Hadapi dan Serang
Hadapi dan Serang
Setelah memandang sejenak ke arah Hua Junlai, Ye Futian merasa seolah-olah seluruh dunia telah berubah. Langit dan bumi di sekitarnya tidak lagi sama seperti sebelumnya. Sebaliknya, rasanya dia telah terjebak di dalam sebuah dunia yang diselimuti oleh aura milik Haotian Agung. Bahkan sosok sang Kaisar Agung berdiri tepat di atas kepalanya.
Sensasi yang dia rasakan saat ini mirip dengan apa yang dia rasakan saat menyatu dengan bintang-bintang di langit berbintang dan melihat sosok Kaisar Agung Ziwei di sana.
Sepertinya aura Hua Junlai telah menguasai area ini dan mengubahnya menjadi area Jalur Agung miliknya sendiri.
Pancaran cahaya suci bersinar dari sosok Haotian Agung, dan kekuatan yang dihasilkan langsung dikerahkan ke bawah. Pada saat ini, Ye Futian bisa merasakan aura yang mengerikan menekan tubuhnya. Aura ini mirip dengan aura dari seorang dewa, sehingga membuatnya kesulitan untuk bernapas. Sebagai salah satu penerus dari Klan Dewa Kuno, sudah tidak perlu diragukan lagi bahwa Hua Junlai adalah sosok yang luar biasa. Tekanan yang dirasakan Ye Futian saat ini setara dengan tekanan ketika dia menghadapi Xiao Mu.
Mengingat status yang dimiliki oleh Hua Junlai saat ini, kemungkinan besar dia adalah salah satu kultivator terkuat di Klan Haotian. Dia pasti berada di jajaran atas. Kalau tidak, mustahil baginya untuk memiliki status seperti itu. Ketika dia berada di Dunia Asal, kehendaknya dapat melambangkan kehendak dari Klan Haotian.
"Ye Futian, apakah kau bersedia mengakui kesalahanmu?" sebuah suara tiba-tiba bergema di telinga Ye Futian, seolah-olah ada kekuatan surgawi yang muncul di sana. Suara itu membuat area itu bergetar dan mengguncang jiwa spiritual orang-orang di sekitarnya serta mempengaruhi aura mereka. Rasanya seolah-olah seorang dewalah yang bertanya padanya. Suara itu mengandung kekuatan hukum dari Jalur Agung di dalamnya.
"Mengakui kesalahanku?" Ye Futian menatap sosok Haotian Agung di atas langit. Ini adalah sosok ilusi yang diciptakan oleh Hua Junlai, dimana dia mengandalkan aura Haotian Agung untuk menekan tubuh Ye Futian. Rasanya seolah-olah aura Haotian Agung itu-lah yang sedang memberikan hukuman atas segala sesuatu yang telah dilakukan oleh Ye Futian.
Tatapan mata Ye Futian kini tampak dingin dan acuh tak acuh, bahkan terkesan sombong. Dengan mengesampingkan keberadaan aura milik Haotian Agung, bahkan jika Hua Junlai benar-benar mewarisi ajaran sang Kaisar Agung dan ingin membelenggu tubuh Ye Futian, dia tetap tidak akan bisa melakukannya.
Sinar-sinar cahaya suci yang memenuhi langit terpancar dari sosok Ye Futian saat dia berdiri di udara. Lingkaran cahaya suci yang tak ada habisnya muncul dari tubuh ilahi miliknya, yang terlihat seperti tubuh seorang dewa. Dia terlalu menakjubkan untuk dilihat. Pada saat yang bersamaan, berbagai macam bintang muncul di sekelilingnya dan mengitarinya. Tidak hanya itu saja, muncul bayangan seorang dewa yang menjulang tinggi di belakangnya. Itu adalah bayangan dari Kaisar Agung Ziwei.
Hua Junlai ingin menekannya hanya dengan mengandalkan jejak-jejak aura milik Haotian Agung?
Kala itu, Kaisar Agung Ziwei adalah salah satu Kaisar Agung yang paling terkenal di zamannya, dan Ye Futian adalah penerusnya. Dia telah mengungkap misteri yang dimiliki oleh Kaisar Agung Ziwei di langit berbintang dan sekarang telah mewarisi auranya. Dia tidak akan membiarkan penghinaan seperti itu lolos begitu saja.
