Kedatangan Keluarga Raja Medion
Kedatangan Keluarga Raja Medion
Sekarang, Lisa menoleh ke arah Rune dan memandangnya dari kaki hingga kepala, seolah-olah ingin mengetahui apakah ia layak berada di acara kaum kelas atas mereka atau tidak.
Sayangnya, ia tidak bisa menemukan kekurangan apa pun yang ada pada pria di hadapannya itu. Rune terlihat tampan, ia mengenakan tuksedo yang terlihat sangat mahal, dan sikapnya terlihat cukup sopan.
Tapi jelas jika Lisa ingin Rune mengetahui segalanya untuk membuat pria itu 'sadar' bahwa Rose tidak pernah jatuh cinta kepadanya karena gadis itu memendam perasaan terhadap pria lain.
"Apa kau tahu bahwa ia pernah berpacaran dengan saudara tirinya di masa lalu?" Lisa menyeringai dan bertanya kepada Rune. "Ia hanya membawamu ke sini sebagai tameng saja. Aku merasa kasihan kepadamu. Rose telah menipumu!"
Kini, giliran Rune yang juga berpura-pura tidak mendengar perkataan Lisa. Ia menyesap koktailnya seperti yang dilakukan Rose dan bersikap seolah-olah gadis itu dan ibunya adalah udara yang tak terlihat sama sekali.
Lisa kini terlihat sangat marah. Ia merasa kedua orang yang ingin ia hina malam ini sangat mirip. Mungkin mereka memang jodoh.
"Jangan abaikan aku saat aku berbicara!" Lisa lalu menginjakkan kakinya dengan tidak sabar. Lisa menoleh ke arah ibunya dan cemberut. "Ibu, mereka sangat kasar. Mereka bersikap seolah-olah kita tidak ada di sini."
Lady Bisset menyipitkan matanya dengan marah. "Ibunya seharusnya sangat malu karena ia gagal mendidik putri satu-satunya."
Ibu Lisa langsung meraih tangannya dan menariknya ke meja lain.
Begitu kedua wanita itu sudah tak terlihat lagi, Rune berpaling memandang Rose dan bertanya apa yang menyebabkan permusuhan antara dirinya dan para wanita yang mereka temui hari ini.
"Permusuhan? Permusuhan apa?" Rose berpura-pura tidak tahu. "Begitulah cara kami saling berbicara terhadap satu sama lain."
"Bukankah kalian dulunya teman satu sekolah? Kau bilang kau satu sekolah dengan Sarah, dan Lisa juga, iya kan?"
"Yah… bagaimana ya, sudah kubilang Sarah tidak menyukaiku karena ia naksir Leon saat kami masih remaja. Sedangkan Lisa…" Rose hanya membulatkan matanya. "Ia adalah gadis jelek yang tidak punya teman sama sekali, sedangkan semua orang menyukaiku dan ingin menjadi temanku. Aku cukup populer di sekolah. Kurasa ia membenciku karena ia ingin menjadi sepertiku. Aku tidak tahu apa kau paham yang kumaksud atau tidak."
Rune memandang Rose dengan saksama dan menyadari bahwa apa yang dikatakan gadis itu memang benar.
Rose tidak pernah bersikap sombong dan ia bisa berteman dengan orang-orang dari semua lapisan masyarakat.
Ketika Rose memberi tahu Rune bahwa ia populer, tidak ada tanda-tanda kesombongan yang gadis itu tunjukan. Ia hanya mengatakan yang sebenarnya.
Rune bisa melihat bagaimana Lisa mencoba untuk menjatuhkan Rose ketika gadis itu mendapat kesempatan untuk melakukannya dan segera menyerang Rose melalui satu-satunya kelemahannya, yaitu hubungan masa lalunya dengan Leon.
"Ngomong-ngomong, terima kasih banyak karena telah begitu sabar denganku dan semua kegilaan ini," Rose tersenyum dan menyentuh tangan Rune. "Aku sangat berhutang budi kepadamu. Kau bahkan mengabaikan mereka, perlakuan yang memang pantas mereka terima… hahaha. Menanggapi Lisa Bisset itu hanya membuang-buang tenaga saja."
