Legenda Futian

Mediasi



Mediasi

1Para kultivator kuat dari tempat-tempat suci di seluruh penjuru Sembilan Negara tiba satu per satu, dan para pemimpin menempati tempat duduk mereka masing-masing yang berada di atas tangga, dimana dari sana mereka bisa memandang ke bawah dan memungkinkan mereka untuk melihat para tamu dari Sembilan Negara dengan sangat jelas.     

Ye Futian melihat beberapa wajah yang dikenalnya, seperti Kong Yao dan Qin Zhong dari Tebing Zhisheng, serta banyak kultivator kuat dari Tebing Zhisheng yang berpartisipasi dalam pertempuran yang terjadi di luar Istana Holy Zhi.     

Kong Yao dan Qin Zhong tentu juga melihat kehadiran Ye Futian. Mereka menempati kursi masing-masing dan tatapan mata Kong Yao tampak dingin. Ye Futian benar-benar bisa duduk di atas sana bersama para Saint. Ada masa dimana dia sama sekali tidak mempedulikan Ye Futian, bahkan untuk sekedar menatap ke arah Ye Futian.     

Qin Zhong juga merasa penasaran; Namun, dia tidak memendam kebencian pada Ye Futian. Meskipun dia pernah kalah di tangan Ye Futian, kekalahan itu memotivasi dirinya untuk terus berkembang. Tetapi sekali lagi, dia segera menyadari kebenaran pahit lainnya—semakin dia mencoba menyamainya, semakin lebar pula perbedaan kekuatan antara dirinya dan Ye Futian.     

Qin Zhong telah menjadi seorang Sage tingkat menengah, namun rumor mengatakan bahwa Ye Futian mampu mengalahkan empat orang Sage tingkat atas seorang diri di atas Panggung Sembilan Negara. Ditambah lagi, mereka berempat adalah para jenius terkemuka yang berasal dari empat tempat suci yang berbeda. Dia merasa sedih. Semakin dia berusaha menyamainya, semakin jauh pula Ye Futian berkembang.     

Waktu mampu mengubah segalanya.     

Bukan hanya Kong Yao dan Qin Zhong yang memiliki pemikiran seperti itu. Pada kenyataannya, bahkan orang-orang dari Negeri Barren merasa gelisah, melihat bagaimana Ye Futian duduk di deretan kursi yang begitu istimewa, dengan dikelilingi oleh para Saint.     

"Adik junior kita telah tumbuh menjadi seseorang yang memiliki status tinggi." Zhuge Mingyue, yang berada di antara kerumunan orang dari Negeri Barren, tersenyum saat dia memandang ke arah Ye Futian. Waktu benar-benar bisa mengubah penampilan dan sikap seseorang. Bocah yang begitu kekanakan dan egois kala itu benar-benar terlihat seperti seorang Pemimpin Istana sekarang.     

"Bagaimanapun juga, adik junior kita adalah seseorang yang selama ini ditunggu-tunggu oleh guru kita," Gu Dongliu menambahkan dengan suara pelan. Dia menoleh ke arah Ye Futian setiap kali nama-nama murid dari Pondok disinggung. Kakak Ketiga sangat mengagumi guru mereka dan rasa hormatnya benar-benar tulus.     

Sword Saint terlihat tenang dan hanya duduk di tempatnya tanpa mengatakan sepatah kata-pun. Hanya dia yang tahu bahwa adik junior mereka lebih dari sekedar orang yang selama ini ditunggu-tunggu oleh guru mereka. Dia masih ingat saat gurunya memberitahu bocah itu bahwa dia akan menyaksikan terciptanya sebuah era yang baru.     

Sword Saint jadi bertanya-tanya seperti apa era itu nantinya. Tentu saja, hanya dirinya yang mengetahui semua itu. Dia harus menyembunyikannya dari orang lain, bahkan dari adik-adiknya yang lain.     

"Yah, dia memang hebat, aku mengakui hal itu, namun tetap saja dia benar-benar tahu bagaimana caranya untuk 'pamer'," gumam Luo Fan, kemudian Gu Dongliu menatapnya, yang mengisyaratkan Luo Fan untuk menutup mulutnya. Meskipun dia juga telah menjadi seorang Sage, dia masih menganggap bahwa Kakak Kedua dan Kakak Ketiga adalah orang-orang yang sebaiknya tidak dia ganggu.     

