Mengajukan Perdamaian
Mengajukan Perdamaian
Namun pada saat yang bersamaan, aura kehancuran telah dibentuk oleh kesembilan kultivator itu di dalam Matriks Pertempuran Batu, yang selama ini memilih untuk bertahan. Tidak peduli sekuat apa pun Hua Junlai dan yang lainnya, saat ini mereka bisa merasakan bahwa ada bahaya mengerikan yang semakin mendekat.
Insting mereka mengatakan bahwa situasinya akan berbahaya dan nyawa mereka bisa saja terancam.
*Boom* Suara gemuruh yang menakjubkan terdengar saat sosok-sosok dewa kuno itu terus membesar. Dewa-dewa kuno yang sebelumnya tampil pasif itu sekarang dipenuhi dengan aura yang kuat dan mengancam. Mereka kini berubah menjadi dewa-dewa pendendam. Mereka memandang ke dalam Matriks Pertempuran Batu, tepatnya pada sembilan penantang itu dan tidak berusaha untuk menyamarkan keinginan membunuh mereka.
Pada saat ini, semua orang menyadari bahwa, para kultivator dari Lost Clan bukannya tidak ahli dalam menggunakan teknik-teknik pembantaian, hanya saja mereka enggan untuk menggunakannya. Mereka memilih untuk bertahan sebelumnya karena mereka tidak ingin pertempuran ini menimbulkan masalah lainnya di masa depan.
Namun, meskipun mereka sudah berusaha semaksimal mungkin untuk melindungi Matriks Pertempuran Batu, Hua Junlai dan yang lainnya terus menekan mereka dengan berbagai macam serangan dan tidak akan berhenti sampai mereka mampu menghancurkan matriks tersebut.
Jika mereka terus menerus melancarkan serangan, maka cepat atau lambat, matriks pertempuran itu akan runtuh. Serangan dari delapan kultivator ini telah mengancam Matriks Pertempuran Batu, dan apa yang menanti mereka adalah hancurnya Matriks Pertempuran Batu serta sembilan kultivator dari Lost Clan yang tewas bersamanya. Kemudian, Hua Junlai dan yang lainnya akan memaksa masuk ke dalam tempat suci dari Lost Clan dan berkultivasi di sana. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat diterima oleh Lost Clan, jadi mereka tidak punya pilihan selain melancarkan serangan balik yang mematikan ini.
Hua Junlai dan kelompoknya sudah membuat keputusan, begitu pula dengan Lost Clan.
Karena mereka semua akan mati, lalu apa gunanya menahan diri?
"Ini benar-benar gila." Ekspresi para kultivator dari pasukan-pasukan terkemuka di Prefektur Ilahi tampak muram ketika mereka melihat perkembangan terbaru yang sedang terjadi di atas medan pertempuran, terutama mereka yang berasal dari Klan Dewa Kuno, yang anggotanya kini sedang berpartisipasi dalam pertarungan. Jejak-jejak aura yang dahsyat terpancar keluar dari tubuh mereka dan menutupi area yang luas ini dalam sekejap. Situasinya begitu menegangkan sehingga siapa pun bisa mengambil tindakan hanya dengan satu perintah dari dalam pikiran mereka.
Pada saat yang bersamaan, beberapa kultivator kuat juga muncul dari arah Lost Clan dan mengeluarkan tekanan mengerikan yang langsung berhadapan dengan kekuatan beberapa kultivator tingkat tinggi dari Prefektur Ilahi. Ekspresi mereka tampak serius, dan tatapan mata mereka menunjukkan tekad sekuat baja.
Para kultivator dari Lost Clan tidak memiliki ketakutan di mata mereka. Mereka rela melakukan apa pun demi memegang teguh keyakinan mereka, termasuk mengorbankan nyawa mereka sendiri.
Dengan keberanian seperti itu, memangnya apa yang perlu mereka takutkan?
