Maksud yang Terpendam
Maksud yang Terpendam
"Apa yang dia katakan sebelum aku tiba disini?" Ye Futian bertanya pada Shen Yu. Dia hanya mendengar beberapa baris terakhir dari percakapan mereka barusan.
"Keduanya datang kemari untuk mencari seseorang. Kemudian mereka terus menghina wanita itu." Shen Yu melirik ke arah Wang Yurou ketika dia berbicara. "Aku memintanya untuk pergi, tetapi kemudian dia mulai menyindir bahwa aku telah dipromosikan ke posisi ini dengan menggunakan cara yang curang."
Sambil melihat Shen Yu menundukkan kepalanya, Ye Futian benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan "cara yang curang."
Ye Futian menoleh ke arah Jiang Nan sekali lagi, ekspresinya terlihat muak. Jiang Nan telah berulang kali membuat komentar sinis padanya, tapi Ye Futian seringkali mengabaikannya, ia berpikir bahwa tidak ada gunanya berdebat dengan orang-orang seperti itu. Dia tidak menyangka bahwa Jiang Nan akan terus berada di sekitarnya. Mungkin Jiang Nan menjadi semakin berani setelah diabaikan oleh Ye Futian.
"Aku hanya sekedar berbicara. Aku tidak melakukan apa-pun pada mereka," balas Jiang Nan, ia merasa sedikit gelisah dengan ekspresi serius di wajah Ye Futian. Bagaimanapun juga, Ye Futian telah mengalahkan Chen Wang kala itu. Ditambah lagi, Jiang Nan juga telah mendengar tentang perjalanan Ye Futian ke Klan Zhaixing. Setelah mengambil peralatan ritual milik mereka, dia bahkan berhasil bertahan untuk beberapa saat dalam pertarungan melawan seorang Noble. Jiang Nan menyadari bahwa dia bukan tandingan bagi Ye Futian.
"Bagaimana kau ingin menyelesaikan masalah ini?" Ye Futian bertanya pada Jiang Nan.
"Aku akan meminta maaf dan pergi dari sini. Mulai sekarang aku tidak akan pernah melangkahkan kaki ke dalam Paviliun Celestial lagi," jawab Jiang Nan.
Shen Yu tertawa dengan sinis. Kondisi Jiang Nan kini sangat menyedihkan. Wang Yuqing juga terlihat muak melihat sosok Jiang Nan. Dia merasa sangat tidak nyaman ketika memikirkan bahwa dia pernah bersama dengan seseorang seperti ini, dan dia bahkan mempercayai kata-katanya.
"Dan itu sudah cukup bagimu?" balas Ye Futian.
Jiang Nan memandang Ye Futian dengan tatapan mata yang menghina dan membalas, "Aku juga seorang murid dari Sekolah Starry, sekaligus seniormu. Bahkan jika kau adalah sang Putra, kau tidak bisa melakukan apa-pun yang kau mau padaku. Selain itu, aku berasal dari sebuah keluarga terkemuka di Kota Langit Suci. Aku sudah berkompromi denganmu untuk meminta maaf dan berjanji untuk tidak pernah kembali lagi kemari. Apa lagi yang kau inginkan dariku?"
Ye Futian tidak perlu repot-repot menjawabnya. Diikuti dengan sebuah kilatan cahaya yang menyilaukan, sebuah tombak yang dikelilingi oleh cahaya bintang di sekitarnya muncul di tangannya. Itu adalah Tombak Divine Destruction.
"Kita akan menyelesaikan masalah ini dengan satu ayunan tombak ini. Apa-pun yang terjadi padamu bergantung pada keberuntunganmu sendiri," ujar Ye Futian dengan tenang.
Ekspresi Jiang Nan menjadi serius. Dia mengambil beberapa langkah ke belakang, berupaya untuk pergi, tetapi pintu keluar sudah ditutup. Tampak terpojok, dia memprotes, "Kau tidak bisa melakukan ini padaku."
Menurut rumor yang beredar, tombak itu adalah peralatan ritual yang baru saja didapatkan oleh Ye Futian. Peralatan ritual itu adalah harta karun milik Klan Zhaixing dan beratnya lebih dari 90.000 pon. Jika dia terkena serangan dari tombak itu...
Jiang Nan mulai menyesali keputusannya untuk datang ke Paviliun Celestial. Ye Futian seharusnya sedang berlatih di Sekolah Starry. Jiang Nan tidak menyangka bahwa Ye Futian akan kembali secara tiba-tiba. Lebih buruk lagi, Jiang Nan berpapasan dengan Ye Futian disini.
