The Alchemists: Cinta Abadi

Pesta Istana Yang Meriah



Pesta Istana Yang Meriah

1Duke dan Duchess Fournier lalu duduk setelah para raja duduk, diikuti oleh para tamu lainnya.     

Lebih banyak staf datang dengan nampan berisi minuman dan hors d'oeuvres. Pesta kerajaan kini akan dimulai secara resmi setelah raja dan ratu sudah hadir.     

Raja Henry memutuskan untuk berdiri dari kursinya dan mulai berbicara. Begitu ia mengeluarkan suaranya, semua orang terdiam dan mengalihkan perhatian mereka kepadanya.     

"Selamat datang, semuanya. Kami sangat berterima kasih kalian semua telah meluangkan waktu untuk datang dan menghadiri acara kecil kami untuk memperkenalkan Putri Anne dan keluarganya pada masyarakat Medion," Raja Henry Camille berbicara dengan suaranya yang dalam.     

Ia melanjutkan pidatonya, "Kedua negara kita akan segera menjadi satu dan aku dengan senang hati mengumumkan bahwa persatuan kedua negara akan secara resmi dimulai hari ini."     

Ia mengalihkan pandangannya dan melihat para tamu satu per satu. Saat matanya melihat Rose, ia memberikan senyuman terhangatnya.     

Rose menundukkan kepalanya pelan dan menurunkan pandangannya. Gadis itu sudah terlihat sedikit mabuk sekarang.     

"Kami akan segera melakukan perkenalan resmi, tapi sebelum itu, silakan menikmati makanan dan minuman yang disediakan oleh staf kami," Raja tersenyum lebar dan memberi isyarat kepada semua orang untuk menikmati makanan yang ada di nampan. "Kami juga punya beberapa kue tradisional Moravia yang bisa kalian coba."     

Segera, orkestra berukuran besar muncul di panggung di tengah aula dan mulai memainkan beberapa komposisi musik klasik yang indah. Suasana menjadi sangat semarak dan meriah.     

Semakin keras lagu-lagu bahagia dimainkan, semakin banyak koktail yang diambil Rose dari nampan Pelayan.     

"Bukankah semuanya tampak begitu indah?" bisik Rose kepada Rune. "Apa kau pernah hadir di acara yang lebih mewah dari ini? Ah… tentu saja kau belum pernah."     

Rose mengajukan pertanyaan kepada pria itu dan menjawabnya sendiri.     

"Kau benar, ini pertama kalinya aku datang ke acara seperti ini," jawab Rune sambil tersenyum. "Memang terlihat begitu mewah dan mengesankan."     

"Ya, kau benar. Aku harap kau bisa menikmati acaranya," tambah Rose. "Acara ini dan perayaan pernikahan kerajaan mungkin akan menjadi satu-satunya kesempatanmu untuk menghadiri acara mewah bersamaku. Aku tidak berencana untuk menghadiri acara-acara indah seperti ini lagi di masa depan."     

"Aku mengerti," jawab Rune. "Dan aku tidak keberatan. Aku sebenarnya tidak suka pesta. Aku bahkan muak hadir di acara seperti ini. Aku sebisa mungkin menghindarinya karena aku sangat benci dengan keramaian seperti ini."     

"Kau pria yang sangat menarik," Rose tersenyum. "Malam ini kau tampil luar biasa meski kau sangat benci pesta. Terima kasih karena sudah berusaha keras untukku."     

***     

Pesta malam itu berjalan dengan lancar dan meriah. Para tamu dari kalangan atas dan golongan orang-orang terkaya di Medion hadir di pesta dansa itu.     

Para tamu memanfaatkan waktu untuk berkumpul dan mengobrol tentang topik-topik yang hanya akan dibicarakan oleh masyarakat kelas atas: ekonomi negara, politik, keamanan, dan potensi di masa depan.     

Rose masih berusaha keras memberikan penampilan terbaiknya malam itu dan berpura-pura tertarik dengan semua obrolan sehingga para tamu tidak akan mengira ia merasa terpaksa untuk datang. Rune memuji kemampuan aktingnya.     

Gadis itu menyambut manis semua wanita yang menghampiri meja mereka. Ia juga bertanya tentang anak-anak mereka atau yayasan amal yang mereka jalankan, dll.     

