Peramal Agung dari Sekte Ramalan Surga
Peramal Agung dari Sekte Ramalan Surga
Bumm! Bumm! Bumm! Bumm! Bumm!
Ledakan itu terdengar bersamaan dengan telapak tangan itu. Suaranya sangat keras. Selain itu, tampaknya seperti awan gelap yang menutupi matahari dan langit.
Bumm! Bumm! Bumm! Bumm! Bumm!
Ketika telapak tangan itu mendarat, rentetan ledakan itu terdengar lagi di udara. Itu adalah suara orang-orang dari berbagai kekuatan di sekeliling Zhong Chen yang berubah menjadi kabut darah. Orang-orang itu tidak berhasil menghindari serangan telapak tangan itu tepat waktu.
Kabut darah masih mengawang di udara dengan beberapa sisa serpihan di dalamnya seperti mawar merah!
Hanya dalam sekejap mata, lebih dari selusin tokoh digdaya Tahap Malaikat Kahyangan dari berbagai kekuatan di Tanah Malaikat telah tewas tanpa jasad!
Di antara tokoh digdaya Tahap Malaikat Kahyangan yang mati, beberapa telah menembus ke Bentuk Keempat atau Kelima dari Tahap Malaikat Kahyangan. Namun, ketika berhadapan dengan serangan telapak tangan itu, mereka bahkan tidak bisa bertahan melawannya dan juga tidak punya waktu untuk menghindarinya.
Xiu! Xiu! Xiu! Xiu! Xiu!
Saat para tokoh digdaya Tahap Malaikat Kahyangan berubah menjadi kabut darah, Pedang Malaikat Seribu Mantra milik Zhong Chen yang dibawa di punggungnya telah terhunus. Pedang itu terbang dan membentuk jejejaring pedang yang ketat di atasnya.
Jejejaring pedang itu tergantung di langit dan memancarkan Qi Pedang yang menusuk yang sepertinya bisa menghancurkan semua yang ditemuinya!
Jubah hitam yang dikenakan Zhong Chen berkibar di udara saat ekspresi tegang muncul di wajahnya yang sangat tampan. Sumber Malaikat di tubuhnya melonjak tanpa tahanan. Dia telah melepaskan semua Taktik Bela Diri bertahan dan Kemampuan Ilahi bertahan yang telah ia kuasai.
Langit dan Bumi Menghunus Pedang!
Ketika Zhong Chen melakukan gerakan itu, dia telah berhasil menetralkan serangan yang berisi kekuatan penuh dari tokoh digdaya di Bentuk Kedelapan dari Tahap Malaikat kahyangan itu. Dia hanya terluka ringan. Namun, dia telah menghabiskan sebagian besar Sumber Malaikatnya.
Dhuaarrr!
Sebuah suara gemuruh terdengar lagi di udara. Itu berasal dari telapak tangan yang jatuh dari langit sebelumnya. Setelah membunuh lebih dari selusin tokoh digdaya Tahap Malaikat Kahyangan, ia mendarat pada jejaring pedang di atas Zhong Chen.
Bumm Bumm Bumm Bumm Bumm
Suara ledakan terdengar lagi di udara.
Kekuatan perusak dari telapak tangan itu mendarat pada jejaring pedang itu berulang kali saat mencoba menghancurkan pertahanannya.
Jejaring pedang itu juga melemah terkena serangan berulang dari telapak tangan itu.
Zhong Chen sepertinya merasakan sesuatu saat ekspresinya berubah secara dramatis. Telapak tangan itu telah menembus pertahanan jejaring pedangnya dan mendarat padanya. "Tidak!"
Meskipun jejaring pedang itu telah menyerap sebagian besar kekuatan dari telapak tangan itu, kekuatan yang tersisa masih cukup kuat. Ketika mendarat pada Zhong Chen, kekuatan itu mengirimnya terbang dan menabrak suatu tempat di lembah besar itu.
Bumm
Dhuaarrr!
Seiring dengan suara yang menghancurkan bumi itu, seluruh lembah bergetar.
Pada saat yang sama, kekuatan dari telapak tangan itu tampaknya telah sepenuhnya habis.
Saat ini, kerumunan itu, termasuk Cheng Yi Kai, tersadar kembali dan tersentak.
Mereka bahkan belum melihat orang ini tetapi dia telah membunuh lebih dari selusin tokoh digdaya Tahap Malaikat Kahyangan hanya dengan satu serangan telapak tangan!
Bahkan Pendekar Jubah Hitam, Zhong Chen, tokoh digdaya pada Bentuk Ketujuh Tahap Malaikat Kahyangan yang berada di peringkat ke-27 di Peringkat Malaikat Tertinggi, benar-benar tidak berdaya di hadapannya!