"Aku hanya mengayunkan tombak ini dengan menggunakan kekuatanku sendiri. Apa kau sudah siap?" Ye Futian menatap ke arah Jiang Nan ketika dia berbicara.
"Tidak..." Ketika melihat Ye Futian berdiri di hadapannya dengan membawa Tombak Divine Destruction di tangannya, wajahnya kini menjadi pucat pasi.
Tombak itu berdesing di udara saat Ye Futian melangkah ke depan. Wajah Jiang Nan terlihat begitu pucat. Sambil mengeluarkan Roh Kehidupan miliknya, Jiang Nan mengaktifkan baju zirah ritual miliknya untuk melindungi diri. Pada saat yang sama, sebuah sihir pertahanan mengelilingi tubuhnya. Dia tidak berniat untuk menyerang. Jiang Nan hanya memikirkan bagaimana caranya dia bisa bertahan dari serangan ini.
Dengan mengambil satu langkah ke depan lainnya, Ye Futian mengayunkan Tombak Divine Destruction ke arah Jiang Nan. Ayunan tombak itu mengeluarkan suara yang mengerikan, dan Jiang Nan bisa merasakan sebuah tekanan yang luar biasa datang dari peralatan ritual tersebut. Wajahnya menjadi pucat pasi, dan dia bahkan menutup kedua matanya saat dirinya dengan panik mengeluarkan Spiritual Qi untuk melindungi diri.
Diikuti dengan suara ledakan yang keras, tombak itu mendarat tepat di bagian dada Jiang Nan. Dalam sekejap, dia terhempas melewati pintu masuk dan hingga bagian luar paviliun. Satu sosok mendarat di jalanan luar, membuat semua orang bergegas pergi dari sana. Orang-orang yang melintas memandang ke arah sosok yang terjatuh itu dengan penuh rasa ingin tahu.
Apakah ada sebuah pertempuran yang terjadi di Paviliun Celestial? Orang-orang bertanya-tanya, ekspresi mereka terlihat bingung. Ye Futian masih menjadi pemilik resmi dari Paviliun Celestial. Siapa yang berani membuat masalah disana ketika nama Ye Futian begitu terkenal dimana-mana?
"Sepertinya seseorang dari Sekolah Starry," seseorang berseru, sambil menatap ke arah Jiang Nan. Tubuh Jiang Nan bergetar tanpa henti di atas lantai, sambil terus menerus memuntahkan darah dari mulutnya. Dia sempat berusaha berdiri sebelum akhirnya terjatuh lagi dan kembali memuntahkan darah. Sepertinya tulang dadanya telah hancur. Dia merasa sangat kesakitan.
"Ah..." Jiang Nan menjerit kesakitan. Dia berbaring di tempatnya sambil menatap ke arah langit, dia merasa sangat kesal. Ye Futian benar-benar tidak memiliki belas kasihan padanya. Ayunan tombak itu hampir saja membunuhnya. Jiang Nan sangat membenci Ye Futian. Dia ingin Ye Futian tewas secara menyedihkan.
Di Paviliun Celestial, Ye Futian tidak memperdulikan Jiang Nan. Jika Jiang Nan tidak memprovokasinya lebih dulu, dia bahkan tidak akan repot-repot mengganggunya.
Sambil melihat ke arah Wang Yurou, Ye Futian bertanya, "Apa yang sedang kau lakukan disini?"
"Aku sedang mencari pekerjaan, lalu aku teringat dengan Paviliun Celestial," Wang Yurou tersenyum pada Ye Futian.
"Tapi kau adalah putri dari Keluarga Wang, apakah kau benar-benar perlu melakukan hal ini?" Ye Futian merasa bingung.
"Putri dari Keluarga Wang?" Wang Yurou tertawa mengejek pada dirinya sendiri, "Aku tidak bisa bergabung dengan Sekolah Starry, dan dengan tingkat Plane yang kumiliki saat ini, ada banyak hal yang tidak bisa kulakukan. Aku tidak tahu harus mengatakan apa kepada orang-orang di rumah jika aku kembali ke Kota Yunyue."
Memang, selama ini dia telah menjadi nona muda dari keluarganya saat dia berada di Kota Yunyue. Statusnya begitu luar biasa pada saat itu. Tetapi ketika dia tiba di Kota Langit Suci, dia bertemu dengan banyak rintangan, dan belum lama ini dia hampir dipermainkan oleh orang lain. Setelah melarikan diri dari mereka, dia datang ke Paviliun Celestial. Saat itulah dia mengerti bahwa di dunia nyata, latar belakang dari keluarganya tidak begitu penting, terutama jika kau berasal dari sebuah keluarga di kota kecil.