"Hei, gendut. Kau pernah menjadi seseorang yang begitu dekat dengan adik junior, tapi bagaimana bisa perbedaan kekuatan antara dirimu dan adik junior menjadi begitu lebar?" Luo Fan mengalihkan perhatiannya pada Yi Xiaoshi. Tampaknya Yi Xiaoshi adalah satu-satunya orang yang bisa dia tindas saat ini.     

Yi Xiaoshi menatap ke arah Luo Fan dan ekspresi mengejek terlihat di wajah pria bertubuh gemuk tersebut. Ekspresi yang ditunjukkan oleh Yi Xiaoshi membuat Luo Fan merasa kesal, tapi kemudian dia segera mengingat bahwa si gemuk itu memiliki tingkat Plane yang sama dengannya. 'Baiklah, aku lebih senior di sini dan sebaiknya aku tidak meremehkan junior-juniorku.'     

Ye Futian mengamati para Saint yang berada di sekitarnya. Dengan melihat posisi dan aura yang dipancarkan dari masing-masing Saint, dia bisa menebak-nebak identitas dari setiap Saint yang duduk di sekitarnya.     

Area kursi perjamuan dibagi menjadi dua sisi, dan dia duduk di bagian ujung di sisi kanan. Kursi utama di sisi kiri dibiarkan kosong, dan Ye Futian bertanya-tanya untuk siapa kursi itu disediakan. Dia telah melihat daftar peringkat sebelumnya dan menyimpulkan bahwa sosok yang berada di posisi pertama tidak akan datang kemari, begitu pula dengan sosok yang berada di posisi kedua. Sementara sosok yang berada di posisi ketiga dalam peringkat itu tidak lain adalah Saint Xia, sosok yang mengadakan perjamuan ini.     

Oleh karena itu, menurut logika dan ketentuan yang biasa digunakan, kemungkinan kursi itu disediakan untuk sosok yang berada di posisi keempat, yaitu Saint Li dari Perguruan Tinggi Sembilan Negara. Namun, Saint Li telah duduk di kursi pertama di sisi kiri. Karena itulah, bisa dikatakan bahwa kursi itu disediakan untuk satu sosok yang sangat penting, sosok yang dianggap oleh Saint Xia lebih penting dari Saint Li.     

Sementara itu sosok yang duduk di kursi kedua di sisi kiri adalah sosok yang sangat luar biasa, sehingga Ye Futian langsung mengetahui identitasnya begitu dia melihatnya. Sosok itu tidak lain adalah Saint Ji, pemimpin dari Aula Cahaya Suci di Negeri Qi, yang berada di posisi kelima.     

Menurut apa yang telah dia pelajari, Negeri Qi pernah dikenal sebagai Kerajaan Qi, yang dipimpin oleh seorang penguasa, yang ternyata berasal dari Klan Qi di masa lalu. Istana Suci Jixia juga didirikan oleh penguasa tersebut, yang memegang peran penting untuk membimbing para jenius di Negeri Qi. Kedua pasukan itu memiliki sejarah yang panjang.     

Namun, ada sosok lain yang sangat terkenal di Negeri Qi, dimana sosok itu mendirikan Aula Cahaya Suci dan dikenal mahir dalam menggunakan Hukum Cahaya. Sosok itu telah membawa Aula Cahaya Suci ke masa kejayaannya seorang diri, sehingga menjadi salah satu pasukan terkuat di Sembilan Negara.     

Saat ini, pemimpin dari Aula Cahaya Suci menempati posisi kelima dalam Peringkat Sage dan Saint. Meskipun Aula Cahaya Suci hanya memiliki beberapa murid, mampu menempati posisi lima besar di seluruh penjuru Sembilan Negara menunjukkan bahwa dia adalah seseorang yang sangat tangguh.     

Saint Ji tampaknya telah menyadari tatapan mata Ye Futian dan dia menoleh untuk melihat ke arah Ye Futian, yang dalam sekejap, merasa seolah-olah ada seberkas cahaya yang menyilaukan terpancar ke arahnya, membuatnya tidak bisa melihat untuk sementara waktu, dimana hanya ada cahaya yang menyilaukan di depan matanya.     