Setelah menjalani kehidupan di dalam kegelapan selama bertahun-tahun, mereka akhirnya bisa melihat cahaya di depan mata mereka. Bagaimana mungkin mereka bisa mengalami kegagalan dalam situasi seperti ini?
Sembilan kultivator yang berada di atas medan pertempuran itu juga merupakan bukti nyata dari keyakinan Lost Clan, mereka berani bertarung tanpa rasa takut hanya untuk melindungi benua mereka.
Ye Futian melihat hal ini dan berpikir bahwa jika situasi ini terus berlanjut, kedua belah pihak mungkin akan sama-sama menderita kerugian besar; bahkan sembilan kultivator dari Lost Clan itu mungkin akan tewas di tempat. Adapun orang-orang yang berada di dalam Matriks Pertempuran Batu, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada mereka, tapi itu pasti bukan sesuatu yang baik. Jika mereka mampu bertahan hidup, mereka pasti akan terluka parah.
Ketika hal itu benar-benar terjadi, maka pertempuran tidak hanya terbatas pada medan pertempuran namun bisa menyebar ke area lainnya.
Sementara itu di bagian luar, berbagai macam aura yang mengerikan saling bertabrakan satu sama lain dikarenakan situasi di luar medan pertempuran juga tidak kalah menegangkan. Tampaknya konflik bisa terjadi kapan saja di sana.
Jika kekuatan Matriks Pertempuran Batu ini benar-benar mengancam nyawa para kultivator yang ada di dalamnya, maka sosok-sosok terkemuka dari Klan Dewa Kuno jelas akan turun tangan. Bagaimanapun juga, mereka tidak seperti Lost Clan. Bagi mereka yang berasal dari Klan Dewa Kuno, tidak banyak peraturan dan batasan yang harus mereka patuhi, dan pandangan mereka terhadap nyawa seseorang sangat berbeda dari Lost Clan; mereka tidak perlu bertarung dengan mempertaruhkan nyawa mereka di sini.
Para kultivator yang berada di dalam Matriks Pertempuran Batu itu adalah para jenius terbaik dari masing-masing klan, dan penerus dari Klan Dewa Kuno juga berada di sana.
Sejak awal, pertempuran ini berlangsung dengan tidak adil. Lost Clan selalu memilih untuk bertahan dan melindungi diri mereka sendiri, sedangkan Klan Dewa Kuno tidak.
Tekanan penghancur itu menjadi semakin kuat, dengan membawa kekuatan yang mengerikan di dalamnya. Semua dewa kuno itu kini menjelma menjadi sosok-sosok dewa yang mengintimidasi. Cahaya suci berwarna merah darah terpancar dari mata mereka dengan membawa keinginan membunuh yang mengerikan. Suara gemuruh bergema di udara bersamaan dengan munculnya cahaya suci keemasan yang bergejolak di medan pertempuran ini, dan setiap jejak dari cahaya suci itu tampaknya mengandung kekuatan penghancur yang luar biasa di dalamnya. Di sisi lain, Hua Junlai dan yang lainnya mengerahkan cahaya suci pelindung untuk menangkis dampak yang ditimbulkan oleh cahaya keemasan ini. Namun, pada saat yang bersamaan, tekanan itu menjadi sangat kuat sehingga seluruh area itu telah tersegel, dan orang-orang yang ada di dalamnya nyaris tidak bisa menggerakkan tubuh mereka.
"Bunuh mereka." Keinginan membunuh yang dingin terlintas di mata Hua Junlai dan yang lainnya, disertai dengan tekad yang membara di dalamnya. Sudah menjadi tantangan tersendiri bagi mereka untuk bergerak leluasa di area ini, namun ada seberkas cahaya suci dari Jalur Agung yang muncul di atas mereka. Mereka pun bergerak secara perlahan-lahan menuju dewa-dewa kuno itu, berniat untuk melancarkan serangan fatal pada sosok-sosok tersebut.
*Brak, Brak, Brak* Rentetan serangan yang dahsyat itu mengenai targetnya disertai dengan munculnya retakan pada tubuh dewa-dewa kuno tersebut.
