The Alchemists: Cinta Abadi

Keributan Di Kota Tua (2)



Keributan Di Kota Tua (2)

0"Oh... kumohon, aku ingin kau memanggil namaku saja," Anne mengerucutkan bibirnya dan mencengkeram lengan Rose dengan lembut. Gadis itu kini tampak seperti anak kecil yang merajuk karena permintaannya tidak dipenuhi. "Aku tidak ingin kau memanggilku 'Yang Mulia' kecuali kita berada di acara publik atau resmi."     

"Tapi kan... kita sekarang berada di depan umum," Rose mengangkat bahu.     

Ia memandang sekilas ke sekitar mereka seolah-olah menunjukkan kepada Anne bahwa ia salah jika berpikir Rose akan memanggilnya dengan nama panggilan dengan begitu banyak orang di sekitar mereka.     

Mata Anne berkaca-kaca. Ia tampak sedih dan tersinggung karena Rose dengan jelas memasang tembok yang tinggi di antara mereka berdua, meski Anne sudah berusaha untuk bersikap baik.     

Ia bertanya kepada Rose dengan suara serak dan berusaha terlihat tenang. "Apa kau membenciku, Rose? Kenapa kau tidak suka kepadaku?"     

Tepat pada saat itu, Rose menyadari bahwa ia akan mengundang gosip jika ia membiarkan Anne bertindak seperti ini, berpikiran bahwa Rose membencinya.     

Rose dengan cepat menepuk bahu Anne dan tersenyum meyakinkan, "Bagaimana aku bisa membencimu? Aku hanya tidak ingin bersikap sombong dan tidak tahu sopan santun kepada calon ratu kami. Aku harap kau mengerti sikapku, Yang Mulia."     

Sarah berjalan ke arah mereka dan membisikkan sesuatu ke telinga Anne. Segera, sang putri melangkah mundur dan menatap Rose dengan mata yang membesar.     

Rose hanya bisa bertanya-tanya apa yang baru saja dikatakan Sarah Miller kepada Putri Anne. Mungkinkah ia memfitnah Rose dan mengatakan yang tidak-tidak kepada Anne?     

"Oh..." Anne menghela napas pendek dan ia tampak kaget. Air matanya perlahan mengalir di pipinya saat ia berbalik dan melangkah pergi. Gadis yang lain mengikutinya, mereka terlihat mencoba menenangkannya.     

Kerumunan itu jelas tertarik untuk mencari tahu apa yang baru saja terjadi.     

Beberapa reporter dengan cepat berkumpul di sekitar Rose, sementara kedua gadis itu mencoba mengejar Anne yang dengan cepat dikepung oleh pengawalnya.     

"Mengapa kau membuat Putri Anne menangis?" seorang reporter bertanya kepada Rose dengan terang-terangan. Gadis itu terkejut dengan apa yang terjadi dan bahkan tidak bisa memproses pertanyaannya.     

Apa yang baru saja dikatakan Sarah kepada Anne?     

"Sarah! Apakah kau memfitnahku? Apa kau menjelek-jelekkan aku di hadapan Anne?" Rose mendatangi Sarah yang tersenyum tipis saat menyaksikan kejadian tersebut. Rose meraih kerah baju gadis itu dan menariknya dengan paksa. "Apa yang kau katakan kepadanya?? Dasar rubah betina licik!"     

"Aku tidak memfitnahmu... cih," Sarah mendorong tubuh Rose hingga ia menjauh darinya dan memperbaiki kerahnya. "Aku baru saja mengatakan yang sebenarnya, bahwa kau menyukai saudaramu sendiri. Kau seharusnya malu kepada dirimu sendiri!"     

"Apa?"     

"Lady Rose jatuh cinta dengan Pangeran Leon? Saudara tirinya sendiri?"     

"Ini skandal besar!"     

Para reporter langsung berubah seperti hiu yang mencium bau darah. Mereka semua mencoba mendekati Rose dan memaksa gadis itu untuk berbicara.     

Rune, yang melihat keributan itu, dengan cepat melindungi tubuh Rose dengan tubuhnya. Ia mengangkat tangannya dan memberi isyarat kepada mereka semua untuk mundur.     

"Pergi sekarang. Atau aku tidak akan ragu menggunakan kekerasan," katanya tegas.     

