Jalan Pulang
Jalan Pulang
Rasanya seolah-olah mereka adalah para kultivator yang telah melewati Ujian Para Dewa.
Renhuang Chen dari Istana Kekaisaran Ziwei dan sosok-sosok terkemuka dari berbagai macam pasukan tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikan perlawanan jasad-jasad kuno ini. Bagaimanapun juga, jasad-jasad ini sudah mati, dan mereka tidak terpengaruh oleh serangan yang dilancarkan oleh para kultivator yang berada di sana. Di sisi lain, nyawa para kultivator ini berada dalam bahaya begitu mereka menerima serangan dari jasad-jasad yang kuat ini.
Terlebih lagi, melodi yang dimainkan dari makam itu menjadi semakin kuat seiring berjalannya waktu. Hal ini menyebabkan semua jasad itu jadi semakin agresif.
Pada akhirnya, semua kultivator terpaksa mundur. Setelah para kultivator itu pergi meninggalkan punggung sang Penyu Naga, jasad-jasad kuno itu pun berhenti mengejar mereka. Kemudian, jasad-jasad itu kembali ke dalam makam, dan melodi itu juga menghilang. Segala sesuatu di atas punggung sang Penyu Naga perlahan-lahan kembali normal; seolah-olah tidak terjadi apa-apa di sana.
Para kultivator kini berdiri di area kosong di sekitar sang Penyu Naga. Badai-badai yang mengerikan masih terus bermunculan dari jurang-jurang yang ada di sana. Para kultivator itu diselimuti oleh cahaya suci dari Jalur Agung sehingga mereka dapat menahan dampak dari badai yang bergejolak itu. Pada saat yang bersamaan, mereka melakukan perjalanan di udara dan mengikuti Penyu Naga itu di dekatnya. Para kultivator dan Penyu Naga itu bergerak dengan kecepatan yang sama serta menuju ke arah yang sama.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya seorang kultivator dari salah satu pasukan terkemuka di Dunia Kegelapan. Orang-orang di sekitarnya saling memandang satu sama lain untuk mencari jawabannya. Beberapa dari mereka mengarahkan pandangan mereka pada kota kuno di atas punggung sang Penyu Naga. Seberkas cahaya samar-samar masih berkilauan di tengah-tengah makam yang porak-poranda itu.
Seorang kultivator tingkat atas menganalisis situasi saat ini dan berkata, "Kekuatan yang mengendalikan jasad-jasad kuno ini berasal dari dalam makam itu. Terlebih lagi, kekuatan ini berada di tingkat Kaisar Agung. Karena ada kekuatan seorang kaisar di sana dan kekuatan itu dapat mengendalikan melodi tersebut, untuk sementara kita dapat menyimpulkan bahwa ada aura Kaisar Agung yang tertinggal di dalam reruntuhan ini. Aura Kaisar Agung itulah yang membuat Penyu Naga ini mampu bergerak di area kosong selama bertahun-tahun. Aura itu juga dapat memanfaatkan melodi yang ada di sana untuk membangkitkan jasad-jasad kuno itu." Para kultivator lainnya mengangguk setuju ketika mereka mendengar kata-katanya.
"Kita harus mengumpulkan lebih banyak kultivator di sini."
Mereka semua merasa bahwa situasi saat ini cukup rumit. Banyak pasukan terkemuka dari Prefektur Ilahi, Dunia Kegelapan, dan Dunia Empty Divine telah berkumpul di sini. Namun, meskipun mereka telah bekerja sama, mereka masih tidak bisa mengendalikan Penyu Naga yang membawa reruntuhan kuno di punggungnya ini. Karena mereka tidak dapat menjelajahi reruntuhan itu secara langsung, mereka hanya bisa meminta datangnya bala bantuan yang lebih kuat.
