Legenda Futian

Menjaga Situasi



Menjaga Situasi

1Shen Jun menatap ke arah Ye Futian dengan bingung. Dia telah memasang taruhannya pada Yu Sheng, jadi tentu saja dia mengetahui bahwa Yu Sheng adalah sosok yang kuat.     

Namun, meskipun tidak mengejutkan untuk melihat Ye Futian memasang taruhannya pada Yu Sheng, dia bahkan rela meminjam uang dari wanita yang berada di sampingnya.     

Tapi kembali lagi, Shen Jun hanya terkekeh dan tidak mempedulikannya lagi. Jika Ye Futian ingin bersenang-senang, itu bukanlah urusannya.     

"Jangan terlalu terbawa suasana. Bagaimanapun juga, sulit sekali untuk keluar dari panggung tersebut," Situ Yan mendengar apa yang dikatakan oleh Ye Futian dan mengingatkannya pada konsekuensi yang dia hadapi.     

"Pasang taruhanmu pada Yu Sheng, berapa-pun jumlahnya," ujar Ye Futian pada Situ Yan.     

"..."     

Situ Yan menatapnya dengan kesal sebelum dia berkata secara telepati, "Baiklah, aku akan ikut bertaruh dan memasang taruhanku pada Yu Sheng. Tapi aku memperingatkanmu sekali lagi, jangan terbawa suasana."     

Kemudian dia pergi menuju tempat untuk memasang taruhan di dalam istana. Namun, ekspresinya tetap terlihat dingin setelah dia kembali dan tidak mengatakan sepatah kata-pun pada Ye Futian.     

'Tidak heran dia menghancurkan Istana Bliss. Pria ini benar-benar gila. Dia mempertaruhkan semua yang dia miliki,' pikirnya dalam hati.     

Tubuhnya merinding saat dia teringat kembali jumlah batu spiritual dan harta karun yang dipertaruhkan oleh Ye Futian.     

Semua itu bukanlah sesuatu yang sanggup dipertaruhkan oleh seorang Saint tingkat Proving Holiness. Pada kenyataannya, bahkan para Saint tingkat Flawless Holiness tidak akan mempertaruhkan harta sebanyak itu untuk sebuah taruhan, karena semua itu merupakan hal-hal yang sangat berharga.     

'Dia benar-benar tak kenal takut… dan gila,' pikirnya dalam hati.     

"Taruhanmu terlalu sedikit, tambahkan lagi. Bagaimana kalau kau memberitahu klanmu untuk ikut memasang taruhan?" ujar Ye Futian, mencoba membujuk Situ Yan, yang berada di sampingnya.     

Ekspresi Situ Yan masih terlihat dingin, dan dia tidak peduli dengan kata-kata yang diucapkan oleh Ye Futian.     

Dia berpikir bahwa percuma saja dia mengkhawatirkannya dan selama ini dia telah membuang-buang waktu.     

"Ini adalah sebuah kesempatan langka, loh," ujar Ye Futian sekali lagi.     

Situ Yan menatapnya dengan tajam, kemudian dia berjalan pergi, berpura-pura seolah-olah dia tidak mengenalnya.     

Ye Futian mengangkat bahunya dan merasa kasihan padanya, dia menganggap bahwa Situ Yan telah melewatkan sebuah kesempatan yang hanya muncul sekali seumur hidup.     

Sebagai salah satu klan terkemuka di Kota Qianye, Klan Situ pasti kaya raya. Ye Futian berpikir bahwa akan sangat luar biasa jika mereka mempertaruhkan semua yang mereka miliki, termasuk nyawa mereka sendiri.     

Sangat disayangkan bahwa Situ Yan memilih untuk mengabaikannya.     

'Kenapa dia tidak percaya padaku tentang hal ini?' pikirnya dalam hati.     

