Mentor Untuk Kiran
Mentor Untuk Kiran
Tim Blanche seperti sedang di-charge ulang selama mereka berada di alam Cosmo milik sang Cambion, Andrea. Para remaja sibuk bersenang-senang dengan anak-anak Sabrina, berlarian dan menjelajahi alam Cosmo.
Sedangkan yang dewasa lebih memilih mengurus hal-hal penting lainnya. Andrea berkutat di Pondok Alkimia bersama Rogard sebagai asisten seperti biasanya. Shelly akan membantu Kyuna menyediakan makanan yang enak. Sedangkan Dante akan berlatih dengan putranya, Jovano.
Dante masih harus menyesuaikan diri dengan dirinya yang baru yang sepenuhnya bersih dari aura Nephilim. Bahkan kekuatan elemen petir dia pun dihisap habis oleh malaikat Serafim waktu itu. Ini menyebabkan dia hanya memiliki kekuatan sihir saja dan ketrampilan bertempur dengan pedang.
Kali ini, dengan berliburnya mereka di Cosmo, Dante ingin membangkitkan kekuatan lain dari dirinya. Kalau dia beruntung, dia bisa mendapatkan kembali kebangkitan kekuatan petir seperti sebelumnya melalui kristal inti yang berlimpah di kebun alam Cosmo.
Andrea dan ayahnya, King Zardakh, sudah meneliti mengenai kondisi Dante dan lelaki mantan Nephilim itu masih memiliki kemungkinan membangkitkan tenaga petir iblis dari aliran darah iblis yang dulu diberikan King Zardakh.
Dante hanya perlu menstimulasi kekuatan itu keluar dari dirinya. Ini mengapa dia menjadi rajin mengonsumsi kristal inti berelemen petir. Saat ini, dia hanya memiliki kekuatan dasar iblis, elemen api. Itu pun tidak begitu kuat. Dia masih jauh dari level kekuatan sebelumnya.
Jovano tidak keberatan membantu sang ayah untuk berlatih. Dia juga butuh disibukkan agar tidak tenggelam lagi dalam kesedihannya akan Nadin. Inilah mengapa jika dia selesai berlatih dengan ayahnya, dia akan tenggelam di Pondok Senjata yang khusus dibangun untuk dia belajar membuat senjata.
Di Pondok Senjata itulah Jovano akan terus menerus memukulkan palu dengan sekuat tenaga dia seakan dia sedang menghantam kesedihannya. Kadang dia akan mengusap matanya yang basah dan mulai menghantam keras-keras palu raksasanya.
Sedangkan Shiro dan Zevo juga makin giat berlatih. Jika Jovano sedang tenggelam di Pondok Senjata, maka dua pria muda itu yang akan menjadi patner Dante dalam berlatih.
Raja Naga Heilong akan memanfaatkan waktu ini untuk kembali masuk ke guanya dan berkultivasi di dalam sana sampai nanti dia akan dipanggil ketika tenaganya diperlukan.
Untuk Weilong si naga mungil, binatang terkontrak milik Jovano, dia masih tekun di guanya sendiri, berkultivasi demi kemajuan kekuatannya. Ia ingin lebih kuat dalam hal ilusi. Meski tubuhnya kecil, tapi dia tidak menyerah untuk terus memperbesar kekuatannya.
"Hei, apakah menurutmu ini adalah waktu yang tepat untuk Ranran berlatih?" Malam itu di meja makan pondok Cosmo, Andrea mengeluarkan pemikirannya sambil melirik Kiran yang duduk tak jauh darinya.
"Sepertinya aku setuju dengan pemikiranmu itu, sayank." Dante mengangguk.
"Ya, Kiran sudah lama tidak berlatih. Apa kau mau meneruskan latihanmu, Ran?" tanya Vargana ke remaja pendiam itu.
Pipi Kiran bersemu merah muda untuk sekejap ketika perhatian semua orang tertuju padanya. Ia pun mengangguk sambil mengulum senyum dan tertunduk malu. Sudah sejak lama dia ingin berlatih, namun ayahnya belum memberikan lampu hijau karena keadaan saat itu begitu kacau dengan masalah makhluk asap hitam dan vampir generasi baru.
Dan karena sekarang keadaan sudah lebih tenang dan stabil, maka tidak akan ada masalah jika Kiran mulai kembali berlatih. Bahkan Andrea pernah mengatakan bahwa Kiran memiliki potensi menjadi Healer seperti Shona.
"Aku bersedia menjadi patner berlatih Ran kalau dia mau." Shiro tiba-tiba menawarkan dirinya sendiri.