Lingkaran-lingkaran cahaya suci tampak bersinar terang. Tidak lama kemudian, dua aura yang sangat kuat itu pun bertabrakan satu sama lain. Meskipun kekuatan surgawi yang memenuhi langit itu mengitarinya, namun Ye Futian tetap berdiri tak bergeming di tempatnya.
"Bahkan jika aku telah melakukan kesalahan, sejak kapan kau layak untuk memberikan hukuman padaku?" jawab Ye Futian dengan tegas. Memangnya kenapa jika Hua Junlai adalah keturunan dari Klan Dewa Kuno?
Hua Junlai benar-benar menanyai Ye Futian apakah dia bersedia mengakui kesalahannya atau tidak.
Meskipun Ye Futian merasa menyesal, namun semua ini terjadi karena dia terlalu terburu-buru menyetujui permintaan yang diajukan oleh Hua Junlai tanpa memikirkannya secara matang. Kalau tidak, seandainya dia mengetahui apa yang akan terjadi setelahnya, dia tidak akan membentuk aliansi dengan Hua Junlai dan kelompoknya.
Rasanya seolah-olah ada dua Kaisar Agung yang berada di atas medan pertempuran. Keduanya memancarkan aura yang mengancam. Sepertinya mereka juga sedang menatap satu sama lain dari kejauhan.
Mereka adalah Haotian Agung dan Kaisar Agung Ziwei.
Dua Kaisar Agung itu sama-sama memiliki temperamen yang tak tertandingi.
Sementara itu di atas langit, Hua Junlai memandang ke bawah sambil mengangkat tangannya. Dalam sekejap, tekanan yang mengerikan menyebar ke seluruh tempat. Pada saat berikutnya, sebuah telapak tangan raksasa dikerahkan ke bawah. Dalam sekejap, langit tampak terkoyak sementara permukaan tanah berguncang. Rentetan suara gemuruh yang mengerikan juga bergema di udara. Seluruh penjuru langit tampaknya telah tercabik-cabik. Telapak tangan itu melenyapkan segala sesuatu yang menghalangi jalannya.
Telapak tangan raksasa ini melesat melintasi seluruh penjuru langit dan mampu menghancurkan segalanya. Tidak peduli kemana pun seseorang berusaha melarikan diri, mereka tidak akan pernah bisa lolos dari jangkauan serangannya.
Ini adalah teknik tertinggi yang dimiliki oleh Klan Haotian—Mudra Haotian.
Begitu Hua Junlai melancarkan serangan, tindakannya ini mengisyaratkan bahwa dia ingin mengakhiri pertarungan ini dengan satu serangan. Dia berniat membunuh Ye Futian tanpa ampun.
Dapat terlihat dengan jelas bahwa dia sangat marah karena dia tidak mampu menembus Matriks Pertempuran Batu sebelumnya.
Oleh sebab itulah, dia ingin melampiaskan kemarahannya dengan membunuh Ye Futian dalam satu serangan ini.
Pada saat yang bersamaan, ketika Hua Junlai melancarkan serangannya, cahaya bintang mengalir di sekitar Ye Futian, dan bintang-bintang di sekelilingnya kini bergabung menjadi satu kesatuan. Sosok Kaisar Agung Ziwei dan Ye Futian tampak saling tumpang tindih dan menyatu. Banyak pedang bintang ditembakkan ke udara. Bilah-bilah pedang yang sekokoh pilar batu itu melesat ke arah telapak tangan raksasa yang semakin mendekat.
*Brak* Teknik Mudra Haotian terus menekan ke arahnya, dan segala sesuatu yang menghalangi jalannya akan langsung dihancurkan. Pedang-pedang bintang itu juga berubah menjadi debu. Seolah-olah tidak kekuatan yang mampu menandingi teknik Mudra Haotian.
*Whoosh* Cahaya bintang berkumpul di tubuhnya, dan kini sosok Ye Futian tampak seperti seorang Kaisar Agung yang terlahir kembali. Penampilannya terlihat sangat agung. Di sekelilingnya, pedang bintang yang tak terhitung jumlahnya melesat ke arah teknik Mudra Haotian di atas langit. Seolah-olah ada pilar batu yang tak terhitung jumlahnya berusaha menyerang teknik Mudra Haotian. Meskipun mereka dihancurkan dengan cepat, namun mereka berhasil menahan laju pergerakannya.
