Legenda Futian

Jasad yang Terbangun



Jasad yang Terbangun

2Badai-badai yang mengerikan terus bergerak melewati para kultivator yang berada di sana. Ketika penyu hitam itu mengoyak ruang hampa, banyak retakan yang terbentuk, dan badai-badai penghancur terus-menerus bermunculan darinya. Semua badai ini membawa dampak yang cukup besar bagi para kultivator. Ini adalah alasan kenapa mereka mencoba untuk menghentikan pergerakan Penyu Naga ini beberapa saat yang lalu.     

Sayangnya, hingga saat ini, belum ada satu orang yang mampu menghentikannya. Rasanya seolah-olah penyu itu sudah bergerak di area kosong ini sejak zaman kuno.     

Semua kultivator saat ini diselimuti oleh cahaya suci dari Jalur Agung. Tatapan mata mereka tertuju pada jasad-jasad yang ada di hadapan mereka. Banyak jasad yang sudah tidak utuh lagi; beberapa di antaranya bahkan hanya memiliki bagian-bagian kecil yang tersisa. Orang-orang bisa membayangkan betapa dahsyatnya pertempuran yang mereka jalani sebelum mereka binasa di sini.     

Bahkan pada hari ini, setelah pertempuran itu berakhir bertahun-tahun yang lalu, penyu hitam yang sudah binasa itu masih mengitari area ini dengan membawa semua jasad ini di punggungnya. Tidak ada yang tahu ke mana penyu hitam ini akan pergi.     

Semua orang merasa tidak nyaman saat mereka terkena badai-badai penghancur tersebut. Meski begitu, mereka tetap melancarkan serangan demi serangan pada makam berbentuk menara itu. Mereka tertarik untuk membuka makam itu dan mengungkap rahasia yang tersembunyi di dalamnya. Kekuatan yang telah menanamkan rasa takut pada semua orang ini terpancar dari dalam menara tersebut. Mungkin ada satu jasad di tingkat Kaisar Agung yang tersembunyi di dalam tumpukan itu.     

Mungkin jasad itu mirip dengan jasad suci Kaisar Agung Shenjia.     

Penyu hitam itu terus mengeluarkan geraman kesedihan dan mempengaruhi para kultivator yang berada di sana. Tepat pada saat ini, sebuah aura yang samar bisa dirasakan dari makam berbentuk menara itu. Cahaya samar yang muncul sebelumnya kini menjadi sedikit lebih terang. Kemudian, di bawah tatapan mata semua orang, jasad-jasad itu bersinar dan mulai bergerak.     

Beberapa jasad bahkan melayang di udara. Pada saat ini, para kultivator yang berdiri di atas punggung penyu hitam ini merasa bahwa mereka sedang diawasi. Ini adalah sebuah sensasi yang aneh. Di depan mata mereka memang ada banyak jasad yang tak bernyawa; Namun, jasad-jasad itu sekarang memberikan sensasi seolah-olah mereka masih hidup. Kondisi jasad-jasad itu mirip dengan apa yang dialami oleh penyu hitam ini. Penyu tersebut jelas sudah mati, tetapi dia bisa terus bergerak sambil membawa reruntuhan ini di atas punggungnya.     

*Whoosh* Semua jasad itu tiba-tiba menerjang ke arah para kultivator, dan mereka tampak seperti telah hidup kembali. Mata jasad-jasad itu, yang sudah lama tertutup, tiba-tiba terbuka dan memancarkan cahaya yang mengerikan.     

"Hati-hati," Renhuang Chen mengingatkan kultivator di sekelilingnya. Tatapan mata para kultivator dari berbagai macam pasukan kini menjadi serius. Jasad-jasad ini benar-benar bergerak dan menerjang ke arah mereka. Siapa yang mengendalikan mereka?     

Diiringi dengan geraman sang Penyu Naga, jasad-jasad itu terus menerjang para kultivator yang berada di sana. Lebih dari sepuluh jasad melesat ke tempat Ye Futian dan kelompoknya berada. Kecepatan jasad-jasad itu sangat mencengangkan. Mereka seperti hendak menabrakkan diri pada kelompok Ye Futian.     