Semua orang telah kembali ke tempat duduk masing-masing, dan tatapan mata para penonton berubah saat mereka memandang ke arah Panggung Rising Dragon. Mereka yang telah memasang taruhan sudah jelas berada dalam suasana hati yang berbeda-beda. Tatapan mata mereka tertuju pada orang-orang yang menjadi taruhan mereka, mengharapkan hasil terbaik untuk kandidat mereka masing-masing.     

Pang Xiao, Yan Tong, dan Zhuo Xu jelas menjadi tiga peserta dengan jumlah taruhan tertinggi yang dipasang pada mereka. Banyak orang memasang taruhan dalam jumlah besar pada ketiganya, terutama orang-orang yang berasal dari klan mereka masing-masing.     

Adapun Yu Sheng dan rekan-rekannya, selain segelintir orang—Ye Futian, Kong Xuan, Shen Jun, dan beberapa kultivator lainnya—tidak ada yang berani memasang taruhan pada mereka.     

Selain Pang Xiao, Yan Tong, dan Zhuo Xu, ada pula beberapa sosok lainnya yang sangat terkenal dari berbagai kota yang berada di atas Panggung Rising Dragon.     

Pada saat itu terdengar suara geraman naga, dan Saint yang berdiri di atas punggung naga merah itu pergi meninggalkan panggung pertempuran. Sebuah kekuatan tak berbentuk terpancar dari atas tirai cahaya silinder itu. Matriks-matriks telah diaktifkan untuk menahan gelombang kejut dari serangan para kultivator. Cahaya berwarna merah menyinari area di bagian bawah.     

Kerumunan orang yang telah memenuhi istana telah menunggu dengan penuh antisipasi pada pertempuran yang akan segera dimulai.     

Mereka semua menatap ke arah naga merah yang mengelilingi celah di atas panggung tersebut. Kemudian naga itu berkata, "Dengan ini Pertempuran Sleeping Dragon secara resmi dimulai."     

Setiap sosok yang berada di atas Panggung Rising Dragon menunjukkan ekspresi yang sangat serius, karena tidak ada satu-pun dari mereka yang berani lengah sedikit-pun.     

Semua kultivator yang berpartisipasi dalam Pertempuran Sleeping Dragon adalah mereka yang berada di puncak Sage Plane, sehingga dapat dikatakan bahwa mereka semua sudah sangat dekat dengan Saint Plane. Makna dari pertempuran itu adalah menjebak para kultivator dalam krisis, dimana mereka harus melawan kultivator-kultivator lainnya yang juga berada di puncak Sage Plane. Tidak ada satu-pun penakut yang berani memasuki medan pertempuran tersebut.     

Meskipun itu bukan berarti bahwa seseorang akan mati jika mereka terbukti memiliki kekuatan yang lebih lemah dari kultivator lainnya, tetapi pada prinsipnya, Pertempuran Sleeping Dragon bukanlah sebuah pertempuran dimana pertarungan antara hidup dan mati dilarang. Jika seorang peserta terluka parah, maka risikonya untuk terbunuh akan sangat tinggi, yang membuat pertempuran itu menjadi sangat berbahaya.     

Sebuah aura yang kuat dan mengerikan menyebar di udara, dan Panggung Naga Merah kini terlihat seperti terbakar. Sementara itu, para kultivator terus menerus memancarkan aura mereka.     

Tekanan yang menyebar di dalam panggung pertempuran kini menjadi sangat dahsyat hanya dalam waktu singkat.     

Beberapa peserta mulai bergerak setelah menemukan lawan mereka masing-masing dan langsung melancarkan serangan.     

"Pertempuran telah dimulai."     

Para penonton tampak tegang saat mereka memandang ke arah medan pertempuran. Dalam sekejap, para petarung yang tangguh terlibat dalam pertempuran kelompok secara besar-besaran, yang membuat pemandangan itu tampak menegangkan.     

Pemandangan yang terjadi di atas Panggung Rising Dragon itu sungguh menakjubkan.     

Pang Xiao dari Kota Awan Merah memancarkan cahaya berwarna emas di sekujur tubuhnya saat dia melancarkan serangannya. Sinar-sinar berwarna emas melesat dengan membawa sebuah kekuatan yang mampu menghancurkan segala sesuatu yang menghalangi jalannya.     

