Kaisar Alkimia
Kaisar Alkimia
"Setelah melewati satu gugus benua lagi, kita akan sampai di tempat tujuan kita," ujar Dewi Donglai sambil berdiri di bagian depan dan memandang ke kejauhan.
"Gugus benua?" Ye Futian berbisik.
"Mmm." jawab Dewi Donglai yang masih memandang ke depan. "Area yang luas ini memiliki beberapa gugus benua, dimana semua benua di dalamnya berada di wilayah yang sama dan saling berhubungan satu sama lain, mengelilingi benua utama dari Wilayah Donghua—Benua Dongxiao."
"Pada kenyataannya, semua gugus benua ini terletak di dalam wilayah dari Benua Dongxiao, dan hampir semua benua tersebut dapat dianggap sebagai bagian dari Benua Dongxiao. Wilayah ini memang berdiri sendiri, namun terpisah satu sama lain."
Dewi Donglai melanjutkan kata-katanya, dan berbagai macam kenangan seperti terlintas di matanya. Seolah-olah dia teringat masa lalu, tepatnya ketika dia datang kemari bersama ayahnya. Dia pernah tinggal di Benua Dongxiao selama beberapa tahun, jadi dia sepertinya mengetahui banyak hal tentang wilayah yang luas dan tak berujung ini.
Elang Angin Hitam membentangkan sayapnya dan terbang melintasi lautan awan. Mereka dapat melihat banyak kultivator karena ada sebuah benua tepat di bawah mereka, dan banyak kultivator juga melakukan perjalanan di atas langit.
Setelah tiba di wilayah dari Benua Dongxiao, mereka dapat melihat bahwa sekarang jumlah kultivator di sekitar mereka semakin bertambah, dan sesekali mereka berpapasan dengan kultivator lain yang bepergian di udara.
Saat mereka terus bergerak ke depan, mereka akhirnya tiba di langit di atas area pusat dari wilayah tersebut. Jiwa spiritual milik Dewi Donglai menyebar ke langit di bagian bawah. Sepasang mata yang indah itu sepertinya mampu menembus ruang hampa dan memandang langit di bagian bawah, lalu berkata, "Turun."
Mata Elang Angin Hitam berkilat, dan Ye Futian mengirimkan sebuah pemikiran padanya. Tiba-tiba, tubuhnya mengarah ke bawah dan terbang menukik menuju benua ini.
"Kakak senior, bukankah kita baru saja mencapai bagian terluar dari Benua Dongxiao?" Ye Futian bertanya.
"Kita akan mengunjungi seorang teman terlebih dahulu. Sebenarnya, dia bisa dianggap sebagai kakak senior bagimu," ujar Dewi Donglai. Ye Futian tertegun sejenak, lalu berkata, "Sepertinya murid ini tidak ada di dalam ingatan Dewa Tertinggi Donglai; atau mungkin ingatan yang kudapatkan kurang lengkap?"
"Dia juga tidak bisa dianggap sebagai seorang murid, tapi seseorang yang menjadi bawahannya, jadi identitasnya dapat dianggap sebagai seorang murid. Apa yang dia alami berbeda denganmu," ujar Dewi Donglai.
"Aku mengerti." Ye Futian mengangguk dan tidak bertanya lebih lanjut. Dia bisa menebak beberapa hal dari penjelasan ini. Sosok yang akan mereka temui ini pasti seorang kultivator yang sangat dipercaya oleh Dewa Tertinggi Donglai, sehingga meskipun hubungan di antara mereka bukanlah hubungan antara guru-murid yang sesungguhnya, dia dapat dianggap sebagai muridnya.
Tampaknya Dewa Tertinggi Donglai telah menghabiskan banyak waktu di area ini. Alasan mengapa Dewi Donglai membawa mereka kemari sepertinya ada hubungannya dengan hal ini; mereka mungkin memiliki banyak kenalan di tempat ini.
Elang Angin Hitam terbang melintas deretan awan dan lapisan kabut dengan cepat, menuju ketinggian yang lebih rendah, dimana bangunan-bangunan di bagian bawah dapat terlihat dengan jelas.
"Menara tertinggi di depan," Dewi Donglai bergumam, dan Elang Angin Hitam mengepakkan sayapnya dengan agresif. Dalam sekejap, tubuhnya berubah menjadi bayangan hitam yang melesat ke arah tersebut. Tidak lama kemudian, mereka tiba di perbatasan dari suatu kompleks gedung. Selain menara pencakar langit itu, banyak kuil kuno yang menjulang tinggi berdiri di sekitarnya, sehingga seperti membentuk sebuah kompleks istana kerajaan, yang terlihat sangat sakral.
"Menara Kaisar Alkimia."
Ye Futian memandang menara tertinggi yang dihiasi dengan ukiran tiga huruf kuno di permukaannya itu. Huruf-huruf itu tampaknya mengandung kekuatan Jalur Agung di dalamnya dan terlihat sangat mencolok. Menara Kaisar Alkimia tampaknya adalah sebuah tempat suci bagi para ahli alkimia.