Seorang kultivator dari Istana Kekaisaran Ziwei, yang berdiri di bagian depan, langsung meninju area di hadapannya. Dalam sekejap, cahaya bintang bersinar dan melesat ke depan. Jasad-jasad itu pun menabrak cahaya bintang yang mendekat, dan terdengar suara gemuruh yang keras. Beberapa jasad tampak hancur berkeping-keping, namun ada pula jasad yang berhasil melewati bintang-bintang raksasa tersebut. Tabrakan antara jasad dan bintang-bintang itu menyebabkan bintang-bintang yang dibentuk oleh kultivator itu terus menerus dihancurkan.     

Jasad-jasad ini sangat kuat!     

Kultivator itu terkejut saat menyaksikan hal ini. Jasad-jasad itu ternyata mampu menembus serangannya. Jika mereka sudah sekuat ini meskipun dalam bentuk jasad, lalu seperti apakah tingkat kultivasi mereka saat masih hidup?     

Kemungkinan besar, semua kultivator yang dikubur di dalam makam berbentuk menara ini bukanlah sosok-sosok biasa.     

Tetua Ma dan yang lainnya juga mengeluarkan cahaya suci dari Jalur Agung masing-masing untuk menghadapi jasad-jasad yang semakin mendekat. Namun, jasad-jasad itu mengabaikan semua perlawanan yang dilancarkan pada mereka dan terus menekan ke depan. Mereka sudah tidak bernyawa dan tidak takut mati, jadi mereka terus bergerak ke depan.     

Banyak perlawanan yang dilakukan oleh para kultivator dihancurkan oleh terjangan mengerikan dari jasad-jasad tersebut. Ye Futian dan kelompoknya bukanlah satu-satunya pihak yang diserang. Semakin banyak jasad yang terkubur di dalam makam berbentuk menara itu yang bermunculan dan menerjang ke arah yang berbeda-beda. Jumlah jasad yang melancarkan serangan terus meningkat. Dan saat ini, mereka tampak seperti pasukan dewa kematian. Itu adalah sebuah pemandangan yang mengerikan untuk dilihat.     

*Whoosh* Banyak tirai cahaya bintang tiba-tiba muncul dimana-mana dengan menjadikan Ye Futian dan kelompoknya sebagai titik pusatnya. Renhuang Chen mengangkat tongkatnya, dan area di sekitarnya langsung menjadi area Jalu Agung miliknya. Semakin banyak retakan yang muncul di makam berbentuk menara itu, dan semakin banyak jasad yang ikut melancarkan serangan terhadap para kultivator yang berada di sana. Namun, pergerakan mereka dihalangi oleh tirai-tirai cahaya bintang. Tidak ada satu pun dari mereka yang bisa menembus pertahanan yang dibentuk oleh Renhuang Chen.     

Meski begitu, jasad-jasad itu masih terus menabrakkan diri pada tirai-tirai cahaya itu dan membuatnya bergetar hebat.     

Pada saat ini, suara geraman penyu hitam ini menjadi semakin keras. Ye Futian memandang ke depan dan melihat bahwa, dari dalam makam itu, muncul lingkaran-lingkaran cahaya suci yang kemudian berubah menjadi sebuah melodi yang unik. Melodi itu dipenuhi dengan kesedihan yang luar biasa di dalamnya.     

*Boom* Terdengar suara ledakan yang keras, dan jasad lainnya kembali muncul. Jasad ini masih dalam keadaan utuh dan mengenakan jubah berwarna biru. Rambutnya bahkan masih berwarna hitam legam, seolah-olah tidak terpengaruh oleh berlalunya waktu.     

Melodi itu terus terdengar dari dalam makam dan menerobos masuk ke dalam jasad berjubah biru itu. Dalam sekejap, jasad itu membuka matanya, seolah-olah dia telah terbangun dari kematian.     

Rambutnya yang berwarna hitam legam menari-nari di udara. Sementara itu di arah yang berbeda, muncul beberapa jasad lain yang berada di tingkatan yang sama dengan jasad berjubah biru itu. Tekanan yang dipancarkan oleh jasad-jasad ini cukup kuat untuk membuat sosok-sosok terkemuka dari berbagai macam pasukan merasa terancam.     