Dia langsung mengalihkan pandangannya, dan butuh beberapa saat baginya untuk menenangkan diri, tetapi dia segera menyadari bahwa kini Saint Ji sedang menatapnya. Meskipun cahaya yang menyilaukan itu telah menghilang, kedua mata Saint Ji tetap menjadi sesuatu yang tidak berani dilihatnya secara langsung.     

Itu mungkin adalah bukti kehebatan dari sosok yang berada di posisi kelima dalam Peringkat Saint.     

 "Kau berani mengawasi seseorang tanpa ragu-ragu. Apakah kau tidak memiliki sopan santun?" Suara Saint Ji terdengar sangat tenang, tanpa ada emosi di dalamnya, namun kata-kata itu membuat suasana di tempat itu menjadi sunyi senyap. Orang-orang yang duduk di bagian bawah mendongak ke arah deretan kursi yang ditempati oleh para Saint di bagian atas.     

"Itu Saint Ji." Banyak orang menunjukkan ekspresi aneh di wajah mereka. Saint Ji sedang menanyai Ye Futian.     

"Ini adalah sebuah kesempatan langka bagi saya untuk bisa melihat begitu banyak Saint dari Sembilan Negara berkumpul hari ini. Karena itulah, saya tidak bisa menahan diri untuk menatap anda. Untuk itu, saya meminta maaf dari lubuk hati saya yang paling dalam," balas Ye Futian sambil tersenyum, dia berusaha bersikap sopan dan mengatur agar jawabannya terdengar ramah namun tetap tegas. Namun, dia merasa kesal dengan perlakuan yang diterimanya. Meskipun Saint Ji memang menempati posisi kelima dalam Peringkat Saint, Ye Futian menganggap bahwa Saint Ji telah bertindak berlebihan karena berusaha mengalihkan pandangan matanya mengingat ada begitu banyak orang yang duduk di sekitarnya.     

Semua orang duduk begitu dekat satu sama lain sehingga mereka bisa melihat seseorang selama mereka mengangkat kepala masing-masing. Apakah Saint ini mengatakan bahwa kita semua harus terus menundukkan kepala selama acara ini berlangsung?     

"Saint Ji, apakah kau harus bersikap seperti itu terhadap sesuatu yang begitu sepele?" ujar Saint Li dengan nada datar, dan baru pada saat itulah Saint Ji mengalihkan pandangannya dari Ye Futian dan duduk dengan tenang seolah-olah tidak ada hal yang terjadi sebelumnya. Namun, suasana perjamuan kini menjadi canggung dan aneh. Apa yang telah dilakukan oleh Ye Futian sehingga menyinggung Saint Ji seperti itu sehingga dia perlu diperlakukan sedemikian rupa?     

Saint Ji, yang menempati posisi kelima dalam Peringkat Saint, telah membungkam Ye Futian hanya dengan dua baris ucapannya. Orang-orang dari Aula Cahaya Suci menyaksikan pemandangan itu tanpa berkomentar apa-pun. Ye Futian telah mengamuk selama Pertemuan Sembilan Negara berlangsung kala itu. Aula Cahaya Suci menjadi target mereka dan semuanya berakhir dengan kekalahan yang menyedihkan bagi mereka. Di sisi lain, reputasi Ye Futian semakin meningkat, sehingga dia dikenal oleh semua orang di Sembilan Negara.     

Karena dia sedang duduk di antara para Saint, mungkin dia lupa bahwa dia hanyalah seorang Sage tingkat bawah.     

Tidak peduli betapa luar biasanya bakat yang dia miliki dan bagaimana dia bisa duduk di kursi seperti itu terlepas dari statusnya, dia hanya bisa mengagumi mereka yang duduk di sekitarnya.     

Kepribadian Saint Ji memang sama seperti rumor yang beredar—tidak ramah dan sangat mengintimidasi. Pemikiran itu muncul di benak banyak orang. Bahkan para Saint-pun berpikir demikian. Namun, motif dari tindakan yang dia lakukan sebelumnya tetap tidak bisa dipastikan, karena orang-orang tidak mungkin bisa menebak apakah dia memiliki suatu masalah dengan Ye Futian hanya dari dua baris ucapannya itu.     