Di bawah Menara Kaisar Alkimia, sepertinya sudah ada banyak orang yang berkumpul di sana, seolah-olah mereka sedang mengadakan sebuah perjamuan. Seorang pria paruh baya sedang duduk di kursi utama di tangga yang berada di depan menara tersebut, dan pria itu mengenakan jubah berwarna ungu dan emas. Dari tubuhnya, aura yang sangat kuat dapat terdeteksi saat dia berbicara dengan penuh semangat dengan semua orang yang berada di sekitarnya.
Namun pada saat ini, sepertinya dia merasakan sesuatu dan mengalihkan perhatiannya ke udara. Sepasang mata itu langsung menembus ruang hampa dan memusatkan fokusnya di tempat Elang Angin Hitam berada. Pada saat itu juga, Elang Angin Hitam tiba-tiba seperti menjadi sasaran tekanan dari Jalur Agung yang mengerikan. Tubuhnya langsung terbang menukik, seolah-olah dia tidak mampu mengendalikan tubuhnya sendiri.
Akan tetapi, tekanan itu menghilang dalam sekejap saat pria paruh baya itu melihat sosok yang berada di punggung Elang Angin Hitam. Dia berdiri dari tempatnya, dan tatapan matanya tertuju pada sosok di barisan depan di atas punggung Elang Angin Hitam, Dewi Donglai.
Tekanan yang menimpa Elang Angin Hitam menurun drastis, namun tubuhnya terus menukik ke bawah, hingga akhirnya dia tiba di lokasi perjamuan. Dalam sekejap, perhatian semua orang tertuju pada tamu tak diundang itu, yang membuat mereka sedikit terkejut. Mereka melesat dari atas langit dan mengacaukan pesta mereka. Kurang ajar sekali sikap mereka ini?
Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang angkat bicara. Melihat dari pergerakan dan tatapan mata sang tuan rumah, mereka sepertinya saling mengenal satu sama lain.
Pada saat berikutnya, sebuah senyuman muncul di wajah pria paruh baya itu. Dia tersenyum dan berkata, "Setelah sekian lama, aku tidak menyangka Adik Junior bisa bergabung dengan kita di sini."
"Adik Junior?" Banyak orang tampak tertarik dengan hal ini. Semua orang yang hadir di sana mengetahui bahwa Kaisar Alkimia tidak memiliki guru. Jika ada seseorang yang memiliki hubungan dekat dengannya, hanya sang Grandmaster Alkimia itu sendiri—Dewa Tertinggi Donglai—yang telah membimbingnya bertahun-tahun lalu. Kaisar Alkimia sangat mengaguminya dan memanggilnya sebagai 'guru' serta menghormatinya layaknya seorang murid.
Jadi, adik junior ini...
Apakah itu dia?
"Sudah lama sekali, ya?" ujar Dewi Donglai.
Ye Futian menyaksikan semuanya dengan tenang. Tampaknya 'murid' Dewa Tertinggi Donglai ini adalah sosok terkemuka di benua ini dan dia-lah yang mendirikan Menara Kaisar Alkimia. Banyak tamu yang hadir di perjamuan ini memiliki kemampuan kultivasi yang kuat, dimana beberapa di antara mereka adalah Renhuang tingkat atas, dan aura yang dipancarkan oleh pria paruh baya itu sangat mengerikan. Dilihat dari temperamennya, sepertinya dia berada di puncak Renhuang Plane tingkat kesembilan.
"Aku tidak menyangka Adik Junior akan datang kemari, silahkan duduk," ujar Kaisar Alkimia saat dia berdiri dari kursinya untuk menyambutnya secara pribadi. Dewi Donglai dan kelompoknya mendarat dan bergerak ke depan dengan disaksikan oleh semua orang.
Di lokasi perjamuan, perhatian semua orang tertuju pada tempat yang sama, dan seseorang berkata, "Kaisar Alkimia, apakah anda tidak ingin memperkenalkan mereka pada kami?"
"Baiklah." Kaisar Alkimia tersenyum dan mengangguk. Dia membawa Dewi Donglai ke sisinya dan menghadap semua orang, lalu berkata, "Dia adalah adik juniorku. Ketika Dewa Tertinggi Donglai sedang menjelajah, aku cukup beruntung bisa bertemu dengannya, yang telah memungkinkanku untuk bisa berada di posisiku saat ini. Aku yakin bahwa kalian semua telah mendengar apa yang terjadi setelah itu."
"Benar." Hati semua orang terguncang saat mengetahui bahwa keturunan dari Dewa Tertinggi Donglai ternyata telah pergi meninggalkan Pulau Dewa Timur dan datang kemari.