Mereka tahu betul di dalam hati mereka bahwa setelah telapak tangan itu mendarat pada Zhong Chen, bahkan jika dia tidak mati, dia akan terluka parah!
Wuzz!
Seberkas embusan angin bertiup melewati semua orang, mengejutkan Cheng Yi Kai dan yang lainnya. Pada saat berikutnya, seseorang muncul di depan mereka.
Ia adalah seorang lelaki tua yang diselimuti jubah hitam panjang. Orang tua itu tinggi dan memiliki tubuh yang kokoh. Meskipun penampilannya biasa saja, matanya memancarkan permusuhan. Sejak dia muncul, dia berdiri tak bergerak seperti patung.
"Itu…"
Cheng Yi Kai yang lihai memperhatikan sebuah sulaman tengkorak merah di area dada jubah yang dikenakan lelaki tua itu. Matanya melebar saat dia mulai gemetar. Seolah-olah dia telah melihat sesuatu yang menakutkan.
Yang lain menatap lelaki tua itu dengan waspada ketika sebuah suara lemah tapi penuh hormat memanggil, "Peramal Agung!"
Zhong Chen-lah yang terlempar menabrak lembah dengan telapak tangannya. Dia memaksa dirinya bangkit. Saat ini, penampilannya tidak lagi setampan dulu. Wajahnya tertutup lumpur dan tanah.
Saat Zhong Chen naik ke udara, dia menatap pria itu dengan waspada dan ketakutan. "K-kau datang secara langsung…" Dia sangat hormat ketika berbicara dengan lelaki tua itu meskipun lelaki tua itu telah melukainya dengan parah! Dia tidak berani menunjukkan sedikit pun rasa tidak hormat.
"Karena kau berhasil selamat dari serangan dari telapak tanganku, aku akan membiarkan kau hidup hari ini!"
Meskipun Zhong Chen telah berbicara dengan hormat, lelaki tua yang dia panggil sebagai Peramal Agung bahkan tidak meliriknya saat dia mencibir dan terbang.
"Terima kasih, Peramal Agung." Zhong Chen menghela nafas lega ketika mendengar kata-kata Peramal Agung. Jika pihak lain bermaksud membunuhnya, dia tidak akan berdaya bahkan jika dia telah menembus Bentuk Ketujuh dari Tahap Malaikat kahyangan.
Setelah beberapa saat, lelaki tua itu mendarat di dekat Cheng Yi Kai.
Ketika Cheng Yi Kai melihatnya, dia buru-buru menjauh. Dia takut akan menyinggung orang tua itu karena menghalangi jalannya.
Kekuatan lelaki tua itu juga membuat Cheng Yi Kai ketakutan.
Ia benar-benar Peramal Hebat!' Cheng Yi Kai bergidik dalam hati. Dia menyadari spekulasinya benar. Orang tua ini adalah Peramal Agung Sekte Ramalan Surga! Dia juga orang terkuat di Sekte Ramalan Surga!
Peramal Agung Sekte Ramalan Surga adalah seseorang yang basis kultivasinya telah menembus ke Bentuk Kesembilan dari Tahap Malaikat Kahyangan.
Posisinya di Peringkat Malaikat Tertinggi hanya berada di bawah Nie Wu Tian, orang terkuat di Tanah Malaikat, dan satu orang lainnya. Dia berada di tempat ketiga di Peringkat Malaikat Tertinggi. Dia adalah salah satu tokoh digdaya teratas yang berdiri di puncak Tanah Malaikat.
Deziing!
Suara desingan saber terdengar di udara, dan Cheng Yi Kai dan Zhong Chen melihat seberkas kilatan di depan mata mereka.
Pria tua itu dengan santai mengayunkan pedangnya dan merobek celah pada penghalang ruang itu. Hanya dalam sekejap mata, dia bergerak dan menghilang ke dalamnya.
"D-dia memasuki ruang itu?!"
Kerumunan itu tercengang ketika melihat tindakan lelaki tua itu.
Sementara itu, beberapa orang yang tersadar kembali bergumam pada diri mereka sendiri, "Sebelumnya, Tuan Zhong Chen memanggil senior itu sebagai Peramal Agung, kan? Peramal Agung adalah gelar yang tidak sembarangan diberikan di Provinsi Atas Tanah Malaikat, kan? "
"Zhong Chen dulunya berada di Sekte Ramalan Surga. Senior itu sangat kuat… Dia pasti Peramal Agung dari Sekte Ramalan Surga, Mo Xuan!"