"Hati-hati. Jasad-jasad ini adalah kultivator yang telah melewati Ujian Para Dewa ketika mereka masih hidup," sebuah suara bergema di udara, mengingatkan semua kultivator untuk waspada terhadap jasad-jasad yang baru saja terbangun ini. Kemampuan bertarung mereka sangatlah mengejutkan.     

Seberkas cahaya berwarna biru melesat, dan jasad berjubah biru itu pun menerjang ke tempat dimana Ye Futian dan kelompoknya berada, Kecepatannya sungguh mencengangkan.     

Dia mengulurkan tangannya dan mengirimkan serangan telapak tangan menuju tirai-tirai cahaya bintang yang terbentuk dari kekuatan Jalur Agung milik Renhuang Chen. Tirai-tirai itu pun bergetar hebat akibat tabrakan yang terjadi. Kemudian, banyak retakan muncul di semua tirai tersebut.     

Ekspresi Renhuang Chen dan yang lainnya berubah saat menyaksikan hal ini. Jasad-jasad ini ternyata sangat kuat.     

Karena kota di punggung penyu hitam ini dalam keadaan porak-poranda, maka kemungkinan besar penyu hitam ini telah mengitari area kosong untuk waktu yang sangat lama. Namun, setelah bertahun-tahun lamanya, jasad-jasad itu tidak hanya masih dalam kondisi baik, bahkan pakaian yang mereka kenakan juga tidak lapuk.     

Sekarang, jasad-jasad itu bergerak seolah-olah mereka telah dihidupkan kembali. Situasi saat ini benar-benar sulit untuk dipercaya.     

*Boom* Semakin banyak retakan yang terbentuk di permukaan tirai-tirai itu. Renhuang Chen mengangkat tongkatnya dan mengarahkannya ke depan. Disertai dengan suara ledakan yang keras, tirai cahaya bintang itu akhirnya hancur berkeping-keping. Akan tetapi, tirai-tirai itu langsung digantikan oleh sebilah pedang bintang raksasa, yang langsung melesat menuju jasad berjubah biru itu.     

Jasad berjubah biru itu tidak menunjukkan niat untuk menghindari pedang tersebut. Bahkan dia benar-benar menggunakan tangannya untuk mencengkeram pedang itu. Kekuatan yang dibawa oleh pedang ilahi itu membuat jasad itu terdorong ke belakang. Namun, pada saat yang bersamaan, pedang ilahi itu juga hancur sedikit demi sedikit.     

Di sisi lain, Ye Futian masih berdiri di tempatnya dan mendengarkan semuanya dengan seksama.     

Rupanya ada sebuah melodi yang sedang dimainkan di sana.     

Dia mendengar sebuah melodi yang muncul dari dalam makam itu dan mempengaruhi jasad-jasad ini. Sepertinya mereka semua terbangun dan menjadi agresif akibat melodi tersebut.     

Ye Futian terus mendengarkan melodi itu dengan seksama. Itu adalah sebuah lagu yang sangat menyedihkan. Suara geraman Penyu Naga itu muncul beriringan dengan lagu tersebut. Saat Ye Futian mendengarkan dengan seksama, kesedihan yang mendalam juga muncul di dalam dirinya; seolah-olah dia tidak memiliki kendali atas perasaannya sendiri.     

Siapa yang memainkan lagu ini? Ye Futian bertanya-tanya sambil memandang makam yang berada jauh di depannya. Sebenarnya apa yang tersimpan di dalam makam itu?     

"Aku harus pergi ke suatu tempat. Paman Ma, tolong temani aku," ujar Ye Futian secara tiba-tiba. Tetua Ma menatapnya dan mengangguk sebagai tanggapan. Cahaya yang menyilaukan tiba-tiba menyinari tubuh Ye Futian. Kemudian, dia memasuki salah satu jurang kegelapan yang terbentuk dari ruang hampa yang terkoyak itu, sementara Tetua Ma mengikutinya dari belakang.     

Ye Futian ingin pergi ke Prefektur Ilahi, tepatnya ke Desa Empat Sudut dan membawa jasad suci Kaisar Agung Shenjia ke reruntuhan ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.