Legenda Futian

Cari Mati



Cari Mati

0Deretan gunung ilahi terbentang luas di hadapan mereka, dan Kuil Dewa Iblis berdiri di area tandus di tengah-tengahnya. Para kultivator masih bergerak menuju kuil ilahi berwarna hitam itu dari berbagai arah.     

Pada saat ini, orang-orang bisa merasakan bahaya yang semakin mendekat. Sekelompok kultivator dengan tatapan mata sedingin es menatap tajam ke arah Ye Futian, yang berada di barisan terdepan menuju Kuil Dewa Iblis.     

"Mm?" Banyak orang, termasuk para kultivator dari Klan Jiang, menunjukkan ekspresi aneh di wajah mereka. Mereka terkejut saat melihat para kultivator dari Klan Yan dan Istana Lingxiao menerjang ke arah Ye Futian dengan penuh kebencian. Apa yang telah terjadi di antara mereka?     

Para kultivator dari Klan Yan dan Istana Lingxiao juga bisa merasakan tekanan yang berasal dari kuil ilahi itu saat mereka bergerak ke depan. Jantung mereka berdegup kencang, dan darah mengalir deras di dalam tubuh mereka. Sebuah kekuatan yang aneh melindungi area tersebut. Semua jiwa spiritual yang mereka keluarkan langsung dihancurkan di sini.     

Oleh karena itu, pergerakan mereka pun ikut melambat. Dari belakang, mereka melihat bahwa Ye Futian terus bergerak ke depan dan telah memperbesar jarak di antara mereka. Ye Futian telah mendekati Kuil Dewa Iblis dan bergabung dengan para kultivator yang berada di barisan terdepan, memasuki area yang tidak bisa dijangkau oleh kebanyakan orang.     

Seekor naga emas yang mengerikan telah terbentuk di belakang Yan Hanxing. Sambil memamerkan taring dan cakarnya yang tajam, naga itu tampak mengintimidasi saat melayang di atas langit dan menutupi matahari.     

"Maju!" Yan Hanxing mengarahkan jarinya ke depan sambil menatap Ye Futian. Dalam sekejap, naga emas ilahi itu meraung dan menerkam ke arah Ye Futian. Disertai dengan rentetan suara yang keras, naga emas itu sepertinya sedang menghadapi hambatan dan rintangan yang sulit untuk dilewati. Semakin dekat naga itu pada Ye Futian, semakin lambat pula pergerakannya. Tiba-tiba, tubuh naga raksasa itu mulai terkoyak dan akhirnya hancur berkeping-keping.     

Saat melihat pemandangan ini, Ye Futian mengeluarkan sebilah pedang ilahi dan mengerahkannya menuju naga yang berada di atas langit. Tanpa menemui kesulitan, pedang itu menembus tubuh naga ilahi tersebut, dan tubuhnya yang berukuran besar itu dihancurkan dalam sekejap.     

Pedang ilahi milik Ye Futian terbang kembali sisinya. Detak jantungnya masih terus meningkat. Ye Futian pasti mengetahui bahwa dia sebenarnya tidak bisa menangkis serangan dari Yan Hanxing sendirian. Hal itu bisa terjadi karena mereka berada di sebuah area khusus, dimana Renhuang tingkat atas sekali pun bisa meledak karena tekanan yang dipancarkan oleh Kuil Dewa Iblis. Serangan Jalur Agung yang dikeluarkan oleh Renhuang pasti juga akan dihancurkan.     

Yan Hanxing juga menyadari situasi yang dia hadapi saat ini. Dia menatap tajam ke arah Ye Futian dari belakang dan mengeluarkan suara raungan yang memekakkan telinga. Itu adalah Lagu Naga Yan. Dalam sekejap, serangan gelombang suara yang mengerikan langsung menerjang ke arah Ye Futian. Namun, meski demikian, Yan Hanxing bisa merasakan dengan jelas bahwa kekuatan gelombang suara yang dia keluarkan itu terus menerus melemah. Serangan itu tidak lagi berbahaya ketika mencapai Ye Futian dan pada akhirnya hancur berkeping-keping.     

*Boom* Renhuang lain yang berada di antara Yan Hanxing dan Ye Futian tewas terbunuh setelah berteriak. Dia sedang berkonsentrasi menahan kekuatan mengerikan yang berasal dari Kuil Dewa Iblis, namun tiba-tiba dia diserang oleh Lagu Naga Yan. Aura spiritualnya langsung dihancurkan dan tidak bisa lagi melindunginya. Dia tewas terbunuh secara tragis.     

"Kau boleh menyerangnya, tapi jangan menyeret orang lain menjadi korbannya," ujar seseorang pada Yan Hanxing dengan nada kesal. Banyak kultivator menoleh dan menatap tajam ke arah Yan Hanxing. Di area antara Yan Hanxing dan Ye Futian, mereka khawatir akan ikut menerima dampak serangan seperti Renhuang sebelumnya.     