Yan Tong dari Kota Penjara Api bahkan lebih ganas daripada Pang Xiao. Yan Tong langsung mengeluarkan Roh Kehidupannya—satu sosok raksasa mengerikan dengan tubuh yang diselimuti oleh kobaran api, dimana raksasa itu terlihat seperti seorang iblis dari neraka. Saat ini Yan Tong telah menyatu dengan Roh Kehidupannya hingga menjadi satu kesatuan, dan sekujur tubuhnya kini telah membesar, berubah bentuk menjadi seorang dewa perang yang diselimuti oleh api neraka. Setiap inci dari tubuh raksasanya diselimuti oleh kobaran api, yang menetes seperti cairan, menyerupai lava yang hendak melelehkan segalanya.     

Tekanan yang dipancarkan saja sudah sangat kuat.     

Tangan raksasa milik Yan Tong itu dikerahkan menuju seorang peserta yang berada di depannya, dimana dia bisa merasakan tekanan yang sangat mengerikan itu dan langsung memancarkan aura pedang yang dahsyat. Ribuan aura pedang mengalir di sekitarnya sebelum dikerahkan menuju sasarannya.     

Ketika tangan raksasa itu bergerak ke bawah, cairan yang seperti lava itu tampaknya telah membeku dalam sekejap. Pada saat yang bersamaan, bilah-bilah pedang itu juga membeku. Segala sesuatu yang ada di area itu telah terhenti total dalam sekejap, dan bilah-bilah pedang itu meleleh secara perlahan-lahan.     

Pendekar pedang itu mampu bereaksi dengan cepat dan mengeluarkan Roh Kehidupannya, kemudian bergabung dengan pedangnya menjadi satu kesatuan, dan sepertinya tubuh fisiknya kini telah berubah menjadi sebilah pedang. Aura pedang yang begitu banyak itu telah bergabung menjadi satu kesatuan, dan seberkas sambaran petir melesat di udara. Lava yang telah membeku itu meledak dan hancur berkeping-keping saat serangan pedang tersebut secara mengejutkan mampu mengoyak serangan yang dilancarkan oleh Yan Tong. Pedang yang sangat tajam itu menerjang ke depan tanpa berhenti sedikit-pun, langsung mengincar kepala dari dewa perang raksasa yang diselimuti oleh kobaran api itu.     

*Boom* Yan Tong menghentakkan kakinya ke permukaan tanah, dan sebuah dinding api muncul di hadapannya. Seluruh area itu telah dipadatkan menjadi sebuah dinding api yang kokoh. Kemudian sebuah kepalan tinju api dikerahkan dengan membawa kekuatan yang sangat dahsyat di dalamnya. Sudah jelas dia tidak hanya berpengalaman dalam kekuatan elemen api saja.     

Pedang itu terus bergerak ke depan, namun pada akhirnya pedang tersebut meleleh dan hancur. Pendekar pedang yang kuat itu akhirnya tewas dalam kobaran api. Tubuhnya dibakar hingga tak bersisa.     

Yan Tong mengamati medan pertempuran di sekitarnya dan terus melangkah dengan memancarkan kekuatan yang mengerikan.     

Sorak-sorai yang seolah-olah mampu membelah langit terdengar dimana-mana. Orang-orang yang berada di dalam istana yang telah memasang taruhan mereka pada Yan Tong bisa merasakan darah mereka bergejolak.     

'Dia benar-benar seorang kultivator kuat dari kantor pemimpin kota di Kota Penjara Api,' pikir mereka dalam hati.     

Zhuo Xu, yang merupakan keturunan dari Kaisar Api Hitam, juga menunjukkan kemampuan bertarung yang sangat hebat. Kobaran api hitam yang tak terbatas mengelilingi tubuhnya, dan dimana-pun jari-jarinya menunjuk, kobaran api hitam yang tak terbatas itu akan melesat tanpa henti. Kobaran api hitam tersebut sangat kuat, mampu dengan mudah membunuh siapa-pun yang menyentuhnya.     

