Mengetuk Pintu untuk Membalas Dendam
Mengetuk Pintu untuk Membalas Dendam
99% dari murid sejati ini adalah tokoh digdaya yang telah memasuki Tahap Malaikat Kahyangan. Yang tersisa adalah orang-orang jenius yang memiliki Akar Spiritual bawaan indigo.
Dengan hanya Akar Spiritual bawaan biru saja sudah cukup untuk membuat seseorag bisa memasuki Tahap Malaikat Kahyangan dan menjadi tokoh digdaya Tahap Malaikat Kahyangan jika tidak ada kecelakaan di tengah jalan, apalagi seseorang yang memiliki Akar Spiritual bawaan Indigo.
Di Sekte Pemuja Api saat ini, tidak lebih dari sepuluh orang yang memiliki Akar Spiritual bawaan indigo. Beberapa dari mereka berasal dari generasi yang lebih tua di Sekte Pemuja Api.
Ambil saja contoh Ketua Sekte Pemuja Api misalnya, ia memiliki Akar Spiritual bawaan indigo. Demikian pula, dua dari tiga Pelindung Sekte Pemuja Api yang hebat dan salah satu dari dua Wakil Ketua juga memiliki Akar Spiritual bawaan indigo.
Pelindung dan Wakil Ketua yang tersisa, di sisi lain, memiliki Akar Spiritual bawaan berwarna biru. Namun Akar Spiritual bawaan mereka berwarna biru tua, itu sangat dekat dengan Akar Spiritual bawaan indigo.
Karena itu, para genius yang memiliki Akar Spiritual bawaan indigo mendapatkan perlakuan khusus dan dapat langsung menjadi murid sejati tanpa harus mencapai Tahap Malaikat Kahyangan karena masa depan mereka yang cerah. Namun, ada aturan yang menyatakan bahwa basis kultivasi mereka setidaknya harus berada di Tahap Malaikat Agung. Itu semudah makan dan tidur bagi para jenius dengan Akar Spiritual bawaan indigo ini untuk menerobos ke Tahap Malaikat Agung.
Di Tanah Suci Sekte Pemuja Api, semua murid elit tinggal di lembah luas yang sengaja didirikan untuk mereka. Ada total 3.000 pekarangan kecil untuk mereka tinggali. Selain itu, lingkungan kultivasi di sana bahkan lebih baik daripada di rumah Primus di Padepokan Empat Simbol.
Adapun bagi murid sejati, mereka tidak tinggal di Pulau Utama.
Mereka tinggal di pulau terapung tersendiri yang mengelilingi Pulau Utama. Mereka semua menempati sebuah pulau yang memiliki rumah besar. Ada juga ruang terbuka besar di depan rumah besar untuk mereka berlatih taktik bela diri dan Kemampuan Ilahi mereka.
Cieeet -
Sebuah suara samar bergema dari salah satu pulau terapung independen.
Seorang pria muda mendorong pintu salah satu kamar di sebuah rumah besar di pulau itu hingga terbuka.
Pria muda itu memiliki tubuh yang tinggi besar. Ada ekspresi acuh tak acuh di wajahnya.
Jika Duan Ling Tian melihat pemuda itu, dia akan dapat melihat bahwa ia sekitar 50% hingga 60% mirip dengan Yang Wu yang telah dibunuhnya. Pemuda ini tidak lain adalah kakak laki-laki Yang Wu, Yang Wen!
"Sedikit lagi… Aku yakin akan dapat berhasil memahaminya dalam kultivasi tertutup ku berikutnya!" Yang Wen bergumam pada dirinya sendiri saat berjalan keluar dari ruangan.
Sebagai murid sejati Tanah Suci Sekte Pemuja Api, selain memiliki basis kultivasi pada Bentuk Pertama dari Tahap Malaikat Kahyangan, Yang Wen bahkan telah menguasai Kemampuan Ilahi gerakan tingkat tinggi. Selama beberapa tahun ini, selain berkultivasi, dia juga mencurahkan waktunya untuk memahami Kemampuan Ilahi menyerang tingkat tinggi.
Dalam kultivasi tertutupnya baru-baru ini, dia akhirnya melihat seberkas keberhasilan saat ia memahami Kemampuan Ilahi menyerang tingkat tinggi!
'Sayangnya ... Wu kecil tidak lagi di sini untuk melihat ku berhasil menguasai Kemampuan Ilahi tingkat tinggi kedua!' Saat Yang Wen memikirkan hal itu, ekspresinya berubah suram ketika mengingat Yang Wu, adik laki-lakinya, yang menganggapnya sebagai idolanya.