*Boom* Pada saat yang bersamaan, suara benturan yang keras terdengar di atas medan pertempuran, dan ruang hampa tampak terkoyak saat Hua Junlai dan yang lainnya mengeluarkan suara geraman. Sembilan kultivator dari Lost Clan itu tampaknya tidak lagi mengendalikan diri mereka sendiri, dimana mereka membakar tubuh masing-masing sementara kekuatan mereka terus meningkat. Serangan dari kedua belah pihak saling bertabrakan, dan tidak ada yang mau mengalah. Pertempuran ini hanya akan berakhir ketika salah satu pihak berhasil dihancurkan.
Pada saat ini, Ye Futian bergerak dari tempatnya, dan suara gemuruh yang mencengangkan bergema dari tubuh ilahi miliknya. Suara gemuruh ini terus menerus terdengar, dan aura pedang milik Ye Futian berdentangan. Dia bergerak ke depan seperti sebilah pedang, melesat di antara tekanan mengerikan yang dipancarkan dari Matriks Pertempuran Batu, perlahan-lahan mendekati bagian pusat dari medan pertempuran.
Lambat laun, pergerakannya jadi semakin cepat. Tubuhnya kini berubah menjadi Jalur Agung, seperti sebilah pedang ilahi yang tidak bisa dihancurkan. Dia mendarat sebagai aliran cahaya dan langsung menabrak Matriks Pertempuran Batu. Dalam sekejap, banyak retakan bermunculan di permukaan matriks pertempuran itu. Wajah para kultivator dari Lost Clan tampak kesakitan, tetapi mereka masih tidak tergoyahkan dari tempat masing-masing.
Aura pedang milik Ye Futian menjadi semakin kuat saat kekuatan itu menyerang dan berusaha menembus matriks tersebut. Ketika menyaksikan pemandangan ini, Hua Junlai dan yang lainnya tampak puas. Akhirnya Ye Futian ikut melancarkan serangan.
"Hancurkan matriks pertempuran itu," Hua Junlai memberi perintah.
"Bagaimana kalau kalian menyerah saja?" Ye Futian memandang ke dalam Matriks Pertempuran Batu. Tatapan matanya seolah-olah mampu menembusnya dan mendarat pada sembilan kultivator kuat dari Lost Clan itu. Meskipun mereka bersembilan masih memejamkan mata, namun pada saat ini, Ye Futian merasa seolah-olah dia sedang berhadapan secara langsung dan berbincang-bincang dengan mereka.
Apakah sudah terlambat untuk menghentikan semuanya sekarang?
Jika mereka memutuskan untuk menyerah, apakah para kultivator dari Prefektur Ilahi ini juga akan berhenti menyerang?
"Percuma saja kalian melanjutkan pertempuran ini. Sebaiknya kedua belah pihak mengalah dan menganggap pertempuran ini berakhir dengan hasil seri." Ye Futian menyarankan.
Di bagian luar, ketika lelaki tua dari Lost Clan itu melihat hal ini, perhatiannya beralih ke tempat Ye Futian berada. Sebelumnya, dia sedikit terkejut ketika melihat Ye Futian melancarkan serangan. Dia mengira bahwa Ye Futian akan menembus matriks itu sendirian, tetapi sekarang sepertinya dia ingin mengajukan perdamaian.
Masalahnya adalah, bagaimana mungkin segala sesuatunya sesederhana apa yang dia pikirkan? Pihak Prefektur Ilahi-lah yang menolak untuk menyerah.
"Merekalah yang bersikeras untuk tetap bertarung," ujar sang Tetua dari Lost Clan, yang berada di luar medan pertempuran.
"Jika mereka menolak untuk berhenti, maka saya tidak akan ikut campur dan membiarkan anda berurusan dengan mereka, dan mereka akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi setelahnya," lanjut Ye Futian. Kata-katanya menarik perhatian Hua Junlai dan yang lainnya saat mereka memandangnya dengan tatapan dingin!