Devil's Fruit (21+)

Keadaan Revka



Keadaan Revka

0Fruit 1097: Keadaan Revka     

Seluruh pasukan iblis segera membubarkan diri ke tempat mereka masing-masing setelah makhluk asap hitam ditumpas habis oleh para malaikat yang hadir di angkasa dan langit telah selesai diperbaiki oleh malaikat-malaikat itu pula.      

Begitu pula Tim Blanche yang juga segera menyingkir dari medan pertempuran, berkumpul semua di kediaman Andrea. Mereka memilih kebun sakura milik sang Cambion sebagai tempat beristirahat karena itu sangat nyaman dan luas.      

Kenzo dan Ronh lekas menciptakan alas nyaman untuk mereka semua duduk dan berbaring bagi yang terluka.      

"Apakah kau masih merasa sakit?" Andrea bertanya pada suaminya yang tadi mengalami 'hukuman' dari malaikat serafim. Dia sudah memberikan pil obat pada Dante dan kini membaringkannya di pangkuan dia.      

"Sudah jauh mendingan begitu berbaring di pahamu, sayank." Tanpa malu, tuan Nephilim berujar seraya mengerling nakal ke istrinya.      

"Tsk! Kau ini masih sempat-sempatnya!" tegur Andrea, berlagak marah padahal wajahnya menyiratkan sebaliknya.      

Sementara itu, Kuro di sisinya sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Meski begitu, dia sedang dipeluk oleh Vargana, ditopang tubuhnya saat duduk.      

"Mpok Kitty aman kah?" tanya Andrea pada Revka yang berbaring di atas paha suaminya dan mendapatkan perawatan healing dari Shona, putrinya.      

Revka diam saja dan hanya acungkan tangan membentuk gesture oke. Ia sedang malas bicara dan lagi pula, hukuman dari malaikat tadi begitu ekstrim dan tidak terduga, sangat menyakitkan, bagai tulang dicabuti dan kulit dikelupas paksa.     

"Dia sudah jauh lebih baik berkat pil obat Tuan Puteri dan kini dirawat Shona." Pangeran Djanh memberikan jawaban sebagai perwakilan istrinya. Senyumnya mengembang. Meski wajahnya tampak demikian, sebenarnya dia sudah hampir hilang kesabarannya karena sang istri mendapatkan perlakuan demikian.      

Meski merupakan iblis, namun sebagai suami yang mencintai istrinya, mana bisa Pangeran Djanh tahan melihat sang istri menderita? Apalagi di depan matanya. Tapi dia paham, jika tadi dia menepikan semuanya dan bergerak maju melawan malaikat yang menghukum Revka, maka akibatnya bisa lebih mengerikan untuk sang istri.      

Oleh karena tau apa yang akan dihasilkan dari tindakan nekatnya pada istrinya nanti, membuat Pangeran Djanh bagai dibelenggu dan harus diam menunggu istrinya selesai menerima hukuman. Walaupun menyakitkan, tapi dia harus menyaksikan sang istri diperlakukan demikian.      

Hanya bara dendam saja yang berkobar di benak sang pangeran dan berharap dia cukup kuat untuk membalaskan rasa sakit sang istri hari ini, berkali lipat pada malaikat itu.     

Yang dilakukan para malaikat serafim pada Dante dan Revka adalah mengambil kembali semua darah, semua gen, semua sel, dan semua kekuatan yang mereka miliki dari ras malaikat dan nephilim. Tidak menyisakan sedikitpun.      

"Kalau begini, bukankah artinya Tuan Dante dan Nyonya Revka sudah tidak bisa dikatakan keturunan malaikat lagi, benar?" Ronh memberanikan diri mengeluarkan asumsinya.      

Andrea dan Pangeran Djanh yang pertama kali mengangguk mengiyakan kalimat dari suami Myren.      

"Sekarang Dante dan Mpok Kitty sudah sepenuhnya iblis." Andrea menatap lekat pada suami di pangkuannya. Dante mendongak dan balas tatapan istrinya disertai senyuman penuh cinta.     

"Aku tidak perduli menjadi apapun asalkan aku bisa tetap bersama Andrea, istriku. Mau itu iblis atau monster atau manusia, terserah, yang penting ... aku tidak kehilangan Andrea dan cintanya." Satu tangannya terulur ke atas menggapai pipi sang istri.      