Meskipun 90% dari murid Padepokan Empat Simbol Sekte Pemuja Api mengetahui alasan kematian Yang Wu dan merasa bahwa dia telah mencari kematiannya sendiri, sebagai saudara kandung Yang Wu, dia tidak berpikir demikian. Di matanya, saudaranya tidak bisa berbuat salah. Bahkan jika saudaranya telah bertindak keterlaluan, sebagai kakak laki-laki, dia akan seterusnya mendukungnya terlepas dari apakah dia benar atau salah!
Karena alasan itu, ketika mengetahui Yang Wu telah terbunuh, dia menganggap Duan Ling Tian sebagai musuh bebuyutannya. Dia tidak akan beristirahat sampai berhasil membunuh Duan Ling Tian.
"Duan Ling Tian telah memasuki Tanah Suci?" Ketika Yang Wen meninggalkan pulau terapungnya untuk pergi ke Alun-alun Pusat di Pulau Utama, dia mendengar pembicaraan beberapa murid Tanah Suci yang lewat.
Dari pembicaraan mereka, dia mengetahui bahwa musuhnya, orang yang telah membunuh adiknya, telah memasuki Tanah Suci dan menjadi seorang murid Tanah Suci.
"Dia ternyata telah memahami Kemampuan Ilahi yang paling berharga dari Padepokan Kura-kura Hitam, Perisai Kura-kura Hitam?" Ketika Yang Wen mengetahui bagaimana caranya Duan Ling Tian memasuki Tanah Suci, sedikit rasa cemburu melintas di matanya.
Yang Wen juga berasal dari Padepokan Kura-kura Hitam, bagian dari Padepokan Empat Simbol. Dia telah mencoba memahami Kemampuan Ilahi yang paling berharga dari Padepokan Kura-kura Hitam, Perisai Kura-kura Hitam, tetapi tidak membuahkan hasil bahkan setelah bertahun-tahun.
Pada akhirnya, dia hanya bisa menyerah dan memahami kemampuan gerakan tingkat tinggi lainnya yang akhirnya telah berhasil ia kuasai. Saat ini, dia sedang dalam proses memahami Kemampuan Ilahi tingkat tinggi lainnya lagi.
"Bahkan jika aku tidak bisa membunuh atau melumpuhkanmu secara terbuka… Aku tetap ingin kau merasakan bagaimana rasanya dimana kau lebih berharap agar kau mati saja!" Mata Yang Wen berkilat dingin saat meninggalkan Alun-alun Pusat dengan kecepatan yang sangat tinggi saat bergerak menuju kediaman murid Tanah Suci.
Dia bergerak dengan penuh ancaman. Siapa pun bisa tahu bahwa dia menyimpan niat buruk.
Dia bukan Li An. Sebagai Tetua Api Perak Padepokan Kura-kura Hitam, tentu saja, tidak nyaman baginya untuk bergerak menyerang murid Padepokan Kura-kura Hitam, apalagi menyiksa murid itu sampai menderita dan mengharapkan kematian. Itu akan mempengaruhi reputasinya karena orang akan mengatakan bahwa ia menindas yang lemah.
Jika berita itu menyebar, Sekte Pemuja Api akan menjadi bahan olok-olokan. Ini dapat menyebabkan banyak jenius yang berencana untuk bergabung dengan sekte mereka berubah pikiran dan bergabung dengan dua sekte besar lainnya. Jika itu terjadi, akan menjadi kerugian besar bagi Sekte Pemuja Api.
Karena alasan itu, Li An takut pejabat tinggi Sekte Pemuja Api akan mengusirnya dari Sekte Pemuja Api karena marah.
Namun, semua ini tidak berlaku untuk Yang Wen. Dia bukan tetua Sekte Pemuja Api. Dia hanya seorang murid Sekte Pemuja Api seperti Duan Ling Tian. Bahkan jika berita tentang dirinya menyiksa Duan Ling Tian menyebar karena membalaskan dendam saudara kandungnya, itu tidak akan mempengaruhi reputasi Sekte Pemuja Api sama sekali. Selain itu, selama dia tidak membunuh atau melumpuhkan Duan Ling Tian, dia tidak akan melanggar aturan Sekte Pemuja Api sama sekali.