Rune tersenyum saat mendengar kata-kata Rose. Pria itu senang saat Rose menunjukkan betapa ia menghargai apa yang sudah Rune lakukan untuknya.
Setelah Lisa dan ibunya pergi, keduanya bisa duduk dengan tenang dan menikmati minuman mereka. Sementara itu, lebih banyak tamu yang datang dan akhirnya Duke dan Duchess Fournier tiba di meja mereka.
"Kami bertemu dengan raja dan mengobrol ringan," Duke Fournier menjelaskan. "Mereka akan segera datang."
Duchess Fournier duduk di samping putrinya dan terus bertanya kepada Rose apakah ia baik-baik saja dan gadis itu pun menjawab pertanyaan ibunya dengan senyum palsu.
"Aku baik-baik saja, Bu."
"Aku sangat bangga kepadamu, Sayang..." bisik Duchess Fournier, ia lalu menepuk tangan Rose pelan.
Rose sangat pendiam malam itu. Ia menyibukkan dirinya dengan meminum bergelas-gelas koktail hingga membuat Rune merasa khawatir.
"Aku rasa kau terlalu banyak minum?" pria itu membungkuk dan berbisik dengan lembut ke telinganya. "Apa kau berusaha mabuk supaya bisa menghadapi semua ini?"
Rose menggelengkan kepalanya dengan lemah. "Aku berusaha mematikan semua perasaan yang ada dalam diriku sehingga aku tidak akan menangis di tengah-tengah kerumunan ini. Jika kau punya alternatif lain selain minuman keras, tolong beri tahu diriku."
Rune hanya menghela napas saat mendengar jawaban gadis itu.
Apakah ia pernah merasa begitu putus asa hingga ia hanya ingin melumpuhkan semua perasaannya?
Tidak pernah.
Ia tidak akan pernah mengerti apa yang Rose rasakan malam itu.
Rune hanya bisa menunjukkan rasa simpatinya dan tidak mengajukan pertanyaan lain kepadanya. Saat ini, ia hanya ingin berada di samping gadis itu meski tidak tahu apa yang sebaiknya ia lakukan atau katakan.
Akhirnya, tepat pukul 8 malam, staf kerajaan mengumumkan kedatangan para raja dan calon pengantin.
Seluruh penonton segera bangkit dan berbalik menuju pintu masuk yang besar untuk menyambut para raja dan calon raja Medion di masa depan.
Rune sudah pernah melihat Raja Henry Camille dan Ratu Helen di sebuah berita yang ia baca melalui internet ketika ia mencari tahu tentang berita pertunangan Leon bulan lalu.
Jika disandingkan, pria itu memang sangat mirip dengan Leon. Rune bertanya-tanya bagaimana mungkin tidak ada seorang pun yang merasa curiga dan menyadari bahwa pangeran sebenarnya adalah putra kandung sang raja?
Jika sampai publik tahu rahasia besar itu, semuanya akan jauh lebih mudah bagi Rose. Ratu Helen adalah seorang wanita cantik berusia 50-an yang memiliki ekspresi dingin.
Ia hampir tidak tersenyum kepada siapa pun, sikap sang ratu mengingatkan Rune pada ratu es saat ia melihatnya.
Di belakang mereka, Leon dan Anne berjalan bersama sambil berpegangan tangan, diikuti oleh raja dan ratu Moravia.
Mereka semua mengenakan pakaian mewah dan anggun. Rune serasa kembali ke masa lalu saat menyaksikan iring-iringan itu berjalan masuk.
Tiba-tiba saja ia jadi teringat dengan saudaranya, Terry. Rune merasa Terry pasti akan sangat senang bisa berada di sini dan menyaksikan semua keindahan ini. Kemungkinan, Terry akan memasang kamera tersembunyi di saku jasnya.
Ketika raja dan iring-iringan kecilnya berjalan melewati para tamu, satu per satu, para pria berlutut dan para wanita membungkuk untuk menunjukkan rasa hormat mereka kepada raja mereka.
Raja Henry, Ratu Helen, Leon, Anne, dan orang tuanya semua duduk di meja paling bergengsi tidak jauh dari meja kehormatan untuk keluarga Fournier.