Dengan muka muram, Yan Hanxing menyelimuti tubuhnya dengan kekuatan Jalur Agung dan melindungi dirinya sendiri dengan seekor naga yang sesungguhnya. Dia memancarkan aura spiritual yang menakjubkan dan melangkah ke depan, menerjang Ye Futian dengan tujuan untuk membunuhnya.     

Yan Hanxing tidak sendirian. Para Renhuang yang kuat, baik itu dari Klan Yan maupun Istana Lingxiao juga bergerak menuju Ye Futian, berniat untuk mengepungnya.     

Ye Futian berbalik untuk melihat situasi, lalu terus bergerak ke depan. Wajahnya juga tampak serius. Disertai dengan suara gemuruh dari Jalur Agung yang keras, dia melindungi tubuhnya dengan Pohon Ilahi dan mengeluarkan energi kehidupan yang menakjubkan. Kekuatan Jalur Agung miliknya tetap mengintimidasi, dan energi spiritualnya berada di kondisi terbaiknya.     

Pergerakannya melambat, seolah-olah dia tidak mampu menopang dirinya sendiri. Namun, lawan-lawannya semakin mendekat. Banyak kultivator terkenal dari Klan Yan dan Istana Lingxiao sudah berada di dekat Ye Futian.     

"Ada apa ini?" Jiang Jiuming tidak mengetahui apa yang telah terjadi dan terkejut melihat perilaku mereka. Tampaknya ada konflik yang tidak dapat diselesaikan antara Ye Futian, Klan Yan, dan Istana Lingxiao. Mereka semua bertindak seolah-olah mereka bertekad untuk membunuh satu sama lain.     

Namun, sebelum mereka memasuki Area Rahasia Fuyao, Ketua Ning telah mengingatkan mereka secara pribadi untuk tidak bertarung satu sama lain di dalam area rahasia. Mereka harus menahan diri meskipun terjadi konflik di antara mereka.     

Ye Futian berbalik, lalu mengambil beberapa langkah, dan berhenti di tempatnya. Jantungnya masih berdegup kencang, namun arus energi dari Jalur Agung tampak mengalir keluar dari tubuhnya dan menyebar ke area sekitarnya. Tatapan matanya menyiratkan kebencian di dalamnya. Orang-orang ini ingin mendekatinya dari belakang dan membunuhnya?     

Dia menunggu untuk beberapa saat, dan beberapa lawannya saat ini sudah berada cukup dekat dengannya. Yan Hanxing mengingatkan kultivator lainnya, "Hati-hati."     

Yan Hanxing bisa merasakan tekanan yang dahsyat di sana, begitu pula dengan kultivator lainnya. Kesalahan sekecil apa pun dapat berujung pada kematian. Mereka harus ekstra hati-hati dalam bertindak.     

Ye Futian sudah berhenti di depan mereka. Kemungkinan besar dia sudah tidak sanggup lagi untuk melangkah lebih jauh.     

Seorang kultivator dari Istana Lingxiao mengeluarkan sebuah tombak yang memancarkan cahaya suci keemasan. Sepertinya tombak itu mampu menembus ruang hampa dan memungkinkannya untuk membantai Ye Futian asalkan mereka bisa mendekatinya.     

Akan tetapi, darah di dalam tubuh mereka bergejolak, dan jantung mereka berdegup kencang. Tidak lama lagi mereka akan mencapai batas kekuatan masing-masing.     

Pada saat ini, Ye Futian mengambil beberapa langkah menuju Kuil Dewa Iblis dan kembali menghentikan langkahnya. Melihat hal ini, para kultivator dari Klan Yan dan Istana Lingxiao menjadi gelisah.     

Tetapi mereka sudah melangkah sejauh ini dan tidak bisa mundur sekarang.     

Saat memikirkan hal tersebut, mereka berusaha bergerak lebih jauh. Semakin mereka mendekati kuil hitam itu, semakin kuat pula tekanan yang mereka rasakan. Jantung mereka pun berdegup semakin kencang.     

Tombak yang dipegang oleh Renhuang dari Istana Lingxiao itu diarahkan ke depan dan memancarkan cahaya suci yang menyilaukan. Tepat ketika dia hendak menyerang Ye Futian, Ye Futian bergerak dua langkah lebih dekat menuju kuil tersebut. Arus dari Jalur Agung bergejolak di sekitar tubuhnya. Wajahnya berkerut ketika dia berbalik, seolah-olah dia sedang menahan rasa sakit yang luar biasa.     

"Dia tidak bisa bertahan lebih lama lagi," ujar Yan Hanxing. Dia merasa bahwa dia telah mencapai batas kekuatannya dan akan berada dalam bahaya jika dia melangkah lebih jauh. Posisi Ye Futian saat ini berada lebih dekat dengan Kuil Dewa Iblis daripada mereka dan pasti berada dalam situasi yang lebih mengerikan.     

Karena itulah, mereka terus memaksa Ye Futian untuk melangkah lebih jauh. Hanya ada dua pilihan yang tersisa baginya; tubuhnya akan meledakkan diri atau tewas di tangan mereka. Sudah tidak ada jalan keluar lagi baginya.     

