Balas Dendam
Balas Dendam
Klan Awan Iblis juga sedang berada di Dunia Imperial.
Di suatu kota kuno yang berada di dalam Dunia Imperial, Tetua Agung dari Klan Awan Iblis sedang berkultivasi di sana. Akhir-akhir ini, mereka berusaha tidak menarik perhatian. Dan tidak hanya mereka, pasukan-pasukan dari Prefektur Ilahi juga melakukan hal yang sama. Tidak ada satu pun dari mereka yang ingin membuat keributan.
Memori terkait pertempuran kala itu masih segar di dalam benak mereka. Belum lama ini, Ye Futian dan banyak kultivator di bawah komandonya hampir memusnahkan beberapa Renhuang dari salah satu pasukan terkemuka di Dunia Kegelapan. Sehingga sudah jelas, pasukan-pasukan dari Prefektur Ilahi jadi ragu-ragu untuk menimbulkan masalah lagi.
Sebenarnya, Klan Awan Iblis memiliki beberapa konflik dengan Ye Futian sebelumnya. Ketika dia berusaha memahami jasad suci Kaisar Agung Shenjia di Wilayah Shangqing, Mo Ke bersikap sangat tidak sopan pada Ye Futian. Kemudian mereka juga ikut pergi ke Desa Empat Sudut.
Karena itulah, Klan Awan Iblis tidak ingin membuat keributan di Dunia Asal. Bagaimanapun juga, Dunia Asal saat ini berada dalam wilayah kekuasaan Ye Futian.
Namun pada saat ini, sang Tetua Agung, yang sedang berkultivasi, tiba-tiba mengerutkan kening, dan ada sedikit kegelisahan di dalam hatinya; rasanya ada sesuatu yang tidak beres. Kumpulan awan iblis bergulung dan bergejolak ke sekelilingnya saat dia mengerutkan keningnya.
Tiba-tiba, kedua matanya terbuka, dan sepasang mata berwarna hitam pekat itu memandang ke kejauhan; ekspresinya pun ikut berubah.
"Pergi dari sini sekarang juga," ujar sang Tetua Agung dari Klan Awan Iblis. Dia menghilang dari tempatnya dan muncul kembali di depan Mo Ke. Dengan satu ayunan tangannya, sekelompok anggotanya langsung dibawa ke atas langit.
Dalam sekejap, tubuhnya melesat ke arah langit, jauh menuju ke ketinggian.
Namun pada saat yang bersamaan, langit tiba-tiba tampak tertutup rapat ketika pancaran cahaya bintang yang mengerikan bersinar terang dan berubah menjadi sebuah tirai cahaya bintang, yang menutupi area tersebut. Ada satu sosok yang muncul di atas langit, dan Renhuang Chen-lah yang telah menyegel area ini.
Tetua Agung dari Klan Awan Iblis berhenti bergerak dan kini melayang di udara dengan didampingi oleh Mo Ke tidak jauh di belakangnya. Keduanya adalah kultivator kuat dari Klan Awan Iblis, dan saat ini, ekspresi keduanya tidak terlihat senang.
Renhuang Chen, sang kultivator dari Pecahan Ziwei yang telah melewati Ujian Para Dewa, kini telah menghalangi jalan mereka.
Sementara itu di kejauhan, sekelompok kultivator datang dalam formasi yang menakjubkan. Pria berpakaian putih dan berambut abu-abu yang memimpin kelompok itu adalah Ye Futian. Di sebelahnya ada seorang pria paruh baya berpakaian sederhana. Meskipun dia tidak bisa melihat, ada aura menakjubkan yang menyebar dari tubuh pria itu. Baik Tetua Agung dari Klan Awan Iblis maupun Mo Ke bisa merasakan tekanan yang samar menimpa tubuh mereka. Pria itu tidak lain adalah Si Buta Tie.
Si Buta Tie memang tidak bisa melihat, tetapi ketika dia berdiri di sana, Mo Ke merasa seolah-olah ada tatapan mata seseorang yang ditujukan pada dirinya. Perasaan itu begitu jelas sehingga dia secara otomatis mengetahui siapa itu. Meskipun pria itu tidak menggunakan matanya, Mo Ke merasa bawah sensasi ini jauh lebih tajam daripada tatapan mata pada umumnya.
"Kau telah meraih terobosan?!" Mo Ke bisa merasakan kekuatan yang terpancar dari sosok Si Buta Tie, dan ekspresi wajahnya menjadi sangat menarik untuk dilihat. Dahulu, dia telah membuat Si Buta Tie terluka parah dan membutakan matanya. Selain berhasil pulih dari luka yang begitu parah, Si Buta Tie juga telah melampaui belenggu dari tingkat Plane-nya dan menginjakkan kaki di Renhuang Plane tingkat kesembilan, yang merupakan tahap penyempurnaan dari Renhuang Plane.
Ini adalah tingkat Plane yang selama ini dia impikan, tapi sekarang, Si Buta Tie telah mencapai tingkat Plane ini lebih dulu. Dan kini, Si Buta Tie sedang mengincarnya.
Dia sangat menyadari kenapa pria itu berada di sini—untuk membalaskan dendamnya di masa lalu.
Tetua Agung dari Klan Awan Iblis juga bisa merasakannya. Dia menatap Si Buta Tie dan bertanya-tanya peluang macam apa yang telah dia temukan untuk bisa mematahkan belenggu tingkat Plane-nya dengan begitu cepat dan menginjakkan kakinya di puncak Renhuang Plane. Apakah semua ini bisa terjadi berkat bantuan langit berbintang?
Si Buta Tie terus bergerak ke depan saat cahaya suci Jalur Agung terpancar dari tubuhnya, dan ada kemarahan yang terpendam di dalam cahaya ini. Dia tiba di hadapan Mo Ke dan berkata, "Tiba saatnya untuk membalas semua perbuatanmu di masa lalu."
Ketika Si Buta Tie selesai berbicara, seberkas cahaya dari Jalur Agung ditembakkan dari sosok Si Buta Tie menuju setiap retakan yang muncul di tirai cahaya bintang. Layaknya seorang dewa perang, tubuhnya kini sepertinya telah diselimuti oleh satu set baju zirah keemasan.
Saat berada di langit berbintang, Si Buta Tie telah mendapatkan kekuatan dari warisan seorang Kaisar Agung. Meskipun itu bukanlah warisan milik Kaisar Agung Ziwei, namun sosok ini adalah Kaisar Agung yang bekerja di bawah komando Kaisar Agung Ziwei.
Satu sosok dewa perang yang berukuran sangat besar dan tampak mengintimidasi perlahan-lahan menjadi nyata, menjulang tinggi di atas langit. Layaknya seorang dewa yang sesungguhnya, sebuah kekuatan yang mengejutkan terpancar dari tubuhnya, yang cukup kuat untuk menekan dan mengejutkan dunia serta semua yang ada di dalamnya. Palu ilahi di tangannya memancarkan cahaya yang menyilaukan dan tak tertandingi, yang kemudian berubah menjadi lapisan tirai cahaya yang berputar-putar di antara langit dan bumi.
Si Buta Tie mengambil satu langkah ke depan dan berdiri di ketinggian. Sosoknya saat ini sepertinya tampak tumpang tindih dengan sosok dewa surgawi itu. Pada saat ini, Mo Ke, yang pernah berkultivasi dengan Si Buta Tie, bisa merasakan sebuah kekuatan surgawi yang tak tertandingi.
Dia menatap pria yang melayang di udara itu dan menyadari bahwa pria ini bukan lagi 'saudara' yang pernah dikenalnya, melainkan satu sosok terkemuka yang kini berada di puncak Renhuang Plane.
Tetua Agung dari Klan Awan Iblis itu juga bergerak ke depan, menghalangi tempat dimana cahaya suci itu mendarat. Kekuatan iblis di tubuhnya bergemuruh dan memancarkan ancaman yang mengerikan. Bayangan satu sosok iblis yang menakjubkan tampaknya langsung melesat ke atas langit, bertarung dengan sosok dewa surgawi itu dan menolak untuk menyerah begitu saja.
Namun pada saat ini, pancaran cahaya ruang dan waktu menyinari tempatnya berada. Satu sosok lainnya telah muncul di hadapan sang Tetua Agung dari Klan Awan Iblis. Dia adalah Tetua Ma.
"Dahulu, kau telah membutakan matanya dan menjarah Teknik Ilahi milik Desa Empat Sudut. Sekarang sudah saatnya untuk menyelesaikan masalah ini. Biarkan mereka menyelesaikan konflik di antara mereka, dan jangan khawatir, giliranmu akan segera tiba," ujar Tetua Ma dengan tenang. Cahaya ruang dan waktu bersinar terang dan menyelimuti area yang luas.
Tetua Agung dari Klan Awan Iblis itu menjadi waspada dan melesat ke atas langit. Namun, pada saat yang bersamaan, Si Buta Tie juga bergerak dari tempatnya. Sosok dewa yang memegang Palu Pelindung Ilahi itu langsung mengayunkan palu tersebut ke bawah.
*Boom* Suara tabrakan yang keras bergema di antara langit dan bumi. Kemudian, sebuah kekuatan penghancur ikut dikerahkan ke bawah, menekan dan berusaha menghancurkan semua yang ada di bawahnya.
"Awas!" Tetua Agung dari Klan Awan Iblis itu berteriak, namun langkahnya dihentikan oleh Tetua Ma, sehingga dia tidak mampu menghentikan serangan yang dilancarkan oleh Si Buta Tie.
Mo Ke berteriak dengan penuh amarah, dan sosok iblis lainnya tampaknya telah muncul di atas tubuhnya. Namun begitu cahaya suci itu tiba, bayangan iblis itu hancur seketika. Pada saat berikutnya, kekuatan itu menimpa Mo Ke, menembus tubuh fisik dan jiwa spiritualnya.
"Tidak..." Mo Ke tampak sangat ketakutan dan mengeluarkan suara jeritan yang menyedihkan. Pada saat berikutnya, tubuhnya langsung dihancurkan, menghilang seperti abu dan asap saat jiwa spiritualnya juga dimusnahkan. Di bawah serangan yang sangat dahsyat itu, dia tidak punya cara untuk menghentikannya dan langsung dilenyapkan. Kawan lamanya ini tidak mengatakan sepatah kata pun dan sama sekali tidak membuang-buang waktu.
Tapi dia bukanlah satu-satunya korban. Di sekitarnya, di bawah serangan cahaya itu, semua kultivator dari Klan Awan Iblis juga dimusnahkan, dimana masing-masing dari mereka menghilang seolah-olah mereka tidak pernah ada di dunia ini. Dimana pun cahaya suci itu melintas, tidak ada satu pun makhluk hidup yang selamat. Semuanya telah dihukum mati!