Hanya dalam waktu singkat, tiga peserta yang sangat tangguh telah tewas terbunuh oleh Zhuo Xu.     

Pertempuran baru berlangsung selama beberapa saat, namun semua orang dapat merasakan betapa sengit dan brutalnya Pertempuran Sleeping Dragon; pertempuran ini benar-benar brutal dan gila.     

Tokoh-tokoh penting yang berdiri di puncak istana menyaksikan jalannya pertempuran tanpa mengatakan sepatah kata-pun. Kecuali ada anggota mereka yang kalah atau sekarat dalam pertempuran, tidak ada satu-pun dari mereka yang akan menunjukkan banyak reaksi.     

Ye Futian juga menyaksikan pertempuran tersebut. Para kultivator dari Dunia Naga Merah yang berpengalaman dalam kekuatan elemen api sudah jelas tampak mendominasi di antara para peserta. Lagipula terdapat rumor mengatakan bahwa Dunia Naga Merah memiliki sembilan matahari, dan seluruh dunia ini dipenuhi dengan aura api yang pekat dimana-mana.     

Adapun Pertempuran Sleeping Dragon, Shen Jun memiliki nyali untuk memberitahunya bahwa pertempuran itu tidak terlalu berbahaya, menipu mereka untuk berpartisipasi dalam pertempuran tersebut. Mudah untuk menebak bahwa Shen Jun sejak awal tidak pernah peduli sedikit-pun pada nyawa mereka.     

Dia hanya memanfaatkan mereka untuk mencapai tujuannya.     

Dari fakta itu saja, mudah untuk mengatakan bahwa Shen Jun dan Bai Ze adalah dua sosok yang tidak jauh berbeda satu sama lain.     

Hanya saja Bai Ze tidak pernah repot-repot menyembunyikan sifatnya yang berdarah dingin.     

Di sisi lain, Shen Jun memiliki bakat untuk mempengaruhi orang lain melalui perbincangan biasa, asalkan targetnya akan berguna baginya.     

Tatapan mata Ye Futian tertuju pada medan pertempuran di hadapannya, dan kebencian muncul di dalam hatinya. Shen Jun telah merencanakan jebakan ini terhadap mereka sejak pertama kali mereka bertemu, yang semakin memperjelas bahwa Shen Jun hanya menganggap orang-orang dari dunia Renhuang lainnya sebagai mangsa baginya.     

Tapi kembali lagi, permasalahan itu tidak perlu diselesaikan dengan terburu-buru. Dia punya banyak waktu untuk melakukannya.     

Ye Wuchen, Huang Jiuge, Xu Que, dan Qin Zhuang telah bergerak di atas medan pertempuran, menemukan target mereka masing-masing.     

Tujuan mereka untuk berpartisipasi dalam Pertempuran Sleeping Dragon adalah untuk menguji diri mereka sendiri, tanpa berniat untuk membunuh target mereka. Mereka hanya ingin tahu seberapa kuat para kultivator yang berada di puncak kekuatan Dunia Naga Merah.     

Sementara itu, Yu Sheng tidak bergerak dari tempatnya. Dia berdiri tepat di tengah-tengan empat medan pertempuran lainnya. Dia hanya berdiri di sana sendirian dan menyaksikan empat rekannya bertarung.     

Dia berada di sana untuk menjaga situasi dari keempat rekannya itu.     

Tingkat Plane miliknya saat ini sudah cukup tinggi sehingga pertempuran antar Sage tidak akan terlalu berpengaruh dalam upayanya untuk menerobos ke tingkat Saint Plane.     

"Apa yang sedang dilakukan oleh Yu Sheng?" ujar Shen Jun. "Seharusnya mereka bekerja sama untuk mengalahkan lawan-lawan mereka."     