Dia akhirnya mengerti mengapa begitu banyak individu yang kuat, bahkan orang-orang dari tingkat Noble Plane, bersedia menjadi seorang pengawal atau pelayan. Lagipula, tidak semua orang memiliki bakat luar biasa seperti yang dimiliki oleh Ye Futian. Kebanyakan orang memiliki bakat yang biasa-biasa saja.
"Sepertinya kau telah mengalami masa-masa yang sulit," Ye Futian terkekeh, "Bagaimana kalau aku mentraktirmu makan sebagai seorang teman."
"Baiklah." Wang Yurou tertawa terbahak-bahak.
"Ayo kita pergi," Ye Futian menawarkan, dan Wang Yurou mengangguk setuju. Sambil melihat ke arah Wang Yuqing, dia berkata, "Sebaiknya kakak pergi saja. Aku akan mengurus diriku sendiri mulai sekarang, kakak tidak perlu mengkhawatirkanku." Kemudian dia berjalan ke dalam Paviliun Celestial bersama Ye Futian.
Wang Yuqing berdiri di tempatnya sambil menyaksikan kedua sosok tersebut, ia tampak tercengang. Ye Futian sama sekali tidak memandangnya sejak dia datang kemari. Seolah-olah dia tidak terlihat, atau bahkan tidak pernah ada di dunia ini.
Dia pasti merasa kecewa. Ada sedikit rasa tidak ketidaknyamanan juga di dalam hatinya. Tapi siapa yang bisa dia salahkan? Dia telah mengatakan banyak hal buruk kepadanya di masa lalu. Sudah cukup baik bagi Ye Futian untuk tidak menaruh dendam padanya. Sekarang, mereka bersikap layaknya orang asing.
Dia adalah sang Putra dari Sekolah Starry, seorang kultivator berbakat yang tak tertandingi di generasinya. Masa depannya sangat gemilang, namun adiknya masih bisa duduk bersamanya sebagai seorang teman. Di sisi lain, dia mungkin hanya bisa mengaguminya dari jauh. Bagaimanapun juga, kesempatan tidak akan datang dua kali.
Sambil berjalan keluar dari Paviliun Celestial dengan rasa sedih di hatinya, Wang Yuqing melihat Jiang Nan berjuang dengan susah payah untuk berdiri di tempatnya. Dia memandangnya dengan perasaan muak sekaligus kasihan sebelum akhirnya berbalik untuk pergi dari tempat tersebut.
Jiang Nan memandang ke arah sosok Wang Yuqing yang perlahan-lahan pergi dengan tatapan mata penuh dendam. Setelah beberapa kali mencoba, dia akhirnya berhasil berdiri. Sambil menatap ke arah Paviliun Celestial, dia juga pergi dengan tertatih-tatih dari tempat tersebut.
Ye Futian dan Wang Yurou sedang makan bersama di wilayah Kolam Peri dari Paviliun Celestial.
"Bolehkah aku menawarkan minuman padamu?" Ye Futian mengangkat sebuah gelas pada Wang Yurou, sambil menyeringai.
"Tentu." Wang Yurou mengangguk, dan keduanya minum bersama-sama. Setelah menghabiskan beberapa gelas, pipinya memerah. Dia memalingkan kedua matanya yang indah ke arah Ye Futian, dan terkekeh, "Aku ingat waktu itu ketika Wang Linfeng pertama kali membawamu untuk menemuiku, aku sangat mencurigaimu kala itu. Tapi karena aku mempercayai Wang Linfeng, aku memutuskan untuk merekrutmu. Aku masih ingat betapa sombongnya dirimu saat itu. Hal itu membuatku sangat kesal."
Ye Futian tertawa tetapi ia tidak mengatakan apa-apa.
"Hidup benar-benar sangat tidak terduga. Siapa yang akan mengira bahwa kau akan menjadi begitu luar biasa? Meskipun kau telah mengalahkan tiga klan besar lainnya, kakekku dan diriku masih percaya bahwa kau hanya mampu bergabung dengan Tiga Sekolah Terbesar. Kami berdua tidak menyangka bahwa kau akan menjadi murid terbaik di salah satu dari Tiga Sekolah Terbesar, dan bahkan dimahkotai sebagai sang Putra. Ditambah lagi kepala Sekolah Starry menyatakan bahwa kau adalah kultivator terbaik di generasimu," ujar Wang Yurou tanpa henti, sepertinya dia menjadi sangat cerewet setelah menghabiskan beberapa gelas minuman.
Tentu saja, kehadiran Ye Futian sangat menginspirasi baginya. Dia tidak menyangka bahwa dia akan bertemu orang seperti Ye Futian di masa hidupnya. Dia bahkan tidak berani berpikir bahwa ada seseorang yang sehebat Ye Futian.