Sebagian besar generasi yang lebih tua tampak kagum kepada Rose. Mereka telah menyaksikan Rose tumbuh besar dan mereka tahu ia sungguh merupakan gadis bangsawan yang menyenangkan.     

Rune senang saat dirinya mengetahui hanya ada beberapa orang picik yang memperlakukan Rose dengan buruk, contohnya Lisa dan Sarah. Mereka berdua tampak seperti wanita rendahan yang cemburu akan kepopuleran Rose. Hal itu tentunya bukan salah Rose.     

"Kapan kau akan menggelar pameranmu, Rose?" Lady Lauder bertanya kepada Rose ketika mereka sedang berbicara santai di meja Fournier. "Ibumu memberitahuku kau adalah pelukis yang sangat berbakat."     

"Oh... aku belum tahu," Rose tersenyum manis. "Aku harus menyiapkan setidaknya 20 lukisan sebelum aku bisa menggelar sebuah pameran. Jalanku masih sangat panjang."     

"Kalau begitu… kau tahu kan siapa pemilik galeri seni terbesar di Medion dan di seluruh Eropa? Jika suatu hari kau memutuskan untuk memamerkan karyamu yang indah kepada kami, aku akan dengan senang hati membantu," kata Lady Lauder sambil mengedipkan mata.     

"Ahahaha... tentu saja, Yang Mulia," mata Rose berbinar saat mendengar kata-kata manis wanita itu. "Aku sangat menghargai tawaranmu, aku akan memikirkannya."     

"Kau tidak perlu sungkan. Melukislah sesuka hatimu dan ciptakan karya terbaikmu," kata Lady Lauder kemudian.     

"Aku pasti akan melakukan saranmu. Terima kasih banyak!"     

Mereka berbicara lebih banyak lagi tentang karya seni dan Rune bisa melihat ekspresi Rose menjadi lebih ceria dan bahagia.     

Gadis itu kini merasa lebih baik dan ia sudah berhenti menyesap koktailnya, Rune hanya bisa lega menyaksikan hal itu.     

***     

Perjalanan sepulang pesta sangat sepi. Rose hanya memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya di kursi mobil. Ia mencoba menghilangkan sakit kepalanya karena terlalu banyak minum tadi.     

Rose merasa bersyukur karena Rune menemaninya malam ini sehingga pria itu bisa menghentikannya melakukan hal-hal yang memalukan saat mabuk.     

Rose sendiri tidak bisa mengingat dengan baik apa saja yang sudah terjadi selama acara berlangsung. Ia hanya sekilas mengingat beberapa kenangan di otaknya tentang pesta kerajaan malam itu.     

Ia bertemu dan berbicara dengan beberapa wanita yang baik, bertengkar dengan teman sekolah lamanya, dan akhirnya secara resmi diperkenalkan dengan Putri Anne dan orang tuanya.     

Raja dan ratu Moravia baru diangkat menjadi raja selama tiga tahun setelah raja yang lama, Gustave Hanenberg, meninggal dunia karena penyakit jantung.     

Mereka berdua tidak pernah dipersiapkan untuk memerintah karena di masa lalu Raja Gustave telah memilih putranya untuk menggantikannya dan kemudian menunjuk sang cucu untuk menjadi pewaris takhta.     

Putra tunggal raja meninggal dalam sebuah kecelakaan dan Pangeran Heinrich yang merupakan satu-satunya cucu laki-laki yang lahir dari pihak pria diangkat menjadi putra mahkota.     

Sayangnya, sang pangeran muda juga meninggal karena serangan jantung beberapa tahun kemudian. Pihak istana akhirnya menunjuk satu-satunya keturunan laki-laki yang tersisa untuk menggantikannya sebagai putra mahkota, padahal laki-laki tersebut tidak lahir dari garis keturunan pihak pria.     

Ibunya adalah putri bungsu dari raja yang lama dan beberapa orang mengatakan ia lahir di luar nikah, sesuatu yang enggan diterima oleh keluarga kerajaan.     

Namun, mereka sangat membutuhkan pewaris laki-laki. Kerajaan bersikeras menggunakan prinsip-prinsip kuno yang sudah berumur berabad-abad dan hanya mau menerima keturunan laki-laki dan ahli waris laki-lakinya untuk mewarisi takhta.     

Ketika Moravia menerima ahli waris dari garis keturunan perempuan, jalan akhirnya terbuka bagi keturunan perempuan agar juga dapat dipertimbangkan untuk naik takhta.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.