Ye Futian tidak membahas masalah ini lebih lanjut setelah Saint Ji berhenti berbicara, meskipun sebuah senyuman sinis terlihat di bibirnya.     

Apa gunanya memiliki bakat jika dihadapkan dengan kekuasaan dan status? Dia tidak mengatakan apa-apa lagi, karena dia menganggap bahwa melawan balik ucapannya akan menjadi sia-sia.     

Akhir-akhir ini namanya menjadi terkenal di seluruh penjuru Sembilan Negara. Berita mengenai perang yang sedang dia hadapi melawan Dinasti Suci Zhou Agung begitu populer sehingga meskipun dia sedang duduk di kursi yang diperuntukkan bagi seorang Saint, dia tetap menarik perhatian banyak orang. Namun, Saint Ji hanya menggunakan dua baris ucapannya, yang mungkin tidak terlalu berarti baginya, untuk benar-benar menghancurkan reputasi yang telah dia kumpulkan selama ini. Dua kalimat itu adalah kata-kata yang tepat untuk ditujukan padanya. Apabila Saint Ji mengatakan hal lainnya, maka itu akan berdampak buruk pada citra Saint Ji karena dia sama saja telah bersikap berlebihan dan memperlakukan juniornya dengan buruk.     

 "Saint Ji memiliki kepribadian yang sangat tidak ramah dan dia sudah seperti ini sejak muda. Tidak ada seorang-pun yang bisa mendekatinya dan dia hanya memiliki beberapa teman. Ditambah lagi, dia memiliki kepercayaan diri yang luar biasa pada kekuatan yang dimilikinya dan sangat berhati-hati dalam bertindak, dia menganggap bahwa teknik latihan yang dimiliki oleh Aula Cahaya Suci adalah yang paling kuat di Sembilan Negara." Tiba-tiba sebuah suara terdengar di telinga Ye Futian—Saint Moon sedang berbicara dengannya secara telepati.     

"Apakah kau pernah menyinggung Saint Ji sebelumnya?" tanya Saint Moon secara telepati.     

Ye Futian melihat ke arah Saint Moon dan menjawab secara telepati, "Ini adalah pertama kalinya kami bertemu satu sama lain. Jika anda bertanya apakah saya pernah menyinggung perasaannya, menurut saya mungkin ini ada hubungannya dengan para murid dari Negeri Barren yang bertarung melawan para murid dari Aula Cahaya Suci di Pertemuan Sembilan Negara kala itu. Tetapi sekali lagi, seorang Saint mungkin tidak akan peduli dengan hal-hal sepele seperti itu."     

Saint Moon terus berbicara dengannya secara telepati, "Mungkin Saint Ji tidak peduli tentang menang atau kalah, tetapi dia merasa heran bagaimana bisa kekuatan hukum para murid dari Aula Cahaya Suci dapat dikalahkan oleh kekuatan hukum lain dari Negeri Barren."     

Ye Futian mengangguk pelan dan berhenti membahas hal tersebut. Lagipula, dia tidak mungkin bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran Saint Ji. Namun, Saint Moon bersedia mengambil inisiatif untuk berbicara dengan Ye Futian secara telepati, jadi sepertinya Saint Moon bermaksud untuk menarik Ye Futian ke pihaknya.     

"Saint Xia telah tiba." Saat ini, banyak orang saling berbisik satu sama lain. Semua orang mengalihkan pandangan mereka dan melihat Saint Xia berjalan ke arah mereka. Sebuah aura yang menakjubkan terpancar dari tubuhnya dan banyak kultivator kuat dari Klan Xia mengikutinya dari belakang. Namun, ada seorang remaja di samping Saint Xia yang memiliki wajah yang sangat menarik, sosoknya terlihat seperti seorang pria, namun kulitnya yang sangat halus dapat menyaingi seorang wanita.     

"Seorang wanita?" Para kultivator memiliki penilaian yang tajam, terutama mereka yang berada di tingkat Plane tertentu. Dalam hal ini, kemampuan penilaian itu memungkinkan mereka untuk melihat bahwa remaja itu adalah seorang wanita, namun remaja itu berpakaian seperti seorang pria dari ujung rambut sampai ujung kaki.     

