Besarnya tragedi yang harus ditanggung Hua Jieyu secara pribadi, jika dibandingkan dengan Ye Futian, mungkin berada dalam skala yang lebih besar. Bagaimanapun juga, sebagai seorang wanita, dia telah dibawa pergi oleh keluarganya dan dilarang untuk melanjutkan hubungannya dengan Ye Futian. Dia telah menggunakan kematian sebagai cara untuk membuktikan kesetiaannya, dan dia juga telah melindungi orang lain dengan mempertaruhkan nyawanya. Dia pernah kehilangan ingatannya dan menjadi sosok yang benar-benar berbeda. Semua yang dia alami penuh dengan kesedihan yang tak ada habisnya.     

Ditambah lagi, Hua Jieyu yang sekarang telah melewati banyak tahap kehidupan dan mengalami begitu banyak kesedihan.     

Belum lama setelah dia mulai memainkan Requiem Ilahi, sudah ada air mata yang muncul di sudut matanya.     

Ye Futian tidak berhenti bertindak hanya karena Hua Jieyu sedang memainkan guqin. Dia mengangkat tangannya dan mengulurkan jemarinya ke udara. Jalur Agung bisa menjadi senar dari sebuah alat musik yang terbuat dari langit dan bumi. Roh Guqin selalu menjadi bagian dari Roh Kehidupan Ye Futian, dan lagu 'Hearts as One' telah menghubungkannya dengan Hua Jieyu, menjadikan mereka sebagai satu kesatuan.     

Tatapan mata Ye Futian menembus ruang hampa dan mengamati semua yang ada di antara langit dan bumi. Saat ini, Hua Jieyu masih memainkan Requiem Ilahi di bawah kendalinya, dan pada saat yang bersamaan, dia sedang memahami kemampuan Jieyu yang sangat unik.     

Ketika dia memejamkan mata, rasanya seolah-olah segala sesuatu di dunia ini berada di bawah komandonya, dan dia dapat melihat semua yang ada di dunia ini karena semua itu berada di bawah kekuatan telekinesisnya. Tampaknya dia bahkan bisa melihat ke dalam jiwa spiritual dari empat kultivator kuat itu, merasakan keberadaan jiwa di dalam tubuh mereka.     

"Perasaan apa ini?" Tatapan mata keempat kultivator kuat itu tampak waspada ketika mereka merasakan ada sesuatu yang aneh. Saat ini, mereka bisa merasakan bahwa seseorang sedang mengintai jiwa spiritual mereka, yang tentu saja menghasilkan sensasi yang sangat tidak nyaman. Seolah-olah mereka sedang dimata-matai. Tidak ada privasi sedikit pun bagi mereka.     

Sementara itu di atas langit, Ye Futian mengacungkan jarinya, yang kemudian tampak bergetar pelan, seolah-olah dia sedang memetik senar-senar Jalur Agung. Pada saat itu juga, semua orang bisa merasakan bahwa hati mereka ikut berdebar. Seolah-olah jiwa spiritual mereka telah diguncang. Meskipun guncangannya tidak begitu besar, namun rasanya sangatlah tidak nyaman bagi mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.