"Apakah kakekmu baik-baik saja?" Ye Futian bertanya.
"Ya," jawab Wang Yurou, "Dia memiliki harapan besar padaku. Dia sedang menunggu berita tentang pendaftaranku di Tiga Sekolah Terbesar. Sebelum aku datang kemari, dia bahkan mengingatkanku untuk menjaga hubunganmu dan kakakku jika aku bertemu dengannya. Aku tidak menyangka bahwa hubunganmu dengan kakak akan menjadi begitu buruk. Aku masih tidak bisa melaporkan hal ini pada kakekku sekarang." Wang Yurou mengatakan semua ini dengan nada menyalahkan dirinya sendiri. Hari-harinya di Kota Langit Suci merupakan pengalaman paling menyedihkan yang pernah dia alami.
"Kakakmu mungkin sudah menjadi orang asing bagiku sekarang, tapi aku harap kau tidak terlalu memikirkannya. Kau masih seorang teman bagiku," jawab Ye Futian. "Jika kau ingin membantuku, kenapa kau tidak tinggal di Paviliun Celestial dan membantu Shen Yu mengelola tempat ini? Kau tahu bahwa aku tidak punya waktu untuk melakukannya sendiri, jadi aku harus merepotkan kalian berdua."
"Aku tidak datang ke Paviliun Celestial untuk bekerja demi mendapatkan belas kasihan darimu," Wang Yurou tertawa. Dia tahu bahwa Ye Futian hanya merasa kasihan padanya sehingga dia menawarkan untuk membantunya.
"Ini bukan belas kasihan; kita hanya dua orang teman yang saling membantu sama lain," desak Ye Futian. "Selain itu, bukankah kalian semua membantuku menjaga Yang Ting dan Yang Yi? Ketika mereka datang ke Kota Langit Suci di masa depan, mereka dapat menginap disini."
Wang Yurou terkejut ketika mendengar kata-katanya. Sambil melihat ke arah kedua mata Ye Futian yang berbinar, dia bertanya, "Apakah ada orang yang kau sukai?"
Terdapat keheningan untuk beberapa saat dimana Ye Futian tidak bisa berkata-kata sebelum akhirnya dia menganggukkan kepalanya.
"Ya, ada seseorang yang kusukai," jawabnya.
"Kalau begitu dia pasti sangat hebat." Wang Yurou tertawa.
"Ya," Ye Futian mengangguk, "Dia bahkan lebih hebat dariku."
Ketika melihat kilau di kedua mata Ye Futian, Wang Yurou merasa sedikit iri. Dia ingin tahu wanita seperti apa yang pantas bersama dengan pemuda di hadapannya ini.
…
Jiang Nan tidak kembali ke Sekolah Starry. Dengan tubuh yang terluka parah, ia berjalan tertatih-tatih menuju sebuah kediaman pribadi di Kota Langit Suci.
Seorang pemuda dengan pakaian yang luar biasa sedang duduk dengan tenang di kediamannya. "Kau hanya pergi keluar untuk menjalankan beberapa tugas, mengapa kau terluka separah ini?" Tatapan mata dari pemuda itu tertuju pada Jiang Nan.
"Aku berpapasan dengannya." Jiang Nan menundukkan kepalanya, tatapan matanya terlihat sedih.
Kedua mata pemuda itu memancarkan kilau berwarna emas. "Semua luka ini disebabkan olehnya?" Dia bertanya.
"Ya." Jiang Nan mengangguk.
Pemuda itu tertawa dengan sinis. "Karena dia telah kembali ke Paviliun Celestial atas keinginannya sendiri, hal ini akan mempermudah rencana kita. Kurasa kau tidak beruntung karena telah melakukan perjalanan yang sia-sia dan bahkan terluka olehnya. Tapi dendam-mu akan segera terbalaskan. Kau akan ikut denganku mulai sekarang."
"Terima kasih, tuan muda." Jiang Nan membungkuk hormat kepada pemuda itu. Tidak sia-sia dia menahan serangan sekuat itu.
"Keluarlah, kalian berdua," perintah pemuda itu dengan tenang. Di sisinya, dua orang berjalan keluar, kedua mata mereka terlihat serius.
"Lakukan sesuka hati kalian. Ingat, aku sama sekali tidak ada hubungannya dengan hal ini." Pemuda itu berdiri dari tempat duduknya dan berbalik untuk pergi. Dia sama sekali tidak merasa khawatir bahwa mereka akan mengkhianatinya. Orang-orang ini memiliki keluarga mereka masing-masing, mereka tidak akan pernah berani mengkhianatinya.