"Kak Shiro yakin?" tanya Gavin ke Shiro, tidak menyangka malah si hybrid putih yang mengajukan diri. Selama ini, Gavin selalu menjadi patner dari Kiran, adiknya, tapi sebenarnya dia tidak terlalu sabar untuk menjadi seorang pembimbing. Dia sering membentak dan menghardik sang adik sampai Kiran kadang ketakutan sendiri.
"Oke, kita serahkan kemajuan kekuatan Ranran ke Shiro!" Andrea langsung saja memutuskan demikian. "Shiro sayank, tolong bimbing Ranran kita biar lebih kuat dan hebat, yah!" Ia berikan senyuman tulus ke anak hybrid-nya.
Shiro mengangguk tegas dan meneruskan makannya.
-0-0-0-0-
Pagi harinya, ketika semua orang selesai mandi dan makan sarapan, para remaja seperti biasa, melanjutkan petualangan mereka menjelajahi alam luas Cosmo bersama dengan anak-anak Sabrina.
Pangeran Abvru juga kini sudah mulai bersedia naik di punggung salah satu anak Sabrina generasi pertama. Tadinya dia ingin naik bersama dengan Vargana, tapi gadis itu mencibir dan menolaknya sebelum meledak tawa nakalnya. Sang pangeran tak berdaya dengan sikap badung calon istrinya.
Sementara itu, sang kakak, Pangeran Zaghar, lebih beruntung karena calon istrinya lebih kalem dan tidak keberatan naik bersama di punggung singa muda mereka. Kadang Pangeran Abvru bertanya-tanya kapan Vargana bisa bersikap semanis Shona, tapi kemudian dia menepiskan pemikiran itu dan menganggap apapun karakter Vargana, itu adalah unik dan yang penting, gadis itu adalah miliknya.
Saat para muda sedang bersenang-senang menjelajah alam, Kiran berlatih dengan Shiro. Sepertinya Kiran lebih suka dibimbing oleh si hybrid putih ketimbang kakaknya yang kurang sabar.
Shiro secara mengejutkan, dia bisa menjadi mentor yang baik dan juga sabar menghadapi segala kegagalan Kiran dalam latihan. "Tak apa, ayo coba lagi. Kali ini coba fokuskan pikiranmu pada air di depanmu."
Keduanya sedang berlatih di tepi sungai, tak jauh dari pondok mereka.
Kiran kembali menutup matanya dan memikirkan air di sungai itu untuk bisa terhubung dengan air di sana. Elemen dia adalah air, makanya dia berlatih menggunakan media air sungai ini.
Air sungai perlahan membumbung naik dari tempatnya dan mulai berputar dan berputar dengan kendali Kiran. Kedua tangan gadis itu terjulur ke depan sambil dia menutup mata berkonsentrasi.
Pusaran air sudah mulai terbentuk dengan stabil berdiameter sekitar setengah meter. Itu mulai naik dan naik ke atas.
Pyaakk!
"Oughh! Lagi-lagi gagal ..." Kiran terlihat kecewa ketika dia membuka matanya dan pusaran air yang tadi berhasil dia bentuk sudah jatuh kembali ke sungai di bawahnya. Ada rasa kecewa yang tidak bisa tertutupi di wajahnya.
Sudah satu jam lebih dia begini dan begini. Ketika hampir mengangkat setinggi 5 meter ke atas, pusaran air selalu jatuh sebelum mencapai tinggi yang dia inginkan. Ini sungguh membuat frustrasi.
Shiro menganalisis apa yang ada di depannya dan kerutkan keningnya. "Ran, boleh aku beri masukan?"
"Tentu saja, Kak Shiro. Kan Kakak pembimbing aku." Kiran mengangguk.
"Coba kamu tidak usah menutup mata ketika menggerakkan pusaran air." Shiro mengatakan pemikiran dia.
Kiran ingin memberikan bantahan, tapi tidak jadi. Apa gunanya dia dibimbing jika dia membantah? Maka, dia pun kembali berdiri mantap di tepi sungai, mengatur napasnya dulu dan kali ini tidak menutup mata, membiarkan dua matanya menatap lurus ke depan, ke air sungai.
Tangan terjulur ke depan dan perlahan ... air sungai mulai naik dan membentuk pusaran seperti angin puting beliung namun ini skala kecil.
"Pertahankan terus, Ran ... jangan kehilangan pandanganmu dari air itu, terus tatap pusaran air itu dengan tegas, katakan dalam hatimu bahwa kamu akan menundukkan airnya."
Kiran memasukkan kata-kata Shiro barusan ke benaknya dan tiba-tiba ... pusaran air itu makin tinggi dan tinggi dan kini sudah meliuk di ketinggian lebih dari 10 meter, melebihi goal yang dia inginkan. "Woaahhh!"