 "Apakah kursi itu disediakan untuknya?" gumam banyak orang sambil memandang ke arah wajah yang begitu bersih dan sempurna tersebut. Wanita itu berjalan berdampingan dengan Saint Xia, yang menunjukkan seperti apa status yang dia miliki.     

"Kalau begitu, dia adalah seorang Inspektur Pengawas Sembilan Negara, ya?" Banyak orang bisa menebak identitas dari wanita tersebut. Hanya ada beberapa orang yang bisa berjalan berdampingan dengan Saint Xia, dan jika seseorang dianggap memenuhi syarat untuk melakukannya, orang itu bisa saja dua orang Saint lainnya yang berada di posisi lebih tinggi dari Saint Xia, atau seseorang yang berasal dari pihak Saint Xia.     

Sudah jelas bahwa dia bukanlah salah satu dari dua orang Saint tersebut. Oleh karena itu, tampaknya wanita itu tidak lain adalah sang Inspektur Pengawas Sembilan Negara.     

Semua Saint berdiri satu per satu dari tempat duduk mereka, sambil menangkupkan tangan mereka dan memberi selamat pada Saint Xia. Bagaimanapun juga, acara ini adalah perjamuan ulang tahunnya, dan mereka perlu menyampaikan ucapan selamat secara langsung pada saat-saat seperti itu.     

Saint Xia tersenyum dan menangkupkan tangannya pada para tamunya. "Aku sudah hidup cukup lama sehingga kalian tidak perlu bersikap seperti ini. Silahkan duduk dengan santai." Namun, tidak ada seorang-pun yang duduk dan semua orang memberi isyarat padanya, menunggunya untuk duduk di kursinya.     

"Silahkan duduk." Dia tidak duduk dan memberi isyarat pada remaja di sampingnya, yang membuat banyak orang tampak terkejut dan menebak-nebak identitas dari sang Inspektur Pengawas.     

Remaja itu tidak membalas sikap hormat dari Saint Xia dan langsung duduk di kursi utama yang berada di sisi kiri. Baru pada saat itulah Saint Xia duduk di kursinya. Kemudian semua orang menempati tempat duduk mereka masing-masing dan memandang ke arah Saint Xia.     

"Hari ini adalah hari ulang tahunku, dan merupakan kehormatan bagiku untuk mengetahui bahwa kalian semua bisa hadir di sini," ujar Saint Xia sambil tersenyum. Bagi banyak orang yang hadir, ini adalah pertama kalinya mereka melihat sosok yang berada di posisi ketiga dalam Peringkat Saint itu secara langsung. Mereka mengira bahwa Saint Xia adalan sosok yang serius dan mengintimidasi, tetapi sosok yang sedang mereka lihat saat ini adalah seorang lelaki tua yang ramah, membuat banyak orang yang hadir merasa nyaman berada di sekitarnya.     

"Alasan pertama mengapa aku mengundang kalian semua yang berasal dari seluruh penjuru Sembilan Negara kemari hari ini adalah, pertama, untuk bertemu kembali dengan semua teman lamaku, kemudian, untuk melihat seperti apa kemampuan para generasi muda di Sembilan Negara."     

"Alasan kedua adalah fakta bahwa perang suci yang terjadi antara Dinasti Suci Zhou Agung dan Istana Holy Zhi telah menimbulkan banyak korban di kedua belah pihak, sehingga Douzhan, yang baru saja menjadi seorang Saint, serta Zhou Huang dan yang lainnya, harus menghadapi situasi antara hidup dan mati di Perguruan Tinggi Sembilan Negara." Saint Xia memandang ke arah semua orang dan melanjutkan, "Kehidupan seorang kultivator sangatlah sulit, dan merupakan sebuah keberuntungan besar bahwa seseorang dapat menjadi seorang Saint. Zhou Huang, putra dari Raja Suci, namanya juga tertera dalam Peringkat Sage. Selain itu, tidak lama lagi dia akan menjadi seorang Saint. Maka dari itu, tidak perlu ada situasi antara hidup dan mati yang dipertaruhkan di sini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.