"Tuan Mo Xuan ?!"
"Itu seharusnya dia! Selain dia, aku tidak bisa membayangkan orang lain yang bisa membunuh lebih dari selusin tokoh digdaya Tahap Malaikat Kahyangan dan melukai tokoh digdaya di Bentuk Ketujuh dari Tahap Malaikat Kahyangan yang berada di peringkat ke-27 di Ranking Malaikat Tertinggi hanya dengan satu serangan telapak tangan bahkan sebelum mengungkapkan dirinya!"
"Mo Xuan, Peramal Agung Sekte Ramalan Surga. Orang terkuat di Sekte Ramalan Surga ... Tokoh digdaya yang berada di peringkat ketiga di Peringkat Orang Suci Tertinggi. Salah satu tokoh digdaya tak tertandingi yang saat ini tinggal di Tanah Malaikat!
Tokoh digdaya yang tiada tanding adalah nama yang diberikan orang-orang dengan penuh rasa hormat kepada orang-orang yang telah menerobos ke Bentuk Kesembilan Tahap Malaikat Kahyangan di Tanah Malaikat.
Mereka yang hadir di situ terkejut sampai ke inti jantung mereka ketika menemukan identitas lelaki tua itu. Pada saat yang sama, mereka merasa penasaran. Mereka penasaran apakah Peramal Agung dari Sekte Ramalan Surga akan selamat tanpa cedera dari jebakan yang ditinggalkan oleh tiga Malaikat Kahyangan/Celestial Terkemuka itu.
Kekuatan dari Formasi dalam jebakan itu bahkan telah merusak Senjata Malaikat Super Bertahan, Lonceng Tanpa Batas. Terlebih lagi, kekuatan itu bahkan menyebabkan Pei Si Hai kehilangan lengan bahkan dengan perlindungan Lonceng Tanpa Batas itu!
"Aku tidak yakin apakah Tuan Mo Xuan akan bisa keluar tanpa cedera!"
"Aku yakin dia bisa! Tuan Mo Xuan bukan hanya Peramal Agung dari Sekte Ramalan Surga dan orang terkuat di Sekte Ramalan Surga. Dia juga satu-satunya orang yang hidup yang telah mengembangkan Kemampuan Ilahi Sekte Ramalan Surga sampai ke batasnya!"
"Kemampuan Ilahi bertahan Sekte Ramalan Surga adalah Kemampuan Ilahi kuno yang dikenal sebagai Kemampuan Ilahi bertahan terbaik di Tanah Malaikat! Dengan Kemampuan Ilahi itu, pertahanan Peramal Agung jelas lebih kuat dari Pei Si Hai dan Lonceng Tanpa Batas."
Kerumunan itu berbisik di antara mereka sendiri. Mereka tampak yakin dengan kemampuan Peramal Agung Mo Xuan dari Sekte Ramalan Surga.
Bahkan Cheng Yi Kai dan Zhong Chen penasaran apakah Mo Xuan bisa keluar tanpa cedera.
Di Provinsi Bawah Tanah Malaikat…
Di dalam sebuah lembah yang sunyi, teriakan-teriakan tiba-tiba bergema di udara.
"Su Li! Bangun… Cepat bangun! Aku gurumu. Lihat! Aku gurumu, Pedang 13!"
Teriakan-teriakan itu cukup keras dan dipenuhi dengan rasa cemas dan tidak berdaya.
Syuuut! Syuuut!
Dua suara desir angin yang cepat di udara terdengar saat dua sosok terbang melintasi lembah.
Namun, kecepatan sang pengejar jauh lebih cepat daripada yang melarikan diri. Hanya dalam sekejap mata, pengejar itu telah menyusul orang di depannya.
Yang melarikan diri itu adalah seorang pria paruh baya. Dia dalam kondisi yang mengerikan seolah-olah dia baru saja lepas dari siksaan.
Pengejarnya adalah seorang pemuda tampan. Dia memiliki sepasang alis berbentuk pedang dan mata yang cerah. Ciri itu seharusnya membuatnya terlihat heroik. Namun, dia saat ini diselimuti Qi Iblis. Selain itu, itu adalah Qi Iblis murni. Qi Iblis murni seperti itu tidak mungkin dimiliki oleh Pendekar Iblis biasa. Bukan itu saja. Mata pemuda itu berwarna merah darah. Sorotnya dingin, menusuk, dan tanpa emosi apa pun.
Syuutt!
Pemuda itu melambaikan tangan kanannya dan sebilah pedang sepanjang tiga kaki di tangannya menghilang seketika. Satu-satunya yang tersisa adalah sebuah desingan pedang.