"Csk!" Andrea mendecih. "Memangnya siapa yang mencintaimu, sih?" Andrea berpaling sambil pipinya mengeluarkan semburat merah muda tipis. Begitu samar tidak terlihat tapi takkan mungkin lolos dari penglihatan suaminya.      

Dante terkekeh dan melanjutkan bicara, "Lihat saja nanti apa hukuman yang akan kuberi untukmu setelah kondisiku ini pulih."     

Putri Cambion menjulurkan lidah ke suaminya. Tapi, dia lalu berkata, "Kalo Dante kan dulu udah pernah dapet suntikan darah iblis dan juga kekuatan iblis dari babehku, jadi mungkin tidak terlalu menderita bangetlah waktu tadi dihukum malaikat. Tapi Revka? Apa dia juga kayak Dante?" Ia menatap ke Revka yang kondisinya lebih menyedihkan ketimbang suaminya.     

"Hm, ini memang tidak terduga." Pangeran Djanh menjawab. Revka terlalu lemah bahkan untuk sekedar bicara. "Selama ini aku hanya pernah memberikan dia tambahan satu paru-paru iblis saja agar dia bisa bernapas nyaman selama di Underworld. Aku tidak pernah menyangka dia akan dihisap habis seperti ini oleh mereka." Ia memandang iba dan hatinya sakit melihat kondisi sang istri.      

"Apa Pangeran tidak ingin mencoba menyuntikkan darah iblis padanya?" King Zardakh yang ikut ke mansion Andrea mulai bicara.      

"Dulu Revka menentang usulku itu. Dia terlalu keras kepala." Pangeran Djanh tertawa masam sambil menatap sang istri yang seperti orang sekarat.      

"Pastinya sekarang hal itu merupakan pilihan satu-satunya untuk istrimu bertahan, kan?" King Zardakh masih yang bertanya.      

Pangeran Djanh melirik istrinya lagi dan lalu tersenyum lebih lebar dari sebelumnya dan menjawab, "Kali ini, dia tak punya pilihan dan harus patuh pada pengaturanku. Saat ini bisa dikatakan darah yang ada di tubuhnya sudah tidak ada, dan daya topang hidupnya hanyalah berdasarkan paru-paru iblis yang aku berikan. Setelah kondisinya lebih kuat, aku akan memberikan semua yang dia perlukan. Darah, sel, otot, dan apapun itu ... dan tidak membutuhkan sedikitpun dari para malaikat sialan itu."      

Meski mengatakannya dengan wajah tersenyum, namun semua orang di sana jelas merasakan aura membunuh yang pekat keluar dari tubuh Pangeran Djanh. Dia terlalu sakit hati mendapati apa yang terjadi pada istrinya.      

"Aku akan coba buatkan ramuan untuk Revka dan akan kubuat dia lebih kuat ketimbang sewaktu dia punya kekuatan malaikat atau nephilim!" Andrea berjanji. Meski Revka merupakan frenemy (teman tapi musuh, musuh tapi teman), namun orang takkan ragu akan seberapa perduli Andrea pada Revka.      

"Baiklah, sepertinya ini waktu bagi kami untuk undur diri dari sini." Pangeran Djanh mohon diri untuk pergi. "Terima kasih atas waktu menyenangkan tadi. Dan ... jika Shona dan Zevo masih ingin di sini, silahkan saja." Ia menoleh ke dua anaknya.      

"Aku akan ikut Papa agar bisa sembuhkan Mama." Shona tampaknya masih khawatir dan ingin bantu ibunya.      

"Hm, baiklah." Pangeran Djanh tidak berkata banyak dan mulai menghilang sambil Revka masih ada di pangkuannya. Shona merundukkan punggungnya ke tim Blanche dan pamit lalu menghilang juga. Pangeran Zaghar tidak bisa mengikuti karena dia tidak mungkin turut ke istana Huvro. Statusnya masih sebagai tunangan saja.     

Jovano melirik ke sahabatnya, Zevo, sembari senggol lengan menggunakan siku dan bertanya lirih, "Kau tidak ikut?"     

Zevo menoleh kaget ke Jovano yang menyenggol lengannya. "Ohh ... ehh ... aku, aku masih ingin di sini. Lagipula, aku tak tau akan melakukan apa kalau ikut mereka." Ia menjawab sembari diam-diam melirik ke arah Kuro. Si gadis hybrid itu masih terlihat lemah dan sedikit pucat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.