Tidak lama kemudian, terdengar suara gemuruh yang mengerikan di udara. Penyu Naga itu terus bergerak melewati ruang hampa ke arah tertentu dan meninggalkan retakan-retakan yang mengerikan di belakangnya. Badai-badai itu pun terus menerus bergejolak. Para kultivator dari berbagai macam pasukan ini sangat ingin mencoba peruntungan mereka. Beberapa dari mereka kembali berupaya untuk menjelajahi reruntuhan tersebut. Namun, mereka langsung dikepung, diserang oleh jasad-jasad kuno itu, dan dipaksa untuk mundur.
Oleh karena itu, muncul sebuah pemandangan yang aneh di area kosong itu. Penyu Naga yang membawa sebuah kota, atau lebih tepatnya sebuah makam di punggungnya itu terus bergerak melewati ruang hampa dan menimbulkan keributan besar saat dia bergerak. Banyak kultivator dari berbagai macam pasukan terkemuka, termasuk beberapa sosok terkemuka di dalamnya mengikuti penyu hitam itu dari belakang. Pemandangan itu sangatlah mengejutkan.
Pemandangan ini berlangsung untuk beberapa saat. Penyu Naga yang membawa kota yang hancur di punggungnya itu perlahan-lahan mendekati wilayah dimana 3.000 Dunia Jalur Agung berada.
Untungnya, 3.000 Dunia Jalur Agung tersebar luas satu sama lain. Ada jarak yang besar di antara masing-masing dunia. Area kosong di antara setiap dunia jauh lebih besar daripada luas total dari 3.000 Dunia Jalur Agung. Oleh sebab itu, Penyu Naga yang menyedihkan ini mungkin belum tentu akan bertabrakan dengan dunia mana pun.
Akan tetapi, walaupun terjadi tabrakan antara Penyu Naga ini dan sebuah dunia, maka dunia itu kemungkinan besar akan dihancurkan oleh kekuatan yang dibawa oleh monster ini.
Lord Taixuan dan yang lainnya hanya bisa berdoa dalam hati saat mereka menyaksikan pergerakan Penyu Naga ini. Mereka tidak cukup kuat untuk menghentikannya.
…
Di sisi lain, Ye Futian dan Tetua Ma berhasil kembali ke Prefektur Ilahi dengan bantuan benda ilahi yang diberikan oleh Puteri Donghuang pada Ye Futian kala itu. Namun, mereka mendarat di Wilayah Donghua. Mereka pun bergegas melintasi ruang hampa dan bergerak menuju Wilayah Shangqing. Tujuan mereka adalah Desa Empat Sudut.
Tetua Ma tentu saja bisa memahami kenapa Ye Futian ingin kembali ke sana. Setelah diserang oleh jasad-jasad kuno di punggung Penyu Naga itu, keduanya mengerti bahwa para kultivator dari berbagai macam pasukan itu kemungkinan besar tidak bisa melakukan apa-apa akan hal tersebut.
Dalam kondisi seperti itu, Ye Futian tidak bisa ikut terlibat dalam pertarungan. Dengan kemampuannya saat ini, dia bahkan tidak layak untuk berpartisipasi dalam pertempuran tersebut. Oleh karena itu, dia harus kembali ke Desa Empat Sudut dan membawa jasad suci Kaisar Agung Shenjia bersamanya. Baru pada saat itulah Ye Futian memiliki kesempatan untuk bertarung melawan pasukan lain demi memperebutkan harta karun yang tersimpan di dalam reruntuhan itu.
Tetua Ma mahir dalam menggunakan kekuatan ruang dan waktu. Oleh karena itulah, mereka mampu mencapai Wilayah Shangqing dari Wilayah Donghua dalam waktu singkat. Tidak lama kemudian, mereka pun tiba di Benua Empat Sudut.
Kembalinya Ye Futian dan Tetua Ma menimbulkan keributan cukup besar di Desa Empat Sudut. Ling Kecil, Fang Cun, dan dua remaja lainnya berkumpul di sekitar mereka. Namun, Ye Futian tidak bisa membuang-buang waktu di sini. Dia langsung pergi ke sekolah untuk menemui sang guru.