Apa pun yang terjadi pada saat itu telah menimbulkan keributan besar. Meskipun Pulau Dewa Timur dan Benua Penglai berada cukup jauh dari sini, mereka semua telah mendengar tentang kejadian tersebut, dan pada saat itu, benua ini juga ikut terlibat di dalamnya.
Namun, masih belum diketahui kenapa keturunan dari Dewa Tertinggi Donglai pergi meninggalkan Pulau Dewa Timur kali ini.
"Salam hormat untuk Dewi Donglai." Banyak orang berdiri dan membungkuk hormat sambil menangkupkan kedua tangan mereka, yang menunjukkan penghormatan mereka. Sebagai keturunan dari sebuah klan yang terkenal, Dewi Donglai adalah seorang Renhuang terkemuka, meskipun kejayaan klannya telah menurun drastis.
Dewi Donglai mengangguk sebagai tanggapan sebelum tatapan matanya beralih pada Ye Futian, yang berada di sebelahnya. "Kakak Senior, aku ingin memperkenalkan seseorang padamu, dia adalah Ye Liunian."
Kaisar Alkimia memandang Ye Futian dengan penuh rasa ingin tahu dan bisa melihat bahwa temperamennya sangat luar biasa. Dia menyimpulkan bahwa pria ini pasti seorang jenius. Dia mengangguk pelan pada Ye Futian, "Hanya dengan sekali lihat, siapa pun pasti akan menyadari bahwa adik junior kita ini bukanlah orang biasa."
"Salam hormat untuk kakak senior." Ye Futian membungkuk hormat pada Kaisar Alkimia, yang membuat Kaisar Alkimia terkejut, sehingga dia memandang Ye Futian, lalu mengalihkan pandangannya pada Dewi Donglai.
"Dia dapat dianggap sebagai penerus dari ayahku," ujar Dewi Donglai.
"Guru memiliki seorang penerus?" Kaisar Alkimia terkejut. Ye Futian terlihat masih sangat muda, sementara Dewa Tertinggi Donglai telah binasa bertahun-tahun lalu. Bahkan sebelum dia meninggal dunia, tidak ada seorang pun yang pernah mendengar berita bahwa Dewa Tertinggi Donglai menerima seorang murid terakhir.
"Ayah meninggalkan warisan, dan warisan itu diberikan pada Liunian, jadi dia memang penerus dari ayahku," ujar Dewi Donglai. Kaisar Alkimia tampak sedikit terkejut, namun dia tetap menganggukkan kepalanya. "Aku tidak menyangka akan memiliki seorang adik junior. Karena kalian sudah berada di sini, aku akan memiliki teman untuk diajak bicara, dan aku bisa saling bertukar pikiran mengenai teknik alkimia dengan Adik Junior."
Orang-orang yang berada di bagian bawah sangat terkejut saat mengetahui bahwa Dewa Tertinggi Donglai ternyata meninggalkan sebuah warisan. Dan sekarang, warisan itu telah diberikan pada pria ini. Apakah warisan itu berupa teknik alkimia?
"Bagaimana mungkin saya bertukar pikiran dengan kakak senior? Sepertinya saya yang perlu belajar dari anda." Ye Futian bersikap sangat sopan. Dewi Donglai memandangnya dan tidak mengatakan apa-apa...
"Saudara Ye masih muda, tetapi jika kau telah mendapatkan warisan dari Dewa Tertinggi Donglai, pasti kau memiliki potensi yang luar biasa. Teknik alkimia yang kau kuasai pasti tidak kalah hebat, bahkan mungkin mampu menyamai Kaisar Alkimia," seorang pemuda di bagian bawah tersenyum dan berkomentar.
"Dewa Tertinggi Donglai ternyata memiliki seorang penerus. Ini benar-benar sebuah berita yang membahagiakan." Lelaki tua di sebelahnya tersenyum dan menambahkan, "Aku jadi bertanya-tanya berapa teknik alkimia yang mampu kau gunakan sekarang?"
Lelaki tua itu tersenyum lembut, namun matanya tampak berbinar. Ye Futian tersenyum dan menatap lawan bicaranya itu. Dia menjawab, "Saya belum lama mempelajari alkimia, saya belum berani berbicara macam-macam tentang alkimia, dan saya perlu mempelajari banyak hal dari kakak senior."
Lelaki tua itu mengangguk pelan, "Kau terlalu merendah. Bahkan jika kau adalah seorang pemula, kau telah melangkah lebih jauh daripada kultivator lainnya. Dengan bimbingan dari Kaisar Alkimia, pencapaianmu pasti luar biasa di masa depan."
"Silahkan duduk." Melihat wajahnya yang dipenuhi dengan senyuman, Kaisar Alkimia tampaknya cukup senang. Dia sudah menyiapkan kursi untuk Ye Futian dan kelompoknya, yang diatur untuk berada di sebelahnya. Hal ini menunjukkan seperti apa kedekatan Kaisar Alkimia dengan Dewi Donglai dan yang lainnya.