Karena mereka berlima berasal dari kelompok yang sama, wajar saja jika mereka bekerja sama dalam pertempuran, yang memungkinkan mereka lebih mudah untuk mengalahkan kultivator lainnya. Peluang Yu Sheng untuk berhasil keluar hidup-hidup memang sangat tinggi, dan tujuan Shen Jun akan tercapai, menciptakan situasi yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak.     

"Tenang saja, dia tahu harus berbuat apa," jawab Ye Futian.     

Shen Jun mengerutkan keningnya. Maksud dari tindakannya itu samar-samar dapat dipahami dari posisi yang dia tempati. Dia berada di sana untuk menjaga situasi agar tetap terkendali bagi keempat rekannya yang lain. Itu benar-benar sebuah tindakan yang gila.     

Dengan melakukan hal itu, pertarungannya di tahap selanjutnya akan menjadi sangat menegangkan.     

Peluangnya mengalami kekalahan akan menjadi sangat tinggi.     

Namun, karena pertempuran sedang berlangsung, para penonton tidak bisa melakukan apa-pun untuk mempengaruhi jalannya pertempuran. Mereka hanya bisa menyaksikan pertempuran dari tempat masing-masing.     

Ekspresi kesal di wajah Shen Jun semakin terlihat jelas, dan kini dia tampak kurang ramah jika dibandingkan dengan sebelumnya.     

Saat ini Yu Sheng mulai bergerak secara perlahan-lahan. Selama ini dia telah berjaga di tengah-tengah empat pertempuran yang berada di sekitarnya, agar dia dapat membantu salah satu dari empat pertempuran itu kapan saja.     

Tentu saja dia juga mengawasi empat pertempuran tersebut. Medan pertempuran Ye Wuchen tampaknya tidak akan bermasalah, dan Wuchen mampu menangani pertempuran dengan kemampuannya sendiri. Pada saat ini, Wuchen memiliki keunggulan atas lawannya.     

Namun, mereka yang berada di medan pertempuran tidak akan membiarkan Yu Sheng hanya sekedar menyaksikan pertempuran dan tidak melakukan apa-apa.     

Pada saat ini, seorang kultivator bergerak menuju Yu Sheng.     

Yu Sheng bisa merasakan niat bertarung dari kultivator itu, dan dia memandangnya dengan tatapan sombong, sambil mengucapkan satu kata, "Enyahlah!"     

Kultivator itu menyipitkan matanya. 'Benar-benar seorang baj*ngan yang sombong, huh?' pikirnya dalam hati.     

Sebuah bayangan yang menyilaukan muncul di hadapannya saat dia menerjang ke arah Yu Sheng dalam sekejap, memancarkan kekuatan pembunuh yang mengerikan. Dia berniat untuk mengubur sekujur tubuh Yu SHeng di dalam bayangan tersebut. Cahaya pembunuh menghujani tubuh Yu Sheng, namun pria itu tetap berdiri di tempatnya dengan tenang. Cahaya yang mengitari tubuhnya membuatnya terlihat seperti telah mengenakan baju zirah yang diperkuat dengan kekuatan Buddha dan iblis di dalamnya, membiarkan kekuatan pembunuh itu menghujani dirinya sementara dia berdiri di tempatnya tanpa melakukan apa-apa.     

*Whoosh* Kultivator itu tiba-tiba mempercepat pergerakannya dan mengerahkan bayangan yang menyilaukan itu langsung ke arah Yu Sheng. Tatapan matanya tampak heran, bertanya-tanya apakah Yu Sheng ingin menjemput ajalnya sendiri.     

Namun pada saat berikutnya, dia melihat Yu Sheng bergerak dari tempatnya. Yu Sheng menekuk kedua kakinya dan melesat ke depan disertai dengan suara gemuruh yang keras.     

Udara berguncang hebat, dan pada saat berikutnya sebuah kepalan tinju dikerahkan ke depan. Kultivator itu tidak sempat bereaksi. Bayangan menyilaukan miliknya tertembus oleh kepalan tinju berwarna emas kegelapan, yang kemudian mendarat di dadanya. Tubuhnya terhempas ke udara hanya dengan satu serangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.