Di dalam sekolah, sang guru sedang bermeditasi dengan mata terpejam. Ye Futian menghampirinya dan membungkuk hormat, lalu menyapanya, "Tuan."
"Apakah kau datang kemari untuk mengambil jasad suci itu?" Sang guru bertanya pada Ye Futian begitu dia membuka matanya. Tampaknya dia sudah mengetahui maksud Ye Futian untuk datang kemari.
"Ya." Ye Futian mengangguk pelan.
"Apakah sesuatu telah terjadi di Dunia Asal?" sang guru bertanya. Karena Ye Futian datang jauh-jauh dari Dunia Asal untuk mengambil jasad suci Kaisar Agung Shenjia, sudah jelas bahwa ada sesuatu yang telah terjadi di sana dan Ye Futian membutuhkan kekuatan dari jasad suci tersebut.
Ye Futian pun menjelaskan situasi yang dia hadapi pada sang guru, "Di area kosong dari Dunia Asal, telah muncul seekor Penyu Naga di sana. Penyu ini membawa sebuah kota yang telah hancur di punggungnya. Selain itu, ada sebuah makam di kota itu yang berisi banyak jasad kuno di dalamnya. Sebuah melodi dimainkan dari dalam makam tersebut, dan melodi itu mampu mengendalikan jasad-jasad kuno yang ada di sana. Hal ini sangat berbahaya. Terlebih lagi, kemampuan bertarung jasad-jasad kuno itu juga sangat mengejutkan."
"Seekor Penyu Naga yang membawa sebuah kota di punggungnya, atau lebih tepatnya sebuah makam..." sang guru bergumam. "Penyu itu sedang mencari jalan pulang, dan kemungkinan besar dia tidak akan bisa melakukannya."
"Apakah anda mengetahui apa yang sedang terjadi?" Ye Futian menunjukkan ekspresi aneh di wajahnya. Penyu itu sedang mencari jalan pulang?
Pertempuran yang telah menyebabkan runtuhnya Jalur Surgawi di masa lalu juga dikenal sebagai Zaman Keruntuhan Para Dewa. Sosok-sosok terkemuka yang tak terhitung jumlahnya binasa, dan banyak dewa tewas terbunuh kala itu. Bahkan Kaisar Agung Ziwei harus menyegel auranya di dalam Pecahan Ziwei agar dia bisa tetap melindungi tempat itu.
Semakin lama berinteraksi dengan sang guru, dia semakin merasa bahwa sang guru adalah sosok yang sangat misterius. Kemungkinan besar, sang guru adalah salah satu sosok terkemuka dari zaman kuno. Mungkin saja dia mengetahui apa yang telah terjadi di masa lalu dan misteri dibalik Penyu Naga serta makam itu.
"Ya, aku mengetahuinya," sang guru mengaku sambil menganggukkan kepalanya. "Kau bisa melihatnya sendiri."
Saat sang guru mengatakan hal ini, satu sosok muncul di samping Ye Futian. Itu adalah tubuh Kaisar Agung Shenjia. Cahaya suci dari Jalur Agung menyelimuti tubuh itu, dan memancarkan aura yang tak terduga. Tubuh itu mirip dengan sosok dewa yang sesungguhnya. Ye Futian memandangnya. Kemudian, dia bergerak ke arahnya, dan seberkas cahaya suci mengalir dari tubuh Ye Futian ke dalam tubuh Kaisar Agung Shenjia. Kedua cahaya suci ini membentuk suatu resonansi, dan Ye Futian akhirnya menyimpan jasad suci Kaisar Agung Shenjia di dalam tubuhnya.
"Sekarang pergilah. Aku akan mengantarmu sehingga kau tidak perlu melakukan perjalanan jauh lagi," ujar sang guru. Setelah itu, sebuah kekuatan yang samar menyelimuti tubuh Ye Futian dan Tetua Ma. Kemudian tubuh keduanya melesat keluar dari Desa Empat Sudut.
Tampaknya sang guru ingin mengirim mereka berdua kembali ke Dunia Asal!