Rose tercengang melihat reaksi Rune. Tiba-tiba Rose merasa terpojok oleh Sarah Miller dan para reporter dan tidak tahu bagaimana harus menanggapinya. Rose tidak menyangka mereka akan bertemu Anne dan gadis-gadis itu di Kota Tua ini.      

Bukankah mereka seharusnya bersiap-siap untuk mengadakan pesta penyambutan yang besar untuk memperkenalkan Putri Anne ke masyarakat kelas atas Medion? Apa yang mereka lakukan disini?     

"Dan siapa kau ini?" Sarah menyipitkan matanya dan menatap Rune dengan ekspresi mengejek. Ia sekilas melihat pakaian sederhana pria itu dan segera menebak bahwa ia sudah pasti pria dari latar belakang yang sederhana.     

"Aku kekasih Rose, apa ada masalah?" tanya Rune mengancam. Ia tidak mencoba untuk bersikap sopan kepada orang-orang yang dengan sengaja mengganggu atau menyakiti Rose.     

"Pacar? Apa yang kau katakan itu benar?" Sarah tertawa dan batuk sedikit. "Dan siapa namamu? Aku bisa melihat selera Rose tidak berubah sama sekali selama bertahun-tahun."     

"Itu bukan urusanmu," Rune menatap Sarah dengan tatapan jijik. "Pergi sekarang, atau yang lain..."     

Pemandangannya terkesan lucu, bagaimana mungkin kehadiran Rune seorang yang tampak begitu percaya diri dan galak bisa membuat orang-orang itu merasa takut kepadanya. Mereka semua akhirnya berhenti mendorong dan perlahan berjalan mundur.     

Beberapa dari mereka mengambil foto Rose dan Rune sebelum mereka pergi. Rune dengan cepat mengangkat tangannya untuk menutupi wajahnya, tapi sudah terlambat. Beberapa reporter sudah berhasil mengambil fotonya.     

Sementara itu, Rose terpana selama kejadian itu berlangsung. Ia hanya menatap punggung Rune saat pria itu melindunginya dari para reporter yang lapar akan gosip murahan.     

Tangan kiri Rune memegang tangannya dan menggenggamnya dengan lembut seolah mencoba menenangkannya.     

"Sebaiknya kita pergi dari sini," Rune berbalik dan menarik tangan Rose untuk mengikutinya. Pria itu melindunginya dari 'para hiu' yang haus darah seolah itu adalah kewajibannya.     

Rose merasa sangat tersentuh. Ia bukan gadis yang lemah dan ia bahkan bisa menggunakan pistol.     

Tapi ia menjadi lemah saat berada di depan umum dan tidak bisa bereaksi dengan baik. Terutama ketika ia melihat Putri Anne untuk pertama kalinya secara langsung.     

Rose belum siap secara mental. Luka di hatinya masih segar. Ia masih butuh waktu untuk memasang senyum palsu di wajahnya saat bertemu orang-orang itu.     

Tidak sekarang. Apalagi di tengah-tengah banyak orang seperti sekarang ini.     

"Terima kasih," ia berbisik kepada Rune saat mereka berjalan cepat menjauh dari kerumunan.     

"Kau tidak perlu berterima kasih," Rune balas berbisik. "Bukankah aku ini kekasihmu? Sudah tugasku untuk melindungimu."     

Mereka berjalan kembali ke gereja dan masuk ke dalam mobil. Rune sudah tidak punya selera untuk menjelajahi Kota Tua. Ia pikir Rose pasti sangat terguncang untuk terus melanjutkan agenda mereka hari itu.     

"Aku sangat menyesal untuk apa yang sudah terjadi hari ini," Rose terus meminta maaf kepada Rune saat pria itu membukakan pintu mobil untuknya.      

"Sudah kubilang kau tidak perlu berterima kasih atau meminta maaf, Rose. Lagipula cuacanya terlalu dingin, sangat tidak menyenangkan jika kita memaksakan terus berjalan dalam cuaca seperti ini. Kita bisa kembali kapan saja, iya kan?" kata Rune.      

Rose masuk ke dalam mobil dan mengencangkan sabuk pengamannya. Rune lalu menutup pintunya dan masuk ke kursi pengemudi.     

Sebelum menyalakan mobil, Rune memutuskan untuk mengirim pesan kepada Alaric dan meminta bantuannya untuk menghapus fotonya dari internet.     

Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan para reporter itu dengan foto-foto yang mereka ambil tadi. Rune hanya tidak ingin mereka menyakiti Rose dengan menulis artikel bodoh atau gosip murahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.