Pada saat yang bersamaan, di antara cahaya suci yang tak ada habisnya itu, sosok Ye Futian tiba-tiba melesat ke atas langit. Dia mengangkat tangannya, dan kekuatan Jalur Agung yang tak terbatas terpancar dari dalam tubuhnya, membentuk sebilah pedang bintang raksasa. Rasanya seolah-olah pedang ilahi dan tubuhnya kini telah bergabung menjadi satu kesatuan. Pedang itu langsung menyerang ke arah Mudra Haotian.
Pada saat berikutnya, banyak retakan muncul di permukaan Mudra Haotian. Kemudian, serangan itu hancur dalam waktu singkat.
*Brak* Diikuti dengan suara benturan yang keras, teknik Mudra Haotian akhirnya dihancurkan hingga berkeping-keping. Akan tetapi, pedang bintang raksasa itu juga mengalami nasib yang sama.
Sosok Ye Futian terus melesat ke atas langit. Tubuhnya kini telah berubah menjadi seberkas cahaya pedang, menembus Mudra Haotian dan melesat ke tempat Hua Junlai berada. Dia bergerak dengan sangat cepat.
Ketika para kultivator menyaksikan pemandangan ini, mereka semua menyipitkan mata. Tubuh fisik Ye Futian ternyata sangat kuat. Apakah dia berencana menghadapi Hua Junlai dalam pertarungan jarak dekat?
Bagi kultivator di tingkat mereka, cakupan serangan mereka mampu melingkupi area yang sangat luas. Mereka tidak perlu bertarung dalam jarak dekat. Ditambah lagi, pertarungan jarak dekat jauh lebih berbahaya jika dibandingkan dengan menyerang dari jarak jauh.
Dengan tubuh yang diselimuti oleh cahaya kaisar, Ye Futian menerjang ke arah Hua Junlai dalam sekejap mata. Jalur Agung bergemuruh di dalam tubuhnya. Hua Junlai sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan ketika dia melihat Ye Futian menyerangnya. Dia tidak berniat untuk mengelak. Cahaya kaisar dari Haotian Agung menyelimuti tubuhnya, dan kedua tangannya dipenuhi dengan aura yang mengancam saat dia bersiap untuk membentuk Mudra Haotian. Ketika Ye Futian mendekat, Hua Junlai mengerahkan kedua tangannya ke bawah, dan dalam sekejap, Mudra Haotian dikeluarkan dengan membawa kekuatan yang mengerikan di dalamnya.
Keduanya pun berhadapan satu sama lain, Tubuh Ye Futian saat ini setajam pedang, disertai dengan kekuatan Yin dan kekuatan matahari yang terpancar dari tubuhnya secara bersamaan. Dia tampaknya telah berubah wujud menjadi sebilah pedang saat tubuhnya bertabrakan dengan telapak tangan milik Hua Junlai.
Langit seolah-olah akan runtuh kapan saja. Ada pula badai dari Jalur Agung yang terus membesar di sana. Keduanya saat ini benar-benar terlibat dalam pertempuran jarak dekat. Mereka menahan serangan satu sama lain dengan tubuh masing-masing. Keduanya melancarkan serangan demi serangan dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti menyerang.
Berbagai macam kultivator yang hadir di sana memusatkan perhatian mereka ke arah medan pertempuran. Banyak orang di bagian bawah mengeluarkan kekuatan Jalur Agung untuk menangkis gelombang kejut yang dihasilkan. Badai-badai yang mengerikan terus bergejolak di atas langit, menyelimuti area yang luas. Tempat itu tampaknya akan runtuh akibat pertempuran yang sedang berlangsung. Namun pada saat ini, para kultivator menyadari bahwa ada yang aneh dengan kondisi Hua Junlai. Dia tampaknya semakin sering menghabiskan kekuatannya.
Pada akhirnya, suara ledakan yang dahsyat bergema di atas medan pertempuran. Tidak lama kemudian, sosok Hua Junlai dihempaskan ke kejauhan, dan dia mengerang kesakitan sambil memuntahkan darah dari mulutnya!