Ini adalah suatu celah dalam aturan Sekte Pemuja Api. Celah itu selalu ada di sana, dan sepertinya sengaja ditinggalkan di sana.
Karena celah dalam aturan itu, ada beberapa orang di sekte yang disiksa sampai mereka berharap mereka lebih baik mati.
Orang-orang yang disiksa sampai mereka berharap lebih baik mati biasanya akan bekerja lebih keras lagi setelah itu. Beberapa dari mereka berhasil membalas dendam. Mereka yang tidak berhasil membalas dendam menemukan bahwa mereka telah berkembang lebih jauh karenanya.
Bisa dikatakan celah aturan di dalam aturan Sekte Pemuja Api itu telah mengilhami banyak murid Sekte Pemuja Api.
Tentu saja, di Sekte Pemuja Api, sangat sedikit orang yang akan menyiksa seseorang sampai mereka berharap mereka lebih baik mati kecuali jika ada suatu permusuhan besar yang mendalanginya dan salah seorang tidak mau menerima Duel Maut.
"Itu Kakak Senior Yang Wen!" Ketika Yang Wen muncul di kediaman murid Tanah Suci di lembah yang luas itu, hal itu menarik perhatian banyak orang.
Yang Wen dulunya adalah murid Tanah Suci yang tinggal di situ juga. Namun, setelah menerobos ke Tahap Malaikat Kahyangan dan menjadi murid sejati, dia tentu saja meninggalkan tempat itu.
Namun, banyak murid Tanah Suci yang masih mengingatnya dan bisa mengenalinya hanya dalam sekejap.
Wuss!
Yang Wen bergerak sangat cepat dan tiba di sisi lembah.
Ada lima murid Tanah Suci berkumpul di sana. Mereka awalnya berbicara tetapi menjadi terganggu oleh kehadiran Yang Wen.
Mereka merasa sedikit canggung dengan adanya Yang Wen di sana.
"Kakak Senior Yang Wen!"
"Kakak Senior Yang Wen!"
"Di mana Duan Ling Tian tinggal?" Yang Wen menatap kelima murid Tanah Suci itu. Sedikit aura arogansi terlihat di matanya saat melihat lima dari mereka.
Ketika lima murid Tanah Suci mendengar kata-katanya, mereka menyadari bahwa mereka bukanlah targetnya. Mereka langsung menghela nafas lega sebelum secara bersamaan menunjuk ke suatu arah.
Yang Wen melihat ke arah yang ditunjuk oleh kelima murid Tanah Suci itu. Dengan segera, tatapannya beralih pada sebuah pekarangan kecil, dan dia segera terbang menuju ke sana.
Namun, ketika sampai di luar pekarangan kecil itu, dia tidak memaksa masuk. Sebaliknya, dia duduk bersila di udara dan menutup matanya untuk mencapai ketenangan mental.
Dia berkultivasi sambil menunggu dengan tenang.
Bukannya dia tidak ingin memaksa masuk. Namun, jika ia melakukannya, konsekuensinya bukanlah sesuatu yang bisa dia tanggung.
Pertama-tama, setiap rumah batu di belakang pekarangan kecil tempat para murid Tanah Suci tinggal itu memiliki efek kedap suara yang sangat kuat. Tidak hanya itu, tetapi ada suatu Formasi yang menghentikan Pengawasan Dewa untuk masuk juga diletakkan di dalamnya.
Selain membuka pintu, satu-satunya metode lain untuk memberitahukan orang di dalamnya adalah menghancurkan Formasi yang menghentikan Pengawasan Dewa yang menghalangi atau menghancurkan rumah batu itu.
Namun, jika ia melakukan hal itu, ada kemungkinan besar bahwa orang di dalam akan menjadi gila karena penyimpangan Qi!
Menurut aturan Sekte Pemuja Api, siapa pun yang mengganggu kultivasi sesama murid dan menyebabkan orang tersebut menjadi gila akan dijatuhi hukuman mati terlepas dari bakat dan posisinya.
Tentu saja, Yang Wen berharap Duan Ling Tian menjadi gila, tetapi dia tidak mau membayarnya dengan nyawanya sendiri.
Kalau tidak, dia tidak hanya akan berencana untuk menyiksa Duan Ling Tian sampai berharap lebih baik mati. Ia merasa nyawa Duan Ling Tian tidak seberharga nyawanya sendiri, oleh karena itu ia tidak akan mengorbankan nyawanya sendiri hanya untuk membunuh Duan Ling Tian.