Namun, tepat ketika mereka mengira Ye Futian tidak bisa menopang dirinya sendiri, Ye Futian kembali berjalan beberapa langkah menuju Kuil Dewa Iblis. Delapan Renhuang dari Klan Yan dan Istana Lingxiao sudah berada cukup dekat dengannya. Mereka memaksakan diri untuk mengambil satu langkah lagi. Beberapa dari mereka sudah mencapai batasnya. Jalur Agung di sekitar tubuh mereka bergemuruh, dan aura spiritual mereka terbelenggu. Mereka akan hancur berkeping-keping.     

Kuil hitam itu memancarkan tekanan mengerikan yang menimpa tubuh mereka, membuat darah mereka bergejolak, dan jantung mereka berdegup kencang. Rasanya darah di dalam tubuh mereka seperti mendidih.     

Pada saat ini, Ye Futian berbalik untuk berdiri menghadap mereka. Kedua matanya yang berwarna hitam pekat dipenuhi oleh kebencian yang mendalam, dan wajahnya tidak berkerut seperti sebelumnya.     

"Aku akan mengabulkan keinginan kalian karena kalian begitu berambisi untuk menjemput ajal masing-masing," ujar Ye Futian. Alih-alih dihancurkan, arus Jalur Agung dari tubuhnya justru mengalir bersama dengan energi kegelapan yang berasal dari area ini. Bulan tampak menggantung di atas langit dan memancarkan Cahaya Ilahi Yin pada para kultivator dari Klan Yan dan Istana Lingxiao.     

Para Renhuang yang berada di dekat Ye Futian tampak tercengang dan ketakutan.     

Mereka bergegas mengeluarkan kekuatan Jalur Agung masing-masing untuk berlindung dari serangan Cahaya Ilahi Yin. Namun, di bawah pancaran Cahaya Ilahi Yin, mereka bisa merasakan hawa dingin yang mengerikan menyerang aura spiritual dan membekukan jiwa spiritual mereka. Saat ini, pertahanan mereka menjadi semakin tidak berguna.     

'Bagaimana caranya dia bisa mengeluarkan energi Jalur Agung sedahsyat ini?' mereka berpikir dalam hati. Bagaimana bisa Ye Futian melakukan hal tersebut?     

Ye Futian memandang mereka dengan tatapan sedingin es. Dia memiliki Roda Ilahi yang sempurna dan kekuatan Jalur Agung yang dibentuk oleh Roh Kelahirannya, yaitu Pohon Dunia, yang masih bisa mengeluarkan energi di area ini. Dia telah melakukan pengujian sebelumnya dan sudah menunggu lawan-lawannya untuk memprovokasi dirinya.     

"Mundur..." Yan Hanxing berteriak. Pada detik berikutnya, terdengar suara jeritan yang menyedihkan. Seseorang yang berusaha berlindung dari energi Jalur Agung milik Ye Futian tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Darah bercipratan di udara, dan tubuhnya pun hancur berkeping-keping.     

Diikuti dengan rentetan suara jeritan, lima kultivator tewas dalam sekejap mata. Yan Hanxing melindungi tubuhnya dengan naga berdarah murni, yang juga dihancurkan oleh serangan Ye Futian. Dia mendengus dan bergegas mundur. *Syuutt* Dengan jantung yang berdegup kencang, dia memuntahkan darah dan darah juga mengalir dari mata, hidung, dan telinganya.     

Dia berbalik dan langsung pergi meninggalkan area tersebut. Sementara itu, dua kultivator lain yang berhasil selamat dari serangan Ye Futian kondisinya juga tidak begitu baik. Mereka tidak punya pilihan selain kabur meskipun mereka adalah Renhuang tingkat kedelapan dan kesembilan.     

Semakin banyak kultivator dari Klan Yan dan Istana Lingxiao yang sebelumnya hendak bergerak ke depan, langsung berhenti ketika melihat apa yang terjadi pada Yan Hanxing. Alih-alih melangkah ke depan, mereka justru bergegas kabur dengan wajah muram.     

Ye Futian telah membunuh banyak Renhuang tingkat atas dari kubu mereka.     

"Ye Liunian!"     

Hati mereka dipenuhi oleh kebencian.     

Para kultivator yang menyaksikan pertarungan ini dari kejauhan tampak bingung. Ye Futian telah membantai beberapa Renhuang dari Klan Yan dan Istana Lingxiao. Apakah dia terlibat suatu konflik dengan dua pasukan itu?     

Namun, apakah Istana Pemimpin Wilayah akan membiarkannya pergi begitu saja setelah dia melanggar peraturan yang dibuat oleh Ketua Ning?     

Bagaimana cara Ye Futian dalam menjelaskan semua ini pada Ketua Ning setelah dia keluar dari Area Rahasia Fuyao?     

Mereka tidak tahu bahwa Ketua Ning adalah dalang di balik semua ini. Ye Futian tidak memedulikan peraturan yang berlaku karena pada akhirnya Ketua Ning akan membunuhnya ketika dia keluar dari tempat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.