Badai Pusat Bumi
Badai Pusat Bumi
Formasi dari setiap dunia di Sembilan Dunia Jalur Supremasi tampaknya menyimpan sesuatu yang unik di dalamnya. Dunia Bayangan memiliki Batu Ilahi Bayangan di dalamnya. Lalu, bagaimana dengan Dunia Matahari?
Sebuah retakan berukuran besar telah muncul di Dunia Matahari yang porak-poranda. Itu adalah tempat dimana sang kultivator dari Gunung Dewa Matahari berdiri sebelumnya. Hawa panas mengalir keluar dari retakan tersebut, seolah-olah ada aliran lava yang muncul di sana.
"Apakah kita sudah mencapai lapisan teratas?" Hati para kultivator berdebar kencang. Kekuatan yang tersimpan di dalam pusat bumi ini telah mempengaruhi Dunia Matahari secara keseluruhan. Namun, kekuatan itu seharusnya tidak begitu dahsyat seperti saat ini. Jika tidak, Dunia Matahari akan berubah menjadi sebuah dunia api. Bagaimana mungkin makhluk hidup bisa tinggal di sini?
"Hal ini pasti disebabkan oleh Istana Divine Solar," seseorang bergumam. Kultivator lainnya mengangguk setuju. Mereka juga memiliki pemikiran yang sama. Jika tidak, maka situasinya tidak akan menjadi seperti ini.
*Boom* Kemudian, permukaan tanah terbakar habis, dan lokasi dimana Istana Divine Solar berdiri saat ini benar-benar berubah menjadi dunia api. Banyak sosok naik ke udara satu per satu. Jika mereka memandang ke bawah dari atas sana, mereka bisa melihat bahwa sebuah lubang api yang dalam telah muncul di area yang luas itu.
"Ada sebuah matriks di dalam sana." Cahaya suci bersinar dari mata semua orang. Mereka memandang kobaran api itu dan bisa melihat sebuah matriks yang kuat jauh di dalam lubang tersebut. Matriks itu tampaknya telah berubah menjadi sebuah gambar matahari. Di sekelilingnya, terdapat sebuah badai matahari yang terus menerus berputar. Badai itu berputar dan bergulung, sehingga menyebabkan kekuatan di bawah tanah itu melahap gambar matahari itu tanpa henti.
Sebuah aura yang sangat mengejutkan terpancar dari gambar matahari tersebut. Pada saat ini, semua orang akhirnya mengerti kenapa Istana Divine Sola langsung dihanguskan dan kenapa para anggotanya dibakar sampai mati. Matriks itu sangatlah kuat. Jika kekuatan di dalamnya meledak sepenuhnya, bahkan sosok-sosok terkemuka—apalagi para kultivator dari Istana Divine Solar—harus menjaga jarak, dan mereka tidak akan berani menyentuhnya.
Sebelumnya, kultivator dari Gunung Dewa Matahari itu telah meminjam kekuatan ini untuk dirinya sendiri dan menghasilkan kekuatan yang sangat dahsyat.
"Jangan mendekat. Matriks ini sudah diaktifkan untuk waktu yang lama dan selama ini melahap kekuatan ilahi yang muncul dari bawah tanah. Jika kalian berada terlalu dekat, sepertinya kalian akan dibakar menjadi abu," Renhuang Chen mengingatkan dengan suara pelan. Dia bisa merasakan dengan jelas betapa besarnya kekuatan yang ada di dalam sana.
Jika ada siapa pun yang nekad pergi ke bawah sana dan memasuki area yang dilingkupi oleh matriks tersebut, kemungkinan besar mereka akan dibakar menjadi abu. Orang-orang itu bahkan tidak mengetahui apa yang telah membunuh mereka.
Semua orang pun terdiam di tempat masing-masing dengan ekspresi aneh di wajah mereka. Situasi yang sedang mereka hadapi saat ini menunjukkan bahwa tidak akan mudah bagi mereka untuk masuk ke dalam sana.
"Kita harus menghancurkan matriks itu terlebih dahulu dan membuat kekuatan matahari itu menyebar," ujar seorang kultivator dari salah satu pasukan yang hadir di sana. Kultivator lainnya pun mengangguk setuju. Mereka juga menyadari hal ini.
"Kalau begitu, ayo kita bekerja sama dan menghancurkan matriks itu," seseorang memberi saran, yang langsung disetujui oleh banyak orang. Ye Futian memandang ke bawah dan berkata pada Renhuang Chen, "Tampaknya saya harus merepotkan anda lagi, Tetua."
Kala itu, dia berhasil mendapatkan Kekuatan Yin di Dunia Bayangan. Sekarang, tingkat Plane-nya tidak bisa dibandingkan dengan saat itu. Jika dia turun tangan secara langsung, dia yakin bahwa dia adalah orang yang memiliki peluang terbesar untuk mendapatkan benda ilahi yang tersimpan di dalam Dunia Matahari.
"Tidak masalah." Renhuang Chen memahami maksud dari ucapan Ye Futian. Dia menganggukkan kepalanya, lalu memusatkan kekuatannya sebelum dia bersiap menghancurkan matriks itu.
Meskipun matriks itu sangat kuat, namun tanpa adanya seseorang yang mengendalikannya, serangan yang dilancarkan oleh sekelompok kultivator pasti akan mampu menghancurkannya.
Saat Ye Futian dan yang lainnya menepi, mereka bisa melihat para kultivator lainnya menyatukan kekuatan Jalur Agung masing-masing, yang kemudian berubah menjadi beberapa serangan mengerikan yang langsung melesat menuju kobaran api di bagian bawah. Rentetan serangan itu langsung mendarat di dalam matriks tersebut. Dalam sekejap, Matriks Matahari itu hancur berkeping-keping. Sebuah kekuatan penghancur bergejolak dan terpancar keluar. Kobaran api menyebar ke seluruh tempat, dan dalam sekejap, segala sesuatu yang berada dalam radius puluhan ribu mil jauhnya telah dibumi-hanguskan.
Baru setelah kekuatan api mengerikan yang menyelimuti Istana Divine Solar itu menghilang, para kultivator kembali berjalan ke bawah. Tampaknya sebuah jalur menuju pusat bumi telah terbentuk di sana.
Setelah matriks itu dihancurkan, hawa panas di bagian permukaan juga telah mereda. Namun, semakin dalam mereka melangkah, semakin kuat pula aura api yang mereka rasakan.
Sebagian besar dari mereka yang masuk ke dalam sana adalah kultivator terbaik dari yang terbaik. Mereka adalah sosok-sosok terkemuka di dunia masing-masing. Tidak lama kemudian, mereka telah pergi jauh di bawah tanah. Saat mereka melangkah lebih dalam, tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk menyadari bahwa tidak ada lagi bebatuan yang dapat ditemukan di sekitar mereka; area itu telah berubah menjadi dunia api. Sepertinya tidak ada hal lain yang bisa hidup di kondisi ini.
"Lebih dalam lagi." Mereka terus menjelajah lebih dalam. Beberapa sungai api sepertinya mengalir di seluruh penjuru dunia api ini. Para kultivator bergerak melewati dan melintasi sungai-sungai tersebut. Beberapa Renhuang yang berusia cukup muda juga ikut serta di sana. Bagi para Renhuang ini, semakin jauh mereka melangkah, semakin sulit bagi mereka untuk melanjutkan perjalanan. Kekuatan pertahanan Jalur Agung di tubuh mereka berada di ambang kehancuran karena mereka tidak bisa lagi menahan serangan bertubi-tubi dari Jalur Agung Api itu.
"Aagh..." Tiba-tiba, terdengar suara jeritan yang bergema di udara. Kemudian, hembusan hawa panas menimpa seseorang dan langsung membuat tubuhnya terbakar api. Kekuatan Jalur Agung miliknya telah dihanguskan.
"Ada apa ini?" Semua orang memandang ke tempat suara itu berasal dan melihat hembusan hawa panas yang tampak berbeda dari sebelumnya. Ekspresi di wajah beberapa kultivator yang lebih kuat berubah setelah mereka merasakan kekuatan yang terkandung di dalam hawa panas itu.
"Berhenti, jangan melangkah lebih jauh lagi," ujar satu sosok terkemuka pada para Renhuang yang lebih muda dalam kelompok tersebut.
"Hawa panas itu tampak berbeda dari sebelumnya. Sepertinya kita sudah mendekati bagian pusat," ujar Renhuang Chen pada Ye Futian. Cahaya bintang menyelimuti tubuhnya saat dia berusaha melindungi Ye Futian di dalamnya.
"Tidak perlu berhenti. Saya bisa merasakannya," ujar Ye Futian. Renhuang Chen memandangnya dan mengangguk. Karena Ye Futian berkata demikian, dia pasti sangat percaya diri akan kemampuannya.
Kelompok itu pun terus berjalan ke bawah. Ekspresi Ye Futian juga menjadi serius. Sensasi ini sama seperti apa yang dia alami saat berada di Dunia Bayangan.
Saat mereka menjelajah semakin dalam, hembusan hawa panas itu menjadi semakin banyak. Bahkan sosok-sosok terkemuka kini terlihat lebih waspada daripada sebelumnya.
Ye Futian menyadari bahwa dia sudah sangat sulit untuk berjalan sekarang. Kekuatan api di area telah mencapai tingkatan yang hampir tidak bisa ditahan olehnya.
Kemudian, pada saat ini, sebuah badai yang mengerikan tiba-tiba muncul di depan mereka. Di dalam badai itu, terdapat hembusan hawa panas yang tak terhitung jumlahnya, sama seperti yang mereka lihat sebelumnya. Dalam sekejap, para kultivator itu berhenti bergerak dan menatap badai tersebut.
Rasanya seolah-olah mereka sedang berhadapan dengan matahari, dan badai itu adalah sebuah badai yang dibentuk oleh matahari tersebut.
Ekspresi para kultivator itu pun berubah. Bagaimana caranya mereka bisa masuk ke dalam sana?
Jika mereka memberanikan diri untuk masuk ke dalam badai itu, tampaknya hal itu terlalu berbahaya. Bahkan sosok-sosok terkemuka tidak bisa menjamin bahwa mereka bisa masuk dan keluar dari sana hidup-hidup.
Renhuang Chen juga menatap pemandangan di depannya. Tidak heran para kultivator dari Gunung Dewa Matahari gagal mendapatkan benda ilahi dari titik pusat Dunia Matahari ini!