Legenda Futian

Terlalu Kuat



Terlalu Kuat

2"Mo Ke!" Tetua Agung dari Klan Awan Iblis menerobos pertahanan yang dibentuk oleh Tetua Ma dan memandang sosok di bagian bawah, yang kini menghilang tak bersisa. Kedua matanya memerah, dan gelombang kekuatan yang mengerikan mengalir dari tubuhnya.     

Mo Ke telah tewas dibunuh dengan cara yang menyedihkan. Dia bahkan tidak diberi kesempatan untuk bereaksi, dan Mo Ke tidak sendirian; para kultivator dari Klan Awan Iblis juga dibunuh dengan satu serangan. Mereka semua telah dibantai.     

Tetua Agung dari Klan Awan Iblis itu mengangkat kepalanya dan memandang ke arah Si Buta Tie. Kedua matanya yang berwarna hitam legam dipenuhi oleh keinginan membunuh yang mengerikan.     

Namun, Si Buta Tie mengabaikan tatapan matanya. Dia sudah bertahun-tahun lamanya memiliki palu ini, namun hatinya saat ini tidak dipenuhi oleh kegembiraan, melainkan ketenangan.     

Di masa lalu, dia dan Mo Ke sangat dekat dan sudah menganggap satu sama lain sebagai saudara sendiri. Tapi dia tidak pernah menyangka bahwa Mo Ke akan mengkhianatinya. Berkat teknik pengintaian miliknya-lah dia mampu menyelamatkan nyawanya sendiri.     

Selama bertahun-tahun, dia berambisi untuk membunuh Mo Ke dan membalas dendam.     

Sekarang, ambisinya itu telah terwujud. Dia telah menyelesaikan masalah yang sangat berarti dalam hidupnya itu.     

Ye Futian dan kelompoknya memandang Si Buta Tie dan tampaknya mereka bisa menebak kondisi pikirannya saat ini. Tidak ada kesedihan maupun kegembiraan di sana. Mungkin yang ada hanyalah rasa lega.     

Keberuntungan dan kemalangan selalu berjalan beriringan. Jika bukan karena hal-hal yang terjadi kala itu, dia mungkin tidak akan kembali ke Desa Empat Sudut, dan pola pikirnya tidak akan menjadi seperti ini. Selain itu, dia tidak akan memiliki kesempatan untuk mencapai Renhuang Plane tingkat kesembilan. Semuanya telah ditentukan oleh takdir.     

Mo Ke telah menyia-nyiakan bakatnya dengan melakukan pengkhianatan kala itu. Dan kali ini, satu ayunan palu telah membuatnya ketakutan setengah mati. Kalau begitu, apakah semua upayanya di masa lalu pada akhirnya membuahkan hasil?     

Si Buta Tie menghadap ke tempat dimana Tetua Agung dari Klan Awan Iblis itu berada, kemudian dia berkata, "Paman Ma, aku akan pergi ke sana."     

Saat ini, Tetua Ma dan sang Tetua dari Klan Awan Iblis sedang berhadapan satu sama lain. Dia mengangguk ketika mendengar kata-kata Si Buta Tie, kemudian dia pun menepi, membukakan jalan bagi Si Buta Tie untuk lewat.     

Setelah dia masuk ke dalam area tersebut, kini Si Buta Tie dan sang Tetua Agung dari Klan Awan Iblis yang berhadapan satu sama lain. Keduanya berada di atas semua orang, dan masing-masing dari mereka mengeluarkan kekuatan Jalur Agung yang mengerikan.     

"Kau adalah dalang dibalik semua yang terjadi kala itu. Kau yang membuat Mo Ke melakukannya," ujar Si Buta Tie. Nada bicaranya masih terdengar sangat tenang. Rasanya seolah-olah dia sama sekali tidak terpengaruh oleh semua ini, dan dia hanya ingin segera mengakhirinya sampai di sini saja.     

"Ya," Tetua Agung dari Klan Awan Iblis mengakuinya secara terang-terangan. Tentu saja itu adalah perintahnya. Jika bukan karena dirinya, bagaimana mungkin Mo Ke bisa melakukannya? Dan bagaimana mungkin dia bisa meraih keberhasilan? Bagaimanapun juga, Si Buta Tie bukanlah sosok biasa kala itu.     

"Mm." Si Buta Tie tidak berkata apa-apa lagi. Dia hanya mengangguk dengan tenang. Mereka berdua sama-sama tidak suka banyak bicara, dan mereka jelas tidak perlu melakukan hal tersebut. Ini adalah masalah antara hidup dan mati. Salah satu dari mereka berdua pasti akan mati di sini.     

Namun, sosok yang akan mati di sini hari ini kemungkinan besar adalah Tetua Agung dari Klan Awan Iblis. Dengan adanya begitu banyak kultivator di sekelilingnya, dia tidak mungkin bisa membunuh Si Buta Tie.     

Jadi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak—Tetua Agung dari Klan Awan Iblis akan binasa hari ini.     

Sebenarnya, semua orang memahami bahwa ini merupakan hasil akhir yang sangat masuk akal, termasuk bagi Tetua Agung dari Klan Awan Iblis. Ketika para kultivator dari Akademi Heavenly Mandate tiba di sini bersama dengan seseorang yang telah melewati Ujian Para Dewa, bagaimana mungkin dia bisa berharap untuk membunuh Si Buta Tie?     

"Selama pertempuran di Akademi Heavenly Mandate berlangsung, kau mengatakan bahwa orang-orang dari Prefektur Ilahi saling membantai satu sama lain. Tapi sekarang, kau malah memimpin Akademi Heavenly Mandate dalam pertempuran melawan Prefektur Ilahi. Luar biasa," ujar sang Tetua Agung dari Klan Awan Iblis dengan nada dingin. Tapi saat dia mengatakan hal ini, dia sudah merasa sedikit gugup.     

Mereka bahkan belum mulai bertarung, namun dia sudah merasa gugup. Oleh sebab itulah dia mengatakan hal tersebut. Jika tidak, mungkin pembantaian telah dimulai di sana.     

Tetua Agung dari Klan Awan Iblis sudah mengetahui seperti apa takdir yang menantinya.     

"Ini adalah dendam antara kau dan Desa Empat Sudut. Lalu apa hubungannya dengan Akademi Heavenly Mandate?" ujar Tetua Ma sambil mengalihkan pandangannya ke arah Tetua Agung dari Klan Awan Iblis. "Kala itu, kau telah membutakan matanya, hampir membunuhnya, dan menjarah salah satu Teknik Ilahi dari Desa Empat Sudut. Apa yang salah dengan tindakan kami yang datang kemari untuk membayar tindakanmu di masa lalu?"     

"Aku juga punya pertanyaan, kenapa orang-orang dari Akademi Heavenly Mandate ikut terlibat dalam perselisihan terkait Desa Empat Sudut ini?" tanya Tetua Agung dari Klan Awan Iblis sambil memandang tirai cahaya bintang di atas langit. Jika bukan karena tirai bintang itu, dia tidak akan tertahan di sini. Dia bisa saja melarikan diri.     

"Sayangnya, kau tidak tahu bahwa aku adalah penduduk dari Desa Empat Sudut. Jadi, aku juga berhak untuk ikut campur dalam masalah ini," ujar Ye Futian sambil memandang ke arah Tetua Agung dari Klan Awan Iblis di kejauhan.     

Sang Tetua Agung membalas tatapan matanya. Kekuatan iblis terpancar dari tubuhnya dan memenuhi area yang luas ini.     

*Whoosh* Tubuh Tetua Agung dari Klan Awan Iblis itu tiba-tiba menghilang dari tempatnya, yang ternyata berubah menjadi seberkas cahaya iblis yang langsung menembus udara.     

Ye Futian mengerutkan keningnya. Dia bisa merasakan dengan jelas aura yang mengancam di sana. Saat dia bersiap untuk bergerak, ada satu sosok yang tiba di sampingnya. Itu adalah Renhuang Chen, yang tubuhnya diselimuti oleh cahaya bintang dan berubah menjadi sebuah tirai cahaya pelindung yang mengelilingi Ye Futian.     

Namun, cahaya iblis itu melesat ke atas langit, seolah-olah cahaya itu telah berubah arah secara tiba-tiba, yang kemudian terus melesat ke ketinggian. Sudah jelas, target sang Tetua Agung bukanlah Ye Futian. Tindakannya barusan adalah sebuah pengalihan sehingga dia bisa melarikan diri dari area tersebut.     

Dia memang sangat marah dan dipenuhi oleh keinginan membunuh, namun keinginannya untuk tetap hidup saat ini jauh melebihi dua hal tersebut. Oleh sebab itulah, Tetua Agung dari Klan Awan Iblis kini tidak ingin membalas dendam—dia hanya ingin melarikan diri dari tempat ini.     

*Brak* Suara ledakan yang keras membelah udara saat sebuah palu berwarna hitam muncul di udara dan menghantam tirai bintang tersebut, sehingga menghasilkan banyak retakan di permukaannya. Itu tentu saja adalah serangan yang dilancarkan oleh Tetua Agung dari Klan Awan Iblis. Dia ingin meruntuhkan kekuatan penyegel ini dan melarikan diri dari area tempat dia dikurung ini.     

Namun, apakah dia mampu melakukannya?     

Cahaya bintang yang menyelimuti Renhuang Chen bersinar terang saat dia mengangkat tongkatnya. Tiba-tiba, cahaya bintang yang menyilaukan itu melesat ke udara, memperbaiki retakan-retakan yang terbentuk di permukaan tirai cahaya bintang tersebut. Dalam sekejap, tirai cahaya itu terlihat seperti baru lagi. Rasanya seolah-olah semua retakan itu tidak pernah ada di sana. Jika Tetua Agung dari Klan Awan Iblis mencoba untuk menghancurkannya, hal itu hampir mustahil untuk dilakukan, karena perbedaan tingkat kultivasi di antara mereka terlalu besar.     

Pada saat ini, cahaya suci bersinar terang dan mengalir di antara langit dan bumi. Kekuatan ilahi yang menakjubkan menyebar di udara. Ekspresi sang Tetua Agung berubah saat dia memandang ke satu arah dan melihat bahwa Si Buta Tie sepertinya telah menyatu dengan sosok dewa yang dia ciptakan sebelumnya. Tubuhnya diselimuti oleh baju zirah keemasan, dan kekuatan ilahi yang tak terbayangkan terpancar darinya.     

Tetua Agung dari Klan Awan Iblis bahkan bisa mendeteksi adanya jejak aura dari seorang Kaisar Agung di tubuh Si Buta Tie.     

*Boom* Sebuah palu ilahi jatuh dari atas langit, yang dikerahkan pada sang Tetua Agung dari Klan Awan Iblis. Jumlah tekanan yang dibawa oleh palu itu membuat area di sekitarnya membeku. Dan Tetua itu sendiri juga terpaku di tempatnya saat dia merasakan kekuatan yang tak tertandingi ini.     

"Sepertinya kemampuan bertarungmu sekarang termasuk salah satu yang terhebat, Paman. Serangan ini sungguh luar biasa," ujar Ye Futian sambil memandang cahaya suci di hadapannya. Begitu dia mengatakan hal ini, palu hitam itu kembali diayunkan, dan sosok-sosok mengerikan muncul di udara. Tapi mereka tidak bisa menghentikan serangan ini. Suara ledakan yang keras kembali terdengar, dan tubuh Tetua Agung dari Klan Awan Iblis itu dihempaskan ke belakang. Area dimana dia berada sebelumnya tampak terbelah saat cahaya suci yang mengerikan itu bergejolak di udara.     

Saat ini, Si Buta Tie tampaknya telah berubah wujud menjadi seorang dewa. Dia terus berjalan ke depan sambil mengayunkan palunya ke arah sang Tetua Agung semudah air yang mengalir.     

Serangannya tampak sederhana, namun menyimpan kekuatan yang dahsyat di dalamnya. Dia memiliki kekuatan yang tak terbatas.     

*Boom* Suara ledakan yang keras kembali terdengar, dan udara tampak berguncang saat tubuh Tetua Agung dari Klan Awan Iblis lagi-lagi dihempaskan ke udara, dan darah tampak mengalir dari mulutnya. Sepertinya dia telah dihancurkan dan tidak lagi memiliki